Pengantar Pengarang Kitab

Muqaddimah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. مُقَدِّمَةُ الْمُؤَلِّفِ Mukadimah Penulis
كِتَابٌ فُصِّلَتْ آيَاتُهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ [فصلت: 3]
"(Inilah) Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan secara terperinci, sebagai bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui." [Fussilat: 3]
يَرْوِي الْمُفْتَقِرُ إِلَى رَحْمَةِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى زُبَارَةَ الْحَسَنِيُّ الْيَمَنِيُّ - غَفَرَ اللهُ لَهُ وَلِلْمُؤْمِنِينَ -
Meriwayatkan hamba yang sangat membutuhkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, Muhammad bin Muhammad bin Yahya Zubarah Al-Hasani Al-Yamani —semoga Allah mengampuninya dan kaum mukminin—
لِلْقَاضِي الْحَافِظِ الشَّهِيرِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ مُحَمَّدٍ الشَّوْكَانِيِّ الصَّنْعَانِيِّ، الْمُتَوَفَّى سَنَةَ 1250 هِجْرِيَّةً،
untuk (kitab karya) Al-Qadhi Al-Hafizh yang masyhur, Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani Ash-Shan'ani, yang wafat pada tahun 1250 Hijriah,
عَنِ الْمَوْلَى الْجِهْبِذِ الْكَبِيرِ سَيْفِ الْإِسْلَامِ أَحْمَدَ بْنِ قَاسِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ حُمَيْدِ الدِّينِ أَبْقَاهُ اللهُ تَعَالَى،
dari Al-Maula sang pakar besar, Saiful Islam Ahmad bin Qasim bin Abdullah Humaid Ad-Din —semoga Allah Ta'ala mengekalkan (umurnya)—
عَنِ السَّيِّدِ الْحَافِظِ عَبْدِ الْكَرِيمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَبِي طَالِبٍ الْحَسَنِيِّ الْيَمَنِيِّ، الْمُتَوَفَّى سَنَةَ 1309 هـ،
dari As-Sayyid Al-Hafizh Abdul Karim bin Abdullah Abu Thalib Al-Hasani Al-Yamani, yang wafat pada tahun 1309 H,
عَنِ الْقَاضِي الْحَافِظِ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الشَّوْكَانِيِّ، الْمُتَوَفَّى سَنَةَ 1281 هـ، عَنْ أَبِيهِ الْمُؤَلِّفِ.
dari Al-Qadhi Al-Hafizh Ahmad bin Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, yang wafat pada tahun 1281 H, dari ayahnya sang Penulis.
قَالَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى:
Beliau (Asy-Syaukani) —rahimahullah Ta'ala— berkata:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ كِتَابَهُ الْمُبِينَ كَافِلًا بِبَيَانِ الْأَحْكَامِ،
Segala puji bagi Allah yang menjadikan Kitab-Nya yang terang sebagai penjamin penjelasan hukum-hukum,
شَامِلًا لِمَا شَرَعَهُ لِعِبَادِهِ مِنَ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ،
mencakup apa yang Dia syariatkan kepada hamba-hamba-Nya berupa perkara halal dan haram,
مَرْجِعًا لِلْأَعْلَامِ عِنْدَ تَفَاوُتِ الْأَفْهَامِ وَتَبَايُنِ الْأَقْدَامِ وَتَخَالُفِ الْكَلَامِ،
sebagai rujukan bagi para ulama ketika terjadi perbedaan pemahaman, perselisihan langkah, dan pertentangan pendapat,
قَاطِعًا لِلْخِصَامِ شَافِيًا لِلسَّقَامِ مُرْهِمًا لِلْأَوْهَامِ.
sebagai pemutus perselisihan, penyembuh penyakit (hati), dan obat bagi keraguan.
فَهُوَ الْعُرْوَةُ الْوُثْقَى الَّتِي مَنْ تَمَسَّكَ بِهَا فَازَ بِدَرَكِ الْحَقِّ الْقَوِيمِ،
Maka ia adalah tali yang sangat kuat, yang barang siapa berpegang teguh dengannya, ia beruntung mendapatkan kebenaran yang lurus,
وَالْجَادَّةُ الْوَاضِحَةُ الَّتِي مَنْ سَلَكَهَا فَقَدْ هُدِيَ إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ.
dan jalan raya yang jelas, yang barang siapa menempuhnya, sungguh ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
فَأَيُّ عِبَارَةٍ تَبْلُغُ أَدْنَى مَا يَسْتَحِقُّهُ كَلَامُ الْحَكِيمِ مِنَ التَّعْظِيمِ؟
Maka ungkapan mana yang mampu mencapai sekurang-kurangnya pengagungan yang layak bagi Kalam (Dzat) Yang Maha Bijaksana?
وَأَيُّ لَفْظٍ يَقُومُ بِبَعْضِ مَا يَلِيقُ بِهِ مِنَ التَّكْرِيمِ وَالتَّفْخِيمِ؟
Dan lafaz apa yang mampu memenuhi sebagian dari pemuliaan dan pengagungan yang pantas baginya?
كَلَّا وَاللهِ إِنَّ بَلَاغَاتِ الْبُلَغَاءِ الْمَصَاقِعِ، وَفَصَاحَاتِ الْفُصَحَاءِ الْبَوَاقِعِ،
Sekali-kali tidak, demi Allah! Sesungguhnya kefasihan para ahli balaghah yang ulung, dan kefasihan para orator yang hebat,
وَإِنْ طَالَتْ ذُيُولُهَا، وَسَالَتْ سُيُولُهَا، وَاسْتَنَّتْ بِمَيَادِينِهَا خُيُولُهَا،
meskipun panjang uraiannya, deras mengalir bahasanya, dan berlari kuda-kuda (ungkapan)nya di arena mereka,
تَتَقَاصَرُ عَنِ الْوَفَاءِ بِأَوْصَافِهِ، وَتَتَصَاغَرُ عَنِ التَّشَبُّثِ بِأَدْنَى أَطْرَافِهِ،
(semua itu) pasti gagal untuk memenuhi sifat-sifatnya, dan menjadi kerdil untuk sekadar menyentuh bagian terkecilnya,
فَيَعُودُ جِيدُهَا عَنْهُ عَاطِلًا، وَصِفَاتُ ضَوْءِ الشَّمْسِ تَذْهَبُ بَاطِلًا،
maka leher (kalimat indah) itu kembali darinya tanpa perhiasan, dan sifat-sifat (yang mencoba menggambarkan) cahaya matahari itu berlalu dengan sia-sia,
فَهُوَ كَلَامُ مَنْ لَا تُحِيطُ بِهِ الْعُقُولُ عِلْمًا، وَلَا تُدْرِكُ كُنْهَهُ الطِّبَاعُ الْبَشَرِيَّةُ فَهْمًا،
karena ia adalah Kalam (dari Dzat) yang tidak mampu akal meliputi-Nya dengan ilmu, dan tidak mampu tabiat manusia menjangkau hakikat-Nya dengan pemahaman,
فَالِاعْتِرَافُ بِالْعَجْزِ عَنِ الْقِيَامِ بِمَا يَسْتَحِقُّهُ مِنَ الْأَوْصَافِ الْعِظَامِ أَوْلَى بِالْمَقَامِ،
maka pengakuan akan ketidakmampuan untuk menunaikan sifat-sifat agung yang layak baginya adalah lebih utama pada kedudukan ini,
وَأَوْفَقُ بِمَا تَقْتَضِيهِ الْحَالُ مِنَ الْإِجْلَالِ وَالْإِعْظَامِ.
dan lebih sesuai dengan tuntutan keadaan berupa penghormatan dan pengagungan.
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ نَزَلَ إِلَيْهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ، بِكَلَامِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada orang yang kepadanya Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) turun membawa Kalam Tuhan semesta alam,
مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ، وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ،
yaitu Muhammad, penghulu para Rasul dan penutup para Nabi,
وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِينَ، وَصَحْبِهِ الْمُكَرَّمِينَ.
serta kepada keluarganya yang disucikan dan para sahabatnya yang dimuliakan.
وَبَعْدُ: فَإِنَّ أَشْرَفَ الْعُلُومِ عَلَى الْإِطْلَاقِ،
Amma ba'du: Sesungguhnya ilmu yang paling mulia secara mutlak,
وَأَوْلَاهَا بِالتَّفْضِيلِ عَلَى الِاسْتِحْقَاقِ،
dan yang paling berhak untuk diutamakan,
وَأَرْفَعُهَا قَدْرًا بِالِاتِّفَاقِ،
serta yang paling tinggi derajatnya menurut kesepakatan,
هُوَ عِلْمُ التَّفْسِيرِ لِكَلَامِ الْقَوِيِّ الْقَدِيرِ،
adalah ilmu tafsir terhadap Kalam (Dzat) Yang Maha Kuat lagi Maha Kuasa,
إِذَا كَانَ عَلَى الْوَجْهِ الْمُعْتَبَرِ فِي الْوُرُودِ وَالصَّدَرِ،
jika (tafsir itu) berada pada metode yang diakui dalam pengambilan dan penyampaiannya,
غَيْرَ مَشُوبٍ بِشَيْءٍ مِنَ التَّفْسِيرِ بِالرَّأْيِ الَّذِي هُوَ مِنْ أَعْظَمِ الْخَطَرِ،
tidak tercampur dengan sedikit pun tafsir dengan akal semata yang merupakan bahaya terbesar,
وَهٰذِهِ الْأَشْرَفِيَّةُ لِهٰذَا الْعِلْمِ غَنِيَّةٌ عَنِ الْبُرْهَانِ،
dan kemuliaan ilmu ini tidak membutuhkan pembuktian,
قَرِيبَةٌ إِلَى الْأَفْهَامِ وَالْأَذْهَانِ،
dekat (mudah dipahami) oleh pemahaman dan akal,
يَعْرِفُهَا مَنْ يَعْرِفُ الْفَرْقَ بَيْنَ كَلَامِ الْخَلْقِ وَالْحَقِّ،
diketahui oleh orang yang mengetahui perbedaan antara ucapan makhluk dan (ucapan) Al-Haq (Allah),
وَيَدْرِي بِهَا مَنْ يُمَيِّزُ بَيْنَ كَلَامِ الْبَشَرِ، وَكَلَامِ خَالِقِ الْقُوَى وَالْقَدَرِ،
dan dimengerti oleh orang yang membedakan antara ucapan manusia dengan Kalam Sang Pencipta kekuatan dan takdir,
فَمَنْ فَهِمَ هٰذَا اسْتَغْنَى عَنِ التَّطْوِيلِ،
maka barang siapa memahami ini, ia tidak butuh penjelasan panjang lebar,
وَمَنْ لَمْ يَفْهَمْهُ فَلَيْسَ بِمُتَأَهِّلٍ لِلتَّحْصِيلِ،
dan barang siapa tidak memahaminya, maka ia belum layak untuk menuntut ilmu.
وَلَقَدْ صَدَقَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ يَقُولُ
Dan sungguh benar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau bersabda
فِيمَا أَخْرَجَهُ عَنْهُ التِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ مِنْ حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ:
dalam riwayat yang dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dan beliau menghasankannya, dari hadits Abu Sa'id, ia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَضْلُ كَلَامِ اللهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ».
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Keutamaan Kalamullah atas seluruh ucapan lainnya adalah seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya."
وَلَمَّا كَانَ هٰذَا الْعِلْمُ بِهٰذِهِ الْمَنْزِلَةِ الشَّامِخَةِ الْأَرْكَانِ، الْعَالِيَةِ الْبُنْيَانِ، الْمُرْتَفِعَةِ الْمَكَانِ،
Dan ketika ilmu ini memiliki kedudukan yang kokoh pilar-pilarnya, tinggi bangunannya, dan luhur tempatnya,
رَغِبْتُ إِلَى الدُّخُولِ مِنْ أَبْوَابِهِ، وَنَشِطْتُ إِلَى الْقُعُودِ فِي مِحْرَابِهِ، وَالْكَوْنِ مِنْ أَحْزَابِهِ،
aku berkeinginan untuk masuk melalui pintu-pintunya, bersemangat untuk duduk di mihrabnya, dan menjadi bagian dari golongannya,
وَوَطَّنْتُ النَّفْسَ عَلَى سُلُوكِ طَرِيقَةٍ، هِيَ بِالْقَبُولِ عِنْدَ الْفُحُولِ حَقِيقَةٌ،
dan aku meneguhkan jiwa untuk menempuh suatu metode yang benar-benar layak diterima di sisi para pakar,
وَهَا أَنَا أُوَضِّحُ لَكَ مَنَارَهَا، وَأُبَيِّنُ لَكَ إِيرَادَهَا وَإِصْدَارَهَا فَأَقُولُ:
dan inilah aku menjelaskan kepadamu rambu-rambunya, serta menerangkan jalan masuk dan keluarnya, maka aku katakan:
إِنَّ غَالِبَ الْمُفَسِّرِينَ تَفَرَّقُوا فَرِيقَيْنِ، وَسَلَكُوا طَرِيقَيْنِ:
Sesungguhnya mayoritas ahli tafsir terbagi menjadi dua kelompok dan menempuh dua jalan:
الْفَرِيقُ الْأَوَّلُ اقْتَصَرُوا فِي تَفَاسِيرِهِمْ عَلَى مُجَرَّدِ الرِّوَايَةِ، وَقَنِعُوا بِرَفْعِ هٰذِهِ الرَّايَةِ.
Kelompok pertama membatasi tafsir mereka hanya pada semata-mata riwayat, dan mereka merasa cukup dengan mengangkat panji ini.
وَالْفَرِيقُ الْآخَرُ جَرَّدُوا أَنْظَارَهُمْ إِلَى مَا تَقْتَضِيهِ اللُّغَةُ الْعَرَبِيَّةُ، وَمَا تُفِيدُهُ الْعُلُومُ الْآلِيَّةُ،
Dan kelompok lainnya memfokuskan pandangan mereka pada apa yang dituntut oleh bahasa Arab dan apa yang diberikan oleh ilmu-ilmu alat,
وَلَمْ يَرْفَعُوا إِلَى الرِّوَايَةِ رَأْسًا، وَإِنْ جَاءُوا بِهَا لَمْ يُصَحِّحُوا لَهَا أَسَاسًا،
dan mereka tidak peduli pada riwayat, dan jika pun mereka membawakannya, mereka tidak memvalidasi dasarnya,
وَكِلَا الْفَرِيقَيْنِ قَدْ أَصَابَ، وَأَطَالَ وَأَطَابَ،
dan kedua kelompok ini sungguh telah benar, telah membahas panjang lebar dan berbuat baik,
وَإِنْ رَفَعَ عِمَادَ بَيْتِ تَصْنِيفِهِ عَلَى بَعْضِ الْأَطْنَابِ، وَتَرَكَ مِنْهَا مَا لَا يَتِمُّ بِدُونِهِ كَمَالُ الِانْتِصَابِ،
meskipun mereka hanya menegakkan tiang rumah karangannya di atas sebagian tali pancang, dan meninggalkan bagian yang tanpanya tidak akan sempurna tegaknya bangunan itu,
فَإِنَّ مَا كَانَ مِنَ التَّفْسِيرِ ثَابِتًا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ الْمَصِيرُ إِلَيْهِ مُتَعَيِّنًا، وَتَقْدِيمُهُ مُتَحَتِّمًا،
karena apa yang dari tafsir itu tsabit (sahih) dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka kembali kepadanya adalah suatu keharusan dan mendahulukannya adalah kewajiban,
غَيْرَ أَنَّ الَّذِي صَحَّ عَنْهُ مِنْ ذٰلِكَ إِنَّمَا هُوَ تَفْسِيرُ آيَاتٍ قَلِيلَةٍ بِالنِّسْبَةِ إِلَى جَمِيعِ الْقُرْآنِ،
hanya saja riwayat yang sahih dari beliau tentang hal itu hanyalah tafsir bagi ayat-ayat yang sedikit dibandingkan keseluruhan Al-Qur'an,
وَلَا يَخْتَلِفُ فِي مِثْلِ ذٰلِكَ مِنْ أَئِمَّةِ هٰذَا الشَّأْنِ اثْنَانِ.
dan tidak ada dua orang imam dalam bidang ini yang berselisih mengenai hal tersebut.
وَأَمَّا مَا كَانَ مِنْهَا ثَابِتًا عَنِ الصَّحَابَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ،
Adapun riwayat yang tsabit dari para sahabat radhiyallahu 'anhum,
فَإِنْ كَانَ مِنَ الْأَلْفَاظِ الَّتِي قَدْ نَقَلَهَا الشَّرْعُ إِلَى مَعْنًى مُغَايِرٍ لِلْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ بِوَجْهٍ مِنَ الْوُجُوهِ فَهُوَ مُقَدَّمٌ عَلَى غَيْرِهِ،
jika termasuk lafaz yang telah dipindahkan oleh syariat kepada makna yang berbeda dari makna bahasa melalui suatu sisi, maka ia didahulukan atas yang lain,
وَإِنْ كَانَ مِنَ الْأَلْفَاظِ الَّتِي لَمْ يَنْقُلْهَا الشَّرْعُ فَهُوَ كَوَاحِدٍ مِنْ أَهْلِ اللُّغَةِ الْمَوْثُوقِ بِعَرَبِيَّتِهِمْ.
namun jika termasuk lafaz yang tidak dipindahkan maknanya oleh syariat, maka (pendapat sahabat itu) seperti salah satu dari ahli bahasa yang terpercaya kearabannya.
فَإِذَا خَالَفَ الْمَشْهُورَ الْمُسْتَفِيضَ لَمْ تَقُمِ الْحُجَّةُ عَلَيْنَا بِتَفْسِيرِهِ الَّذِي قَالَهُ عَلَى مُقْتَضَى لُغَةِ الْعَرَبِ،
Maka jika ia menyelisihi makna yang masyhur dan tersebar luas, tidak tegak hujjah atas kita dengan tafsirnya yang ia katakan berdasarkan tuntutan bahasa Arab,
فَبِالْأَوْلَى تَفَاسِيرُ مَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ التَّابِعِينَ وَتَابِعِيهِمْ وَسَائِرِ الْأَئِمَّةِ.
maka lebih utama lagi tafsir orang-orang setelah mereka dari kalangan Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in, dan seluruh imam lainnya.
وَأَيْضًا كَثِيرًا مَا يَقْتَصِرُ الصَّحَابِيُّ وَمَنْ بَعْدَهُ مِنَ السَّلَفِ عَلَى وَجْهٍ وَاحِدٍ مِمَّا يَقْتَضِيهِ النَّظْمُ الْقُرْآنِيُّ بِاعْتِبَارِ الْمَعْنَى اللُّغَوِيِّ،
Selain itu, seringkali seorang sahabat dan ulama salaf sesudahnya mencukupkan diri pada satu sisi makna yang dituntut oleh susunan Al-Qur'an berdasarkan makna bahasa,
وَمَعْلُومٌ أَنَّ ذٰلِكَ لَا يَسْتَلْزِمُ إِهْمَالَ سَائِرِ الْمَعَانِي الَّتِي تُفِيدُهَا اللُّغَةُ الْعَرَبِيَّةُ،
dan diketahui bahwa hal itu tidak mengharuskan pengabaian makna-makna lain yang ditunjukkan oleh bahasa Arab,
وَلَا إِهْمَالَ مَا يُسْتَفَادُ مِنَ الْعُلُومِ الَّتِي تَتَبَيَّنُ بِهَا دَقَائِقُ الْعَرَبِيَّةِ وَأَسْرَارُهَا كَعِلْمِ الْمَعَانِي وَالْبَيَانِ،
dan tidak pula pengabaian faedah dari ilmu-ilmu yang dengannya menjadi jelas kehalusan dan rahasia bahasa Arab seperti ilmu Ma'ani dan Bayan,
فَإِنَّ التَّفْسِيرَ بِذٰلِكَ هُوَ تَفْسِيرٌ بِاللُّغَةِ، لَا تَفْسِيرٌ بِمَحْضِ الرَّأْيِ الْمَنْهِيِّ عَنْهُ.
karena sesungguhnya tafsir dengan cara itu adalah tafsir secara bahasa, bukan tafsir dengan akal semata yang dilarang.
وَقَدْ أَخْرَجَ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ فِي سُنَنِهِ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي كِتَابِ الرُّؤْيَةِ، عَنْ سُفْيَانَ قَالَ:
Dan sungguh Sa'id bin Manshur telah meriwayatkan dalam Sunan-nya, serta Ibnul Mundzir dan Al-Baihaqi dalam Kitab Ar-Ru'yah, dari Sufyan, ia berkata:
لَيْسَ فِي تَفْسِيرِ الْقُرْآنِ اخْتِلَافٌ، إِنَّمَا هُوَ كَلَامٌ جَامِعٌ يُرَادُ مِنْهُ هٰذَا وَهٰذَا.
"Tidak ada perselisihan dalam tafsir Al-Qur'an, sesungguhnya ia adalah ucapan yang jami' (mencakup) yang dimaksudkan darinya (makna) ini dan itu."
وَأَخْرَجَ ابْنُ سَعْدٍ فِي الطَّبَقَاتِ، وَأَبُو نُعَيْمٍ فِي الْحِلْيَةِ، عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ: قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ:
Dan Ibn Sa'ad meriwayatkan dalam Ath-Thabaqat, dan Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah, dari Abu Qilabah, ia berkata: Abu Darda' berkata:
لَا تَفْقَهُ كُلَّ الْفِقْهِ حَتَّى تَرَى لِلْقُرْآنِ وُجُوهًا.
"Engkau tidak akan paham dengan pemahaman yang utuh sampai engkau melihat banyak sisi makna bagi Al-Qur'an."
وَأَخْرَجَ ابْنُ سَعْدٍ أَنَّ عَلِيًّا قَالَ لِابْنِ عَبَّاسٍ:
Dan Ibn Sa'ad meriwayatkan bahwa Ali berkata kepada Ibnu Abbas:
اذْهَبْ إِلَيْهِمْ - يَعْنِي الْخَوَارِجَ - وَلَا تُخَاصِمْهُمْ بِالْقُرْآنِ فَإِنَّهُ ذُو وُجُوهٍ،
"Pergilah kepada mereka—yakni kaum Khawarij—dan jangan mendebat mereka dengan Al-Qur'an karena ia memiliki banyak sisi makna."
وَلٰكِنْ خَاصِمْهُمْ بِالسُّنَّةِ
"Akan tetapi debatlah mereka dengan As-Sunnah."
فَقَالَ لَهُ: أَنَا أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللهِ مِنْهُمْ،
Lalu Ibnu Abbas berkata kepadanya: "Aku lebih tahu tentang Kitabullah daripada mereka."
فَقَالَ: صَدَقْتَ، وَلٰكِنَّ الْقُرْآنَ حَمَّالٌ ذُو وُجُوهٍ.
Ali menjawab: "Engkau benar, tetapi Al-Qur'an itu mengandung kemungkinan dan memiliki banyak sisi makna."
وَأَيْضًا لَا يَتَيَسَّرُ فِي كُلِّ تَرْكِيبٍ مِنَ التَّرَاكِيبِ الْقُرْآنِيَّةِ تَفْسِيرٌ ثَابِتٌ عَنِ السَّلَفِ،
Lagi pula, tidak mudah ditemukan tafsir yang tsabit dari salaf untuk setiap susunan kalimat Al-Qur'an,
بَلْ قَدْ يَخْلُو عَنْ ذٰلِكَ كَثِيرٌ مِنَ الْقُرْآنِ،
bahkan banyak bagian Al-Qur'an yang kosong dari hal tersebut,
وَلَا اعْتِبَارَ بِمَا لَمْ يَصِحَّ كَالتَّفْسِيرِ بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ،
dan tidak dianggap apa yang tidak sahih seperti tafsir dengan sanad lemah,
وَلَا بِتَفْسِيرِ مَنْ لَيْسَ بِثِقَةٍ مِنْهُمْ وَإِنْ صَحَّ إِسْنَادُهُ إِلَيْهِ.
atau tafsir dari orang yang tidak tsiqah (terpercaya) meskipun sanadnya sampai kepadanya sahih.
وَبِهٰذَا تَعْرِفُ أَنَّهُ لَا بُدَّ مِنَ الْجَمْعِ بَيْنَ الْأَمْرَيْنِ، وَعَدَمِ الِاقْتِصَارِ عَلَى مَسْلَكِ أَحَدِ الْفَرِيقَيْنِ،
Dengan ini engkau mengetahui bahwa harus ada penggabungan antara dua perkara, dan tidak membatasi diri pada jalan salah satu dari dua kelompok tersebut,
وَهٰذَا هُوَ الْمَقْصِدُ الَّذِي وَطَّنْتُ نَفْسِي عَلَيْهِ، وَالْمَسْلَكُ الَّذِي عَزَمْتُ عَلَى سُلُوكِهِ إِنْ شَاءَ اللهُ
inilah tujuan yang aku tekadkan pada diriku dan jalan yang aku berazam untuk menempuhnya, insya Allah,
مَعَ تَعَرُّضِي لِلتَّرْجِيحِ بَيْنَ التَّفَاسِيرِ الْمُتَعَارِضَةِ مَهْمَا أَمْكَنَ وَاتَّضَحَ لِي وَجْهُهُ،
bersamaan dengan upayaku untuk melakukan tarjih di antara tafsir-tafsir yang bertentangan selama memungkinkan dan jelas alasannya bagiku,
وَأَخْذِي مِنْ بَيَانِ الْمَعْنَى الْعَرَبِيِّ وَالْإِعْرَابِيِّ وَالْبَيَانِيِّ بِأَوْفَرِ نَصِيبٍ،
dan aku mengambil bagian yang paling banyak dari penjelasan makna bahasa Arab, i'rab, dan ilmu bayan,
وَالْحِرْصِ عَلَى إِيرَادِ مَا ثَبَتَ مِنَ التَّفْسِيرِ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوِ الصَّحَابَةِ أَوِ التَّابِعِينَ أَوْ تَابِعِيهِمْ، أَوِ الْأَئِمَّةِ الْمُعْتَبَرِينَ.
dan bersemangat untuk menyajikan apa yang sahih dari tafsir Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, atau para sahabat, atau tabi'in, atau tabi'ut tabi'in, atau para imam yang diakui.
وَقَدْ أَذْكُرُ مَا فِي إِسْنَادِهِ ضَعْفٌ، إِمَّا لِكَوْنِهِ فِي الْمَقَامِ مَا يُقَوِّيهِ، أَوْ لِمُوَافَقَتِهِ لِلْمَعْنَى الْعَرَبِيِّ،
Dan terkadang aku menyebutkan riwayat yang di dalam sanadnya terdapat kelemahan, entah karena ada penguat di tempat tersebut, atau karena kecocokannya dengan makna bahasa Arab,
وَقَدْ أَذْكُرُ الْحَدِيثَ مَعْزُوًّا إِلَى رَاوِيهِ مِنْ غَيْرِ بَيَانِ حَالِ الْإِسْنَادِ،
dan terkadang aku menyebutkan hadits dengan menyandarkan pada perawinya tanpa menjelaskan keadaan sanadnya,
لِأَنِّي أَجِدُهُ فِي الْأُصُولِ الَّتِي نَقَلْتُ عَنْهَا كَذٰلِكَ
karena aku menemukannya dalam kitab-kitab induk yang aku kutip darinya memang demikian adanya,
كَمَا يَقَعُ فِي تَفْسِيرِ ابْنِ جَرِيرٍ وَالْقُرْطُبِيِّ وَابْنِ كَثِيرٍ وَالسُّيُوطِيِّ وَغَيْرِهِمْ،
sebagaimana terjadi dalam Tafsir Ibnu Jarir, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, As-Suyuthi, dan selain mereka,
وَيَبْعُدُ كُلَّ الْبُعْدِ أَنْ يَعْلَمُوا فِي الْحَدِيثِ ضَعْفًا وَلَا يُبَيِّنُونَهُ،
dan sangat jauh kemungkinannya bahwa mereka mengetahui adanya kelemahan dalam hadits itu namun tidak menjelaskannya,
وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُقَالَ فِيمَا أَطْلَقُوهُ إِنَّهُمْ قَدْ عَلِمُوا ثُبُوتَهُ،
namun tidak patut pula dikatakan terhadap apa yang mereka sebutkan secara mutlak bahwa mereka telah mengetahui kesahihannya,
فَإِنَّ مِنَ الْجَائِزِ أَنْ يَنْقُلُوهُ مِنْ دُونِ كَشْفٍ عَنْ حَالِ الْإِسْنَادِ،
karena mungkin saja mereka menukilnya tanpa meneliti keadaan sanadnya,
بَلْ هٰذَا هُوَ الَّذِي يَغْلِبُ بِهِ الظَّنُّ،
bahkan inilah dugaan yang kuat,
لِأَنَّهُمْ لَوْ كَشَفُوا عَنْهُ فَثَبَتَتْ عِنْدَهُمْ صِحَّتُهُ لَمْ يَتْرُكُوا بَيَانَ ذٰلِكَ،
karena seandainya mereka menelitinya lalu terbukti sahih menurut mereka, niscaya mereka tidak akan meninggalkan penjelasannya,
كَمَا يَقَعُ مِنْهُمْ كَثِيرًا التَّصْرِيحُ بِالصِّحَّةِ أَوِ الْحُسْنِ،
sebagaimana sering terjadi di mana mereka menegaskan status shahih atau hasan,
فَمَنْ وَجَدَ الْأُصُولَ الَّتِي يَرْوُونَ عَنْهَا وَيَعْزُونَ مَا فِي تَفَاسِيرِهِمْ إِلَيْهَا فَلْيَنْظُرْ فِي أَسَانِيدِهَا مُوَفَّقًا إِنْ شَاءَ اللهُ.
maka barang siapa menemukan kitab-kitab asli yang mereka riwayatkan dan mereka jadikan rujukan dalam tafsir mereka, hendaklah ia meneliti sanad-sanadnya dengan taufik Allah, insya Allah.
وَاعْلَمْ أَنَّ تَفْسِيرَ السُّيُوطِيِّ الْمُسَمَّى بِـ «الدُّرِّ الْمَنْثُورِ» قَدِ اشْتَمَلَ عَلَى غَالِبِ مَا فِي تَفَاسِيرِ السَّلَفِ
Dan ketahuilah bahwa tafsir As-Suyuthi yang bernama "Ad-Durr Al-Mantsur" telah mencakup sebagian besar isi tafsir ulama salaf,
مِنَ التَّفَاسِيرِ الْمَرْفُوعَةِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَفَاسِيرِ الصَّحَابَةِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ،
baik tafsir yang marfu' kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maupun tafsir para sahabat dan orang-orang setelah mereka,
وَمَا فَاتَهُ إِلَّا الْقَلِيلُ النَّادِرُ.
dan tidak ada yang terlewat olehnya kecuali sedikit dan jarang.
وَقَدِ اشْتَمَلَ هٰذَا التَّفْسِيرُ عَلَى جَمِيعِ مَا تَدْعُو إِلَيْهِ الْحَاجَةُ مِنْهُ مِمَّا يَتَعَلَّقُ بِالتَّفْسِيرِ،
Dan tafsir ini telah mencakup semua yang dibutuhkan darinya yang berkaitan dengan tafsir,
مَعَ اخْتِصَارٍ لِمَا تَكَرَّرَ لَفْظًا وَاتَّحَدَ مَعْنًى بِقَوْلِي: وَمِثْلُهُ أَوْ نَحْوُهُ،
disertai peringkasan terhadap lafaz yang berulang namun maknanya sama dengan ucapanku: "dan yang semisal dengannya" atau "sepertinya",
وَضَمَمْتُ إِلَى ذٰلِكَ فَوَائِدَ لَمْ يَشْتَمِلْ عَلَيْهَا وَجَدْتُهَا فِي غَيْرِهِ مِنْ تَفَاسِيرِ عُلَمَاءِ الرِّوَايَةِ،
dan aku tambahkan padanya faedah-faedah yang tidak terkandung di dalamnya, yang aku temukan di tempat lain dari tafsir-tafsir ulama riwayat,
أَوْ مِنَ الْفَوَائِدِ الَّتِي لَاحَتْ لِي مِنْ تَصْحِيحٍ أَوْ تَحْسِينٍ أَوْ تَضْعِيفٍ، أَوْ تَعَقُّبٍ أَوْ جَمْعٍ أَوْ تَرْجِيحٍ.
atau faedah-faedah yang tampak bagiku berupa tashih, tahsin, tadh'if, komentar susulan, penggabungan, atau tarjih.
فَهٰذَا التَّفْسِيرُ وَإِنْ كَبُرَ حَجْمُهُ، فَقَدْ كَثُرَ عِلْمُهُ، وَتَوَفَّرَ مِنَ التَّحْقِيقِ قِسْمُهُ،
Maka tafsir ini meskipun besar ukurannya, sungguh banyak ilmunya dan tersedia porsi tahqiq di dalamnya,
وَأَصَابَ غَرَضَ الْحَقِّ سَهْمُهُ،
dan anak panahnya telah mengenai sasaran kebenaran,
وَاشْتَمَلَ عَلَى مَا فِي كُتُبِ التَّفَاسِيرِ مِنْ بَدَائِعِ الْفَوَائِدِ، مَعَ زَوَائِدِ فَوَائِدَ وَقَوَاعِدَ شَوَارِدَ،
serta mencakup faedah-faedah yang indah yang ada di dalam kitab-kitab tafsir, disertai tambahan faedah dan kaidah-kaidah yang jarang ditemukan,
فَإِنْ أَحْبَبْتَ أَنْ تَعْتَبِرَ صِحَّةَ هٰذَا فَهٰذِهِ كُتُبُ التَّفْسِيرِ عَلَى ظَهْرِ الْبَسِيطَةِ،
jika engkau ingin menguji kebenaran hal ini, maka inilah kitab-kitab tafsir yang ada di muka bumi,
انْظُرْ تَفَاسِيرَ الْمُعْتَمِدِينَ عَلَى الرِّوَايَةِ، ثُمَّ ارْجِعْ إِلَى تَفَاسِيرِ الْمُعْتَمِدِينَ عَلَى الدِّرَايَةِ،
lihatlah tafsir-tafsir orang yang bersandar pada riwayat, kemudian kembalilah melihat tafsir-tafsir orang yang bersandar pada dirayah,
ثُمَّ انْظُرْ فِي هٰذَا التَّفْسِيرِ بَعْدَ النَّظَرَيْنِ،
kemudian perhatikan tafsir ini setelah melihat kedua jenis tafsir tersebut,
فَعِنْدَ ذٰلِكَ يُسْفِرُ الصُّبْحُ لِذِي عَيْنَيْنِ،
maka saat itulah waktu subuh akan terang benderang bagi orang yang memiliki dua mata,
وَيَتَبَيَّنُ لَكَ أَنَّ هٰذَا الْكِتَابَ هُوَ لُبُّ اللُّبَابِ، وَعُجَبُ الْعُجَابِ، وَذَخِيرَةُ الطُّلَّابِ، وَنِهَايَةُ مَأْرَبِ الْأَلْبَابِ.
dan akan jelas bagimu bahwa kitab ini adalah inti dari segala inti, keajaiban yang mengagumkan, simpanan bagi para penuntut ilmu, dan puncak keinginan akal yang cerdas.
وَقَدْ سَمَّيْتُهُ:
Dan aku menamakannya:
«فَتْحُ الْقَدِيرِ» «الْجَامِعُ بَيْنَ فَنَّيِ الرِّوَايَةِ وَالدِّرَايَةِ مِنْ عِلْمِ التَّفْسِيرِ»
"Fathul Qadir" (Kemenangan dari Dzat Yang Maha Kuasa) "Al-Jami' baina Fannay Ar-Riwayah wa Ad-Dirayah min 'Ilm At-Tafsir" (Yang Menggabungkan antara Dua Seni: Riwayat dan Dirayah dalam Ilmu Tafsir).
مُسْتَمِدًّا مِنَ اللهِ سُبْحَانَهُ بُلُوغَ الْغَايَةِ، وَالْوُصُولَ بَعْدَ هٰذِهِ الْبِدَايَةِ إِلَى النِّهَايَةِ،
Seraya memohon kepada Allah Subhanahu agar sampai kepada tujuan dan mencapai akhir setelah permulaan ini,
رَاجِيًا مِنْهُ جَلَّ جَلَالُهُ أَنْ يُدِيمَ بِهِ الِانْتِفَاعَ وَيَجْعَلَهُ مِنَ الذَّخَائِرِ الَّتِي لَيْسَ لَهَا انْقِطَاعٌ.
seraya mengharap dari-Nya Jalla Jalaluh agar melanggengkan manfaat kitab ini dan menjadikannya termasuk simpanan amal yang tidak ada putusnya.
وَاعْلَمْ أَنَّ الْأَحَادِيثَ فِي فَضَائِلِ الْقُرْآنِ كَثِيرَةٌ جِدًّا،
Dan ketahuilah bahwa hadits-hadits tentang keutamaan Al-Qur'an sangatlah banyak,
وَلَا يَتِمُّ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ مَا يَطْلُبُهُ مِنَ الْأَجْرِ الْمَوْعُودِ بِهِ فِي الْأَحَادِيثِ الصَّحِيحَةِ حَتَّى يَفْهَمَ مَعَانِيَهُ،
Dan tidak akan sempurna bagi pembaca Al-Qur'an apa yang ia cari berupa pahala yang dijanjikan dalam hadits-hadits sahih, sampai ia memahami makna-maknanya.
فَإِنَّ ذَلِكَ هُوَ الثَّمَرَةُ مِنْ قِرَاءَتِهِ.
Karena sesungguhnya pemahaman itulah buah dari membacanya.
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ: يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَعَلَّمَ أَحْكَامَ الْقُرْآنِ فَيَفْهَمَ عَنِ اللهِ مُرَادَهُ وَمَا فَرَضَ عَلَيْهِ،
Al-Qurthubi berkata: "Hendaknya ia mempelajari hukum-hukum Al-Qur'an, sehingga ia memahami dari Allah apa yang Dia kehendaki dan apa yang Dia wajibkan atasnya."
فَيَنْتَفِعَ بِمَا يَقْرَأُ وَيَعْمَلَ بِمَا يَتْلُو.
"Sehingga ia mengambil manfaat dari apa yang ia baca dan mengamalkan apa yang ia tilawahkan."
فَمَا أَقْبَحَ بِحَامِلِ الْقُرْآنِ أَنْ يَتْلُوَ فَرَائِضَهُ وَأَحْكَامَهُ عَنْ ظَهْرِ قَلْبٍ وَهُوَ لَا يَفْهَمُ مَعْنَى مَا يَتْلُوهُ،
"Maka alangkah buruknya bagi penghafal Al-Qur'an yang membaca kewajiban-kewajiban dan hukum-hukumnya di luar kepala, sedangkan ia tidak memahami makna apa yang ia baca."
فَكَيْفَ يَعْمَلُ بِمَا لَا يَفْهَمُ مَعْنَاهُ،
"Bagaimana mungkin ia mengamalkan apa yang tidak ia pahami maknanya?"
وَمَا أَقْبَحَ أَنْ يُسْأَلَ عَنْ فِقْهِ مَا يَتْلُوهُ وَلَا يَدْرِيهِ!
"Dan alangkah buruknya jika ia ditanya tentang pemahaman ayat yang ia baca, namun ia tidak mengetahuinya!"
فَمَا مَثَلُ مَنْ هَذِهِ حَالَتُهُ إِلَّا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا.
"Maka perumpamaan orang yang seperti ini kondisinya tidak lain bagaikan keledai yang membawa kitab-kitab tebal."
وَيَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَعْرِفَ الْمَكِّيَّ مِنَ الْمَدَنِيِّ،
"Dan hendaknya ia mengetahui ayat Makkiyah dari Madaniyah."
لِيُفَرِّقَ بَيْنَ مَا خَاطَبَ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ فِي أَوَّلِ الْإِسْلَامِ،
"Agar ia bisa membedakan antara apa yang Allah gunakan untuk menyeru hamba-Nya di awal Islam,"
وَمَا نَدَبَهُمْ إِلَيْهِ فِي آخِرِ الْإِسْلَامِ،
"dan apa yang Dia anjurkan kepada mereka di akhir Islam,"
وَمَا فَرَضَ فِي أَوَّلِ الْإِسْلَامِ وَمَا زَادَ عَلَيْهِمْ مِنَ الْفَرَائِضِ فِي آخِرِهِ،
"serta apa yang diwajibkan di awal Islam dan kewajiban apa yang ditambahkan atas mereka di akhirnya."
فَالْمَدَنِيُّ هُوَ النَّاسِخُ لِلْمَكِّيِّ فِي أَكْثَرِ الْقُرْآنِ.
"Karena yang Madaniyah itu adalah penghapus (nasikh) bagi yang Makkiyah pada sebagian besar Al-Qur'an."
وَقَالَ أَيْضًا: قَالَ عُلَمَاؤُنَا: وَأَمَّا مَا جَاءَ فِي فَضْلِ التَّفْسِيرِ عَنِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ.
Beliau juga berkata: Ulama kami berkata: "Adapun riwayat yang datang tentang keutamaan tafsir dari para Sahabat dan Tabi'in."
فَمِنْ ذَلِكَ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ ذَكَرَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ وَوَصَفَهُ بِالْعِلْمِ،
"Maka di antaranya adalah bahwa Ali bin Abi Thalib menyebut Jabir bin Abdullah dan menyifatinya dengan ilmu."
فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: جُعِلْتُ فِدَاكَ، تَصِفُ جَابِرًا بِالْعِلْمِ وَأَنْتَ أَنْتَ؟
Lalu seseorang berkata kepadanya: "Semoga aku menjadi tebusanmu, engkau menyifati Jabir dengan ilmu padahal engkau adalah engkau (yang lebih berilmu)?"
فَقَالَ: إِنَّهُ كَانَ يَعْرِفُ تَفْسِيرَ قَوْلِهِ تَعَالَى: إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ [الْقَصَصِ: 85].
Maka Ali menjawab: "Sesungguhnya dia mengetahui tafsir firman Allah Ta'ala: 'Sesungguhnya Dzat yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali' [Al-Qashash: 85]."
وَقَالَ مُجَاهِدٌ: أَحَبُّ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ أَعْلَمُهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ.
Dan Mujahid berkata: "Makhluk yang paling dicintai Allah adalah yang paling mengetahui tentang apa yang diturunkan Allah."
وَقَالَ الْحَسَنُ: وَاللهِ مَا أَنْزَلَ اللهُ آيَةً إِلَّا أَحَبَّ أَنْ يُعْلَمَ فِيمَنْ نَزَلَتْ وَمَا يَعْنِي بِهَا.
Al-Hasan berkata: "Demi Allah, tidaklah Allah menurunkan satu ayat pun kecuali Dia suka jika diketahui tentang siapa ayat itu turun dan apa maksudnya."
وَقَالَ الشَّعْبِيُّ: رَحَلَ مَسْرُوقٌ فِي تَفْسِيرِ آيَةٍ إِلَى الْبَصْرَةِ،
Asy-Sya'bi berkata: "Masruq bepergian ke Bashrah demi tafsir satu ayat."
فَقِيلَ لَهُ إِنَّ الَّذِي يُفَسِّرُهَا رَحَلَ إِلَى الشَّامِ،
Lalu dikatakan kepadanya bahwa orang yang menafsirkannya telah pergi ke Syam.
فَتَجَهَّزَ وَرَحَلَ إِلَى الشَّامِ حَتَّى عَلِمَ تَفْسِيرَهَا.
Maka ia berkemas dan pergi ke Syam hingga ia mengetahui tafsirnya.
وَقَالَ عِكْرِمَةُ فِي قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ: وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ [النِّسَاءِ: 100]:
Ikrimah berkata tentang firman Allah 'Azza wa Jalla: "Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya" [An-Nisa: 100]:
طَلَبْتُ اسْمَ هَذَا الرَّجُلِ أَرْبَعَ عَشْرَةَ سَنَةً حَتَّى وَجَدْتُهُ.
"Aku mencari nama laki-laki ini selama empat belas tahun hingga aku menemukannya."
قَالَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: هُوَ ضَمِيرَةُ بْنُ حَبِيبٍ.
Ibnu Abdil Barr berkata: "Dia adalah Dhamirah bin Habib."
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: مَكَثْتُ سَنَتَيْنِ أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ عَنِ الْمَرْأَتَيْنِ اللَّتَيْنِ تَظَاهَرَتَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
Ibnu Abbas berkata: "Aku berdiam selama dua tahun ingin bertanya kepada Umar tentang dua wanita yang saling bantu-membantu menyusahkan Rasulullah SAW."
مَا يَمْنَعُنِي إِلَّا مَهَابَتُهُ،
"Tidak ada yang menghalangiku kecuali rasa segan kepadanya."
فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: هِيَ حَفْصَةُ وَعَائِشَةُ.
"Lalu aku bertanya kepadanya, dan ia menjawab: Mereka adalah Hafshah dan Aisyah."
وَقَالَ إِيَاسُ بْنُ مُعَاوِيَةَ: مَثَلُ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ تَفْسِيرَهُ كَمَثَلِ قَوْمٍ جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ مَلِيكِهِمْ لَيْلًا وَلَيْسَ عِنْدَهُمْ مِصْبَاحٌ،
Iyas bin Muawiyah berkata: "Perumpamaan orang-orang yang membaca Al-Qur'an sedangkan mereka tidak mengetahui tafsirnya adalah seperti kaum yang kedatangan surat dari raja mereka pada malam hari sedangkan mereka tidak memiliki lampu."
فَتَدَاخَلَتْهُمْ رَوْعَةٌ وَلَا يَدْرُونَ مَا فِي الْكِتَابِ.
"Maka mereka diselimuti rasa takut dan tidak tahu apa isi surat tersebut."
وَمَثَلُ الَّذِي يَعْرِفُ التَّفْسِيرَ كَمَثَلِ رَجُلٍ جَاءَهُمْ بِمِصْبَاحٍ فَقَرَءُوا مَا فِي الْكِتَابِ.
"Dan perumpamaan orang yang mengetahui tafsir adalah seperti seorang laki-laki yang datang kepada mereka membawa lampu, lalu mereka bisa membaca apa yang ada di dalam surat itu."
وَذَكَرَ ابْنُ أَبِي الْحَوَارِي أَنَّ فُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ قَالَ لِقَوْمٍ قَصَدُوهُ لِيَأْخُذُوا عَنْهُ الْعِلْمَ:
Ibnu Abil Hawari menyebutkan bahwa Fudhail bin Iyadh berkata kepada sekelompok orang yang mendatanginya untuk mengambil ilmu darinya:
لَوْ طَلَبْتُمْ كِتَابَ اللهِ لَوَجَدْتُمْ فِيهِ شِفَاءً لِمَا تُرِيدُونَ،
"Seandainya kalian mencari (mempelajari) Kitabullah, niscaya kalian menemukan di dalamnya obat bagi apa yang kalian inginkan."
فَقَالُوا: قَدْ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ،
Mereka menjawab: "Kami telah mempelajari Al-Qur'an."
فَقَالَ: إِنَّ فِي تَعَلُّمِكُمُ الْقُرْآنَ شُغْلًا لِأَعْمَارِكُمْ وَأَعْمَارِ أَوْلَادِكُمْ،
Maka Fudhail berkata: "Sesungguhnya dalam mempelajari Al-Qur'an itu terdapat kesibukan bagi umur kalian dan umur anak-anak kalian."
فَقَالُوا: كَيْفَ يَا أَبَا عَلِيٍّ؟
Mereka bertanya: "Bagaimana itu wahai Abu Ali?"
قَالَ: لَنْ تَعْلَمُوا الْقُرْآنَ حَتَّى تَعْرِفُوا إِعْرَابَهُ وَمُحْكَمَهُ وَمُتَشَابِهَهُ وَنَاسِخَهُ مِنْ مَنْسُوخِهِ،
Ia menjawab: "Kalian tidak akan (benar-benar) mengetahui Al-Qur'an sampai kalian mengetahui i'rabnya, ayat muhkam dan mutasyabihnya, serta nasikh dan mansukhnya."
فَإِذَا عَرَفْتُمُ اسْتَغْنَيْتُمْ عَنْ كَلَامِ فُضَيْلٍ وَابْنِ عُيَيْنَةَ.
"Maka jika kalian telah mengetahuinya, kalian tidak butuh lagi kepada ucapan Fudhail dan Ibnu Uyainah."
وَلِلسَّلَفِ رَحِمَهُمُ اللهُ مِنْ هَذَا الْجِنْسِ مَا لَا يَأْتِي عَلَيْهِ الْحَصْرُ.
Dan bagi para ulama Salaf rahimahumullah, terdapat riwayat-riwayat sejenis ini yang tak terhitung jumlahnya.

Postingan populer dari blog ini

Biografi Pengarang

Pendahuluan Surat al Fatihah

Al fatihah Ayat 2-7