Al Baqarah Ayat 87-88
[سُورَةُ البَقَرَةِ (2): الآيَتَانِ 87–88]
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ ۖ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌۭ بِمَا لَا تَهْوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ ٨٧
Dan sungguh Kami telah memberikan kepada Musa Kitab,
dan Kami iringi setelahnya dengan para rasul.
Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang jelas,
dan Kami kuatkan dia dengan Ruhul Qudus.
Maka apakah setiap kali datang kepada kalian seorang rasul
dengan (membawa sesuatu) yang tidak disukai oleh nafsu kalian,
kalian menyombongkan diri,
lalu segolongan (rasul-rasul) kalian dustakan,
dan segolongan (yang lain) kalian bunuh?
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌۭ ۚ بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًۭا مَّا يُؤْمِنُونَ ٨٨
Dan mereka berkata, “Hati kami tertutup.”
Sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena kekafiran mereka.
Maka sedikit sekali di antara mereka yang beriman.
---
الْكِتَابُ: التَّوْرَاةُ،
“Al-Kitāb” (Kitab) di sini maksudnya adalah Taurat.
وَالتَّقْفِيَةُ: الْإِتْبَاعُ وَالْإِرْدَافُ،
“At-taqfiyah” adalah mengikuti dan menyusulkan (datang setelahnya),
مَأْخُوذَةٌ مِنَ الْقَفَا، وَهُوَ مُؤَخَّرُ الْعُنُقِ،
yang diambil dari kata “qafā”, yaitu bagian belakang leher.
تَقُولُ: اسْتَقْفَيْتُهُ: إِذَا جِئْتَ مِنْ خَلْفِهِ،
Engkau berkata “istaqfaituhu” apabila engkau datang dari belakangnya.
وَمِنْهُ سُمِّيَتْ قَافِيَةُ الشِّعْرِ؛ لِأَنَّهَا تَتْلُو سَائِرَ الْكَلَامِ.
Dan dari kata itu pula dinamakan “qāfiyah” dalam syair,
karena ia datang setelah seluruh kalimat (menjadi penutup bait).
وَالْمُرَادُ أَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ أَرْسَلَ عَلَىٰ أَثَرِهِ رُسُلًا
Yang dimaksud (ayat) adalah bahwa Allah Subhānahu mengutus,
menyusul di belakangnya (Musa), para rasul,
جَعَلَهُمْ تَابِعِينَ لَهُ،
menjadikan mereka sebagai pengikut dan penerusnya,
وَهُمْ أَنْبِيَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ الْمَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِهِ.
yaitu nabi-nabi Bani Israil yang diutus setelahnya.
وَالْبَيِّنَاتِ: الْأَدِلَّةُ الَّتِي ذَكَرَهَا اللَّهُ فِي آلِ عِمْرَانَ وَالْمَائِدَةِ.
“Al-bayyināt” adalah bukti-bukti (mukjizat)
yang telah Allah sebutkan di (Surah) Ali ‘Imran dan al-Mā’idah.
وَالتَّأْيِيدُ: التَّقْوِيَةُ.
“At-ta’yīd” artinya penguatan (menguatkan).
وَقَرَأَ مُجَاهِدٌ وَابْنُ مُحَيْصِنٍ: «آيَّدْنَاهُ» بِالْمَدِّ،
Mujāhid dan Ibnu Muḥayṣin membaca “āy-yadnāhu” (dengan mad),
وَهُمَا لُغَتَانِ.
dan keduanya adalah dua bentuk bahasa yang sah.
وَرُوحُ الْقُدُسِ مِنْ إِضَافَةِ الْمَوْصُوفِ إِلَى الصِّفَةِ:
“Rūḥul Qudus” adalah bentuk idhāfah (penyandaran)
antara sesuatu yang disifati kepada sifatnya,
أَيْ: الرُّوحِ الْمُقَدَّسَةِ.
yakni: ruh yang disucikan.
وَالْقُدُسُ: الطَّهَارَةُ،
“Al-qudus” berarti kesucian.
وَالْمُقَدَّسُ: الْمُطَهَّرُ.
“Al-muqaddas” berarti yang disucikan.
وَقِيلَ: هُوَ جِبْرِيلُ؛ أَيَّدَ اللَّهُ بِهِ عِيسَى.
Ada yang berpendapat: yang dimaksud (Rūḥul Qudus) adalah Jibril;
Allah menguatkan Isa dengannya.
وَمِنْهُ قَوْلُ حَسَّانَ:
Di antaranya adalah ucapan (syair) Ḥassān:
وَجِبْرِيلُ أَمِينُ اللَّهِ2 فِينَا
وَرُوحُ الْقُدُسِ لَيْسَ بِهِ خَفَاءُ3
“Dan Jibril, utusan (atau: kepercayaan) Allah ada di tengah kami,
dan Rūḥul Qudus, tidak tersembunyi (kedudukannya) sedikit pun.”
قَالَ النَّحَّاسُ:
An-Naḥḥās berkata:
وَسُمِّيَ جِبْرِيلُ رُوحًا، وَأُضِيفَ إِلَى الْقُدُسِ
“Jibril dinamakan ‘rūḥ’ dan disandarkan kepada ‘al-qudus’
لِأَنَّهُ كَانَ بِتَكْوِينِ اللَّهِ لَهُ مِنْ غَيْرِ وِلَادَةٍ».
karena ia tercipta dengan penciptaan Allah, bukan melalui kelahiran.”
وَقِيلَ: الْقُدُسُ هُوَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، وَرُوحُهُ جِبْرِيلُ.
Ada pula yang berpendapat: “Al-Qudus” adalah Allah ‘Azza wa Jalla,
dan ruh-Nya (yang dimaksud) adalah Jibril.
وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِرُوحِ الْقُدُسِ: الِاسْمُ الَّذِي كَانَ عِيسَىٰ يُحْيِي بِهِ الْمَوْتَى.
Ada yang berpendapat: yang dimaksud dengan Rūḥul Qudus
adalah nama (agung) yang dengannya Isa menghidupkan orang mati.
وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِهِ: الْإِنْجِيلُ.
Ada juga yang berpendapat: yang dimaksud adalah Injil.
وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِهِ: الرُّوحُ الْمَنْفُوخُ فِيهِ؛
Ada pula yang berpendapat: yang dimaksud adalah ruh yang ditiupkan kepadanya,
أَيَّدَهُ اللَّهُ بِهِ لِمَا فِيهِ مِنَ الْقُوَّةِ.
Allah menguatkannya dengan ruh itu karena padanya terdapat kekuatan.
---
وَقَوْلُهُ: بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمْ
Firman-Nya: “dengan (membawa sesuatu) yang tidak disukai oleh diri kalian…”
أَيْ: بِمَا لَا يُوَافِقُهَا وَيُلَائِمُهَا،
yakni: dengan sesuatu yang tidak sesuai dan tidak cocok dengan hawa nafsu kalian.
وَأَصْلُ «الْهَوَىٰ»: الْمَيْلُ إِلَى الشَّيْءِ.
Asal kata “al-hawā” adalah kecenderungan (kemiringan) seseorang kepada sesuatu.
قَالَ الْجَوْهَرِيُّ:
Al-Jauharī berkata:
وَسُمِّيَ «الْهَوَىٰ» هَوًى لِأَنَّهُ يَهْوِي بِصَاحِبِهِ إِلَى النَّارِ.
“Dinamakan ‘al-hawā’ karena ia menjatuhkan pemiliknya ke neraka.”
وَبَّخَهُمُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ بِهٰذَا الْكَلَامِ الْمُعَنْوَنِ بِهَمْزَةِ التَّوْبِيخِ،
Allah Subhānahu mencela mereka dengan kalimat ini
yang diawali hamzah at-tawbīkh (hamzah untuk menghardik),
فَقَالَ:
maka Dia berfirman:
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْكُمْ
“Apakah setiap kali datang kepada kalian seorang rasul dari kalangan kalian sendiri,
بِمَا لَا يُوَافِقُ مَا تَهْوَوْنَهُ اسْتَكْبَرْتُمْ
dengan (membawa sesuatu) yang tidak sesuai dengan apa yang kalian inginkan,
kalian menyombongkan diri
عَنْ إِجَابَتِهِ؛ احْتِقَارًا لِلرُّسُلِ وَاسْتِبْعَادًا لِلرِّسَالَةِ؟
sehingga enggan memenuhi seruannya,
karena meremehkan para rasul dan menganggap mustahil adanya risalah?”
وَالْفَاءُ فِي قَوْلِهِ: أَفَكُلَّمَا
Huruf fā’ dalam firman-Nya “afakullamā”
لِلْعَطْفِ عَلَىٰ مُقَدَّرٍ؛
berfungsi sebagai penghubung (athaf) kepada sesuatu yang diperkirakan (terhapus),
أَيْ: آتَيْنَاكُمْ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ مَا آتَيْنَاكُمْ،
yakni: “Kami telah memberikan kepada kalian, wahai Bani Israil,
para nabi sebagaimana yang telah Kami berikan kepada kalian;
أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ…».
maka apakah setiap kali datang kepada kalian seorang rasul (kalian lakukan itu)?”
وَ«فَرِيقًا» مَنْصُوبٌ بِالْفِعْلِ الَّذِي بَعْدَهُ،
Kata “farīqan” (sekelompok) dibaca manshub oleh fi‘il setelahnya,
وَالْفَاءُ لِلتَّفْصِيلِ.
dan huruf fā’ (pada “fafarīqan”) untuk merinci (dua kelompok perlakuan kalian).
وَمِنَ الْفَرِيقِ الْمُكَذَّبِينَ: عِيسَىٰ وَمُحَمَّدٌ،
Di antara golongan yang kalian dustakan adalah Isa dan Muhammad,
وَمِنَ الْفَرِيقِ الْمَقْتُولِينَ: يَحْيَىٰ وَزَكَرِيَّا.
dan di antara golongan yang kalian bunuh adalah Yahya dan Zakariya.
---
وَالْغُلْفُ: جَمْعُ «أَغْلَفَ»،
“Al-ghuluf” adalah bentuk jamak dari “aghlaf”.
الْمُرَادُ بِهِ هُنَا: الَّذِي عَلَيْهِ غِشَاوَةٌ
Yang dimaksud di sini adalah hati yang ada penutupnya,
تَمْنَعُ مِنْ وُصُولِ الْكَلَامِ إِلَيْهِ،
yang mencegah sampainya (pengaruh) ucapan kepadanya.
وَمِنْهُ: «غَلَّفْتُ السَّيْفَ»؛ أَيْ جَعَلْتُ لَهُ غِلَافًا.
Di antaranya adalah ungkapan “ghallaftu as-saifa”,
yakni aku jadikan sarung (pelindung) bagi pedang itu.
قَالَ فِي «الْكَشَّافِ»:
Dalam al-Kasysyāf disebutkan:
«هُوَ مُسْتَعَارٌ مِنَ الْأَغْلَفِ الَّذِي لَمْ يُخْتَنْ»،
“Ia adalah bentuk kiasan dari ‘aghlaf’ yakni orang yang belum dikhitan,
كَقَوْلِهِ: ﴿قُلُوبُنَا فِي أَكِنَّةٍۢ مِّمَّا تَدْعُونَآ إِلَيْهِ﴾4.
sebagaimana firman-Nya: ‘Hati kami berada dalam tutupan terhadap apa yang engkau seru kami kepadanya.’4”
وَقِيلَ: إِنَّ «الْغُلْفَ» جَمْعُ «غِلَافٍ» مِثْلَ «حِمَارٍ» وَ«حُمْرٍ»؛
Ada juga yang berpendapat: “al-ghuluf” adalah jamak dari “ghilāf”,
seperti “ḥimār” dan jamaknya “ḥumr”.
أَيْ: قُلُوبُنَا أَوْعِيَةٌ لِلْعِلْمِ؛
Yakni: “Hati kami adalah wadah-wadah ilmu;
فَمَا بَالُهَا لَا تَفْهَمُ عَنْكَ،
mengapa (menurutmu) ia tidak memahami (apa yang engkau sampaikan),
وَقَدْ وَعَيْنَا عِلْمًا كَثِيرًا؟».
padahal kami telah menyimpan (menguasai) banyak ilmu?”
فَرَدَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا قَالُوهُ،
Maka Allah membantah ucapan mereka itu,
فَقَالَ: ﴿بَل لَّعَنَهُمُ ٱللَّهُ بِكُفْرِهِمْ﴾.
dengan berfirman: “Sebenarnya Allah telah melaknat mereka karena kekafiran mereka.”
وَأَصْلُ «اللَّعْنِ» فِي كَلَامِ الْعَرَبِ: الطَّرْدُ وَالْإِبْعَادُ،
Asal makna “al-la‘n” dalam bahasa Arab adalah pengusiran dan menjauhkan.
وَمِنْهُ قَوْلُ الشَّمَّاخِ:
Di antaranya adalah ucapan asy-Syammākh:
ذَعَرْتُ بِهِ الْقَطَا وَنَفَيْتُ عَنْهُ
مَقَامَ الذِّئْبِ كَالرَّجُلِ اللَّعِينِ
“Aku telah mengusir kawanan burung dan menyingkirkan darinya
tempat singgah serigala, seperti (mengusir) seorang laki-laki yang terlaknat.”
أَيْ: كَالرَّجُلِ الْمَطْرُودِ.
Yakni: seperti seorang laki-laki yang diusir jauh.
وَالْمَعْنَى: أَبْعَدَهُمُ اللَّهُ مِنْ رَحْمَتِهِ.
Maksudnya: Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya.
---
وَ«قَلِيلًا» نَعْتٌ لِمَصْدَرٍ مَحْذُوفٍ؛
Kata “qalīlan” adalah sifat bagi mashdar yang dihilangkan (muhdzaf),
أَيْ: «إِيمَانًا قَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ»،
yakni: “(Mereka hanya memiliki) keimanan yang sedikit; sedikit sekali mereka beriman.”
و«مَا» زَائِدَةٌ.
Dan huruf “mā” di sini adalah kata tambahan (zā’idah untuk penguat).
وَصَفَ إِيمَانَهُمْ بِالْقِلَّةِ؛
Allah menyifati iman mereka dengan sedikit,
لِأَنَّهُمُ الَّذِينَ قَصَّ اللَّهُ عَلَيْنَا مِنْ عِنَادِهِمْ،
karena mereka adalah orang-orang yang Allah ceritakan kepada kita
tentang sikap keras kepala mereka,
وَعَجْرَفَتِهِمْ، وَشِدَّةِ لُجَاجِهِمْ،
kesombongan mereka, dan kerasnya sikap membangkang mereka,
وَبُعْدِهِمْ عَنْ إِجَابَةِ الرُّسُلِ مَا قَصَّهُ.
serta jauhnya mereka dari memenuhi seruan para rasul, sebagaimana telah dikisahkan.
وَمِنْ جُمْلَةِ ذٰلِكَ: أَنَّهُمْ يُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَيَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ.
Di antara hal itu adalah bahwa mereka beriman kepada sebagian Kitab
dan kafir terhadap sebagian yang lain.
وَقَالَ مَعْمَرٌ:
Ma‘mar berkata:
الْمَعْنَى: لَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا مِمَّا فِي أَيْدِيهِمْ،
“Maksudnya adalah: mereka tidak beriman kecuali kepada sedikit saja
dari apa yang ada di tangan mereka,
وَيَكْفُرُونَ بِأَكْثَرِهِ».
dan mereka kafir terhadap sebagian besar darinya.”
وَعَلَىٰ هٰذَا يَكُونُ «قَلِيلًا» مَنْصُوبًا بِنَزْعِ الْخَافِضِ.
Menurut pendapat ini, “qalīlan” manshub karena dianggap ada huruf jar yang dihilangkan (binaz‘i al-khāfiḍ).
وَقَالَ الْوَاقِدِيُّ:
Al-Wāqidī berkata:
مَعْنَاهُ: لَا يُؤْمِنُونَ قَلِيلًا وَلَا كَثِيرًا.
“Maknanya: mereka tidak beriman, baik sedikit maupun banyak.”
قَالَ الْكِسَائِيُّ:
Al-Kisā’ī berkata:
تَقُولُ الْعَرَبُ: «مَرَرْنَا بِأَرْضٍ قَلَّ مَا تُنْبِتُ الْكُرَّاثَ وَالْبَصَلَ»،
“Orang Arab berkata: ‘Kami melewati suatu tanah yang sedikit sekali
menumbuhkan daun bawang dan bawang merah…’”
أَيْ: لَا تُنْبِتُ شَيْئًا.
yakni: sama sekali tidak menumbuhkan apa pun.
فَتْحُ الْقَدِيرِ لِلشَّوْكَانِيّ - ج ١ (ص: ١٣٠-١٣١)
(Fath al-Qadīr karya asy-Syaukānī, jilid 1, hlm. 130–131)
---
وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ عَسَاكِرَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu ‘Asākir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang firman-Nya:
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ
“Dan sungguh Kami telah memberikan kepada Musa Kitab…”
قَالَ: «يَعْنِي بِهِ التَّوْرَاةَ جُمْلَةً وَاحِدَةً مُفَصَّلَةً مُحْكَمَةً».
ia berkata: “Yang dimaksud adalah Taurat,
diturunkan sekaligus, terperinci, dan kokoh (hukumnya).”
وَقَوْلُهُ: ﴿وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ﴾
Dan firman-Nya: “Dan Kami iringi setelahnya dengan para rasul…”
يَعْنِي: رَسُولًا يُدْعَى أَشَمْوِيلَ بْنَ بَابِلَ،
yakni: seorang rasul yang bernama Asyamu’īl bin Bābil,
وَرَسُولًا يُدْعَى مَنْشَابِيلَ،
dan seorang rasul yang bernama Mansyābīl,
وَرَسُولًا يُدْعَى شَعْيَاءَ،
dan seorang rasul yang bernama Sya‘yā’ (Isaiah),
وَرَسُولًا يُدْعَى حِزْقِيلَ،
dan seorang rasul yang bernama Ḥizqīl (Ezekiel),
وَرَسُولًا يُدْعَى أَرْمِيَاءَ، وَهُوَ الْخَضِرُ،
dan seorang rasul yang bernama Armiyā’,
dan dia adalah al-Khiḍr,
وَرَسُولًا يُدْعَى دَاوُدَ، وَهُوَ أَبُو سُلَيْمَانَ،
dan seorang rasul yang bernama Dawud, yaitu ayah Sulaiman,
وَرَسُولًا يُدْعَى الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ.
dan seorang rasul yang bernama al-Masih Isa putra Maryam.
فَهَؤُلَاءِ الرُّسُلُ ابْتَعَثَهُمُ اللَّهُ وَانْتَخَبَهُمْ مِنَ الْأُمَّةِ بَعْدَ مُوسَىٰ،
Maka para rasul inilah yang Allah bangkitkan dan Allah pilih dari umat itu setelah Musa,
فَأَخَذْنَا عَلَيْهِمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا:
lalu Kami mengambil atas mereka perjanjian yang kuat,
أَنْ يُؤَدُّوا إِلَىٰ أُمَّتِهِمْ صِفَةَ مُحَمَّدٍ ﷺ وَصِفَةَ أُمَّتِهِ.
yaitu agar mereka menyampaikan kepada umat mereka sifat-sifat Muhammad ﷺ
dan sifat-sifat umatnya.
وَأَخْرَجَ ابْنُ إِسْحَاقَ وَابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya (Ibnu ‘Abbas) tentang firman-Nya:
وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ
“Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang jelas…”
قَالَ: «هِيَ الْآيَاتُ الَّتِي وَضَعَ عَلَىٰ يَدَيْهِ
ia berkata: “(Yang dimaksud) adalah ayat-ayat (mukjizat)
yang Allah letakkan di kedua tangannya,
مِنْ إِحْيَاءِ الْمَوْتَىٰ،
seperti menghidupkan orang mati,
وَخَلْقِهِ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ،
dan menciptakan dari tanah liat bentuk seekor burung,
وَإِبْرَاءِ الْأَسْقَامِ،
dan menyembuhkan berbagai penyakit,
وَالْخَبَرِ بِكَثِيرٍ مِنَ الْغُيُوبِ،
serta mengabarkan banyak hal-hal gaib,
وَمَا رَدَّ عَلَيْهِمْ مِنَ التَّوْرَاةِ،
dan apa yang ia kembalikan kepada mereka dari (kebenaran) Taurat,
مَعَ الْإِنْجِيلِ الَّذِي أَحْدَثَ اللَّهُ إِلَيْهِ».
bersama Injil yang Allah wahyukan kepadanya.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya tentang firman-Nya:
وَأَيَّدْنَاهُ
“Dan Kami menguatkannya…”
قَالَ: «قَوَّيْنَاهُ».
ia berkata: “(Artinya) Kami kuatkan dia.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ قَالَ:
Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya, ia berkata:
«رُوحٌ مِنَ الْقُدُسِ: الِاسْمُ الَّذِي كَانَ عِيسَىٰ يُحْيِي بِهِ الْمَوْتَىٰ».
“Ruh dari al-Qudus adalah nama (agung)
yang dengannya Isa menghidupkan orang-orang mati.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata:
«الْقُدُسُ: اللَّهُ تَعَالَىٰ».
“Al-Qudus adalah Allah Ta‘ālā.”
وَأَخْرَجَ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ مِثْلَهُ.
Dan ia meriwayatkan dari ar-Rabī‘ bin Anas ucapan yang serupa.
وَأَخْرَجَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
Ia meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
«الْقُدُسُ: الطُّهْرُ».
“Al-Qudus adalah kesucian.”
وَأَخْرَجَ عَنِ السُّدِّيِّ قَالَ:
Dan ia meriwayatkan dari as-Suddi, ia berkata:
«الْقُدُسُ: الْبَرَكَةُ».
“Al-Qudus adalah keberkahan.”
وَأَخْرَجَ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ:
Dan ia meriwayatkan dari Ismā‘īl bin Abi Khālid
أَنَّ «رُوحَ الْقُدُسِ»: جِبْرِيلُ.
bahwa “Rūḥul Qudus” adalah Jibril.
وَأَخْرَجَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ مِثْلَهُ.
Dan ia meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud hal yang sama.
وَأَخْرَجَ أَبُو الشَّيْخِ فِي «الْعَظَمَةِ» عَنْ جَابِرٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ:
Abu asy-Syaikh dalam kitab al-‘Aẓamah meriwayatkan dari Jabir, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
«رُوحُ الْقُدُسِ جِبْرِيلُ».
“Rūḥul Qudus adalah Jibril.”
وَقَدْ ثَبَتَ فِي «الصَّحِيحِ» أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ:
Dan telah tetap dalam Shahih (al-Bukhari atau Muslim) bahwa Nabi ﷺ bersabda:
«اللَّهُمَّ أَيِّدْ حَسَّانَ بِرُوحِ الْقُدُسِ».
“Ya Allah, kuatkanlah Hassān dengan Rūḥul Qudus.”
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ: «فَرِيقًا» قَالَ: «طَائِفَةً».
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa‘īd bin Jubair tentang firman-Nya: “farīqan” (sekelompok), ia berkata: “Maksudnya: satu kelompok.”
وَأَخْرَجَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
Dan ia meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata:
«إِنَّمَا سُمِّيَ الْقَلْبُ لِتَقَلُّبِهِ».
“Sesungguhnya dinamakan ‘qalb’ (hati) karena ia selalu berbolak-balik (berubah-ubah).”
وَأَخْرَجَ الطَّبَرَانِيُّ فِي «الْأَوْسَطِ» عَنْهُ
Ath-Thabarāni dalam al-Mu‘jam al-Awsaṭ meriwayatkan darinya
أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ: «قُلُوبُنَا غُلْفٌ مُثَقَّلَةً»،
bahwa ia membaca (ayat) dengan lafal: “Qulūbunā ghulfun muṯaqqalah”,
أَيْ: «كَيْفَ نَتَعَلَّمُ وَقُلُوبُنَا غُلَفٌ لِلْحِكْمَةِ؛ أَيْ: أَوْعِيَةٌ لِلْحِكْمَةِ؟».
yakni: “Bagaimana kami bisa belajar, sementara hati kami adalah ‘ghulaf’ bagi hikmah;
yakni wadah-wadah bagi hikmah?”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya tentang firman-Nya:
وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ
“Dan mereka berkata: Hati kami tertutup (ghulfun)…”
قَالَ: «مَمْلُوءَةٌ عِلْمًا لَا تَحْتَاجُ إِلَىٰ عِلْمِ مُحَمَّدٍ وَلَا غَيْرِهِ».
ia berkata: “(Maksud mereka) adalah: hati kami penuh dengan ilmu,
tidak membutuhkan ilmu Muhammad dan tidak (membutuhkan ilmu) selainnya.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya tentang firman-Nya:
قُلُوبُنَا غُلْفٌ
“Hati kami tertutup…”
قَالَ: «فِي غِطَاءٍ».
ia berkata: “(Maksudnya) berada dalam penutup.”
وَرَوَى ابْنُ إِسْحَاقَ وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: «فِي أَكِنَّةٍ».
Ibnu Ishaq dan Ibnu Jarir meriwayatkan darinya bahwa ia berkata: “Berada dalam tutupan-tutupan (akninnah).”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ:
Dan Ibnu Jarir meriwayatkan darinya bahwa ia berkata:
«هِيَ الْقُلُوبُ الْمَطْبُوعُ عَلَيْهَا».
“Itu adalah hati yang telah ditutup (disegel).”
وَأَخْرَجَ وَكِيعٌ عَنْ عِكْرِمَةَ، وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْ مُجَاهِدٍ نَحْوَهُ.
Waki‘ meriwayatkan dari ‘Ikrimah, dan Ibnu Jarir dari Mujahid,
ucapan yang semakna dengan ini.
وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ:
‘Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah:
«هِيَ الَّتِي لَا تَفْقَهُ».
ia berkata: “(Hati itu) adalah hati yang tidak memahami.”
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي «كِتَابِ الْإِخْلَاصِ» وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ:
Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Abi ad-Dunyā dalam Kitāb al-Ikhlāṣ, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ḥudhayfah, ia berkata:
«الْقُلُوبُ أَرْبَعَةٌ:
“Hati itu ada empat macam:
قَلْبٌ أَغْلَفُ، فَذٰلِكَ قَلْبُ الْكَافِرِ،
hati yang ‘aghlaf’ (terkunci), itulah hati orang kafir;
وَقَلْبٌ مُصَفَّحٌ، فَذٰلِكَ قَلْبُ الْمُنَافِقِ،
dan hati yang berlapis (muṣaffaḥ), itulah hati orang munafik;
وَقَلْبٌ أَجْرَدُ فِيهِ مِثْلُ السِّرَاجِ، فَذٰلِكَ قَلْبُ الْمُؤْمِنِ،
dan hati yang jernih (ajrad) yang di dalamnya seperti pelita, itulah hati orang mukmin;
وَقَلْبٌ فِيهِ إِيمَانٌ وَنِفَاقٌ،
dan hati yang di dalamnya terdapat iman dan nifak,
فَمَثَلُ الْإِيمَانِ كَمَثَلِ شَجَرَةٍ يَمُدُّهَا مَاءٌ طَيِّبٌ،
maka perumpamaan iman di dalamnya seperti pohon
yang dialiri air yang baik,
وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ قُرْحَةٍ يَمُدُّهَا الْقَيْحُ وَالدَّمُ».
dan perumpamaan nifak di dalamnya seperti borok
yang dialiri nanah dan darah.”
وَأَخْرَجَ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ جَيِّدٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ:
Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Abu Sa‘id, ia berkata:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«الْقُلُوبُ أَرْبَعَةٌ:
“Hati itu ada empat macam:
قَلْبٌ أَجْرَدُ فِيهِ مِثْلُ السِّرَاجِ يُزْهَى،
(1) Hati yang jernih (ajrad) yang di dalamnya seperti pelita yang bersinar;
وَقَلْبٌ أَغْلَفُ مَرْبُوطٌ عَلَىٰ غِلَافِهِ،
(2) dan hati yang aglaf (terkunci), terikat pada penutupnya;
وَقَلْبٌ مَنْكُوسٌ،
(3) dan hati yang terbalik (mankūs);
وَقَلْبٌ مُصَفَّحٌ».
(4) dan hati yang berlapis (muṣaffaḥ).”
فَأَمَّا الْقَلْبُ الْأَجْرَدُ فَقَلْبُ الْمُؤْمِنِ، سِرَاجُهُ فِيهِ نُورُهُ،
“Adapun hati yang jernih (ajrad) adalah hati orang mukmin; pelitanya adalah cahaya (iman) di dalamnya.
وَأَمَّا الْقَلْبُ الْأَغْلَفُ فَقَلْبُ الْكَافِرِ،
Adapun hati yang aglaf adalah hati orang kafir.
وَأَمَّا الْقَلْبُ الْمَنْكُوسُ فَقَلْبُ الْمُنَافِقِ؛ عَرَفَ ثُمَّ أَنْكَرَ،
Adapun hati yang terbalik adalah hati orang munafik; ia mengenal (kebenaran) kemudian mengingkarinya.
وَأَمَّا الْقَلْبُ الْمُصَفَّحُ فَقَلْبٌ فِيهِ إِيمَانٌ وَنِفَاقٌ؛
Adapun hati yang berlapis adalah hati yang di dalamnya terdapat iman dan nifak;
فَمَثَلُ الْإِيمَانِ فِيهِ كَمَثَلِ الْبَقْلَةِ يَمُدُّهَا الْمَاءُ الطَّيِّبُ،
maka perumpamaan iman di dalamnya seperti sayuran yang dialiri air yang baik,
وَمَثَلُ النِّفَاقِ فِيهِ كَمَثَلِ الْقُرْحَةِ يَمُدُّهَا الْقَيْحُ،
dan perumpamaan nifak di dalamnya seperti borok yang dialiri nanah;
فَأَيُّ الْمَادَّتَيْنِ غَلَبَتْ عَلَى الْأُخْرَىٰ غَلَبَتْ عَلَيْهِ».
maka bahan mana yang mengalahkan yang lain, dialah yang menguasai hati itu.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ مِثْلَهُ سَوَاءً مَوْقُوفًا.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan hal yang serupa dari Salman al-Fārisi, secara mauqūf (terhenti pada sahabat).
وَأَخْرَجَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ فِي قَوْلِهِ:
‘Abd ar-Razzāq dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah tentang firman-Nya:
فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ
“Maka sedikit sekali mereka beriman…”
قَالَ: «لَا يُؤْمِنُ مِنْهُمْ إِلَّا قَلِيلٌ».
ia berkata: “Tidak ada yang beriman dari mereka kecuali sedikit saja.”
---
1 Maknanya: menebus tawanan itu wajib atas kalian (penjelasan editor atas ayat sebelumnya tentang فِدَاءُ الأَسْرَى).
2 Dalam Tafsir al-Qurṭubī tertulis: “Jibrīl Rasūlullāh fīnā…” (bukan “Amīnullāh”).
3 Dalam Dīwān (kumpulan syair) Ḥassān: “Laysa lahu kafā’” (bukan “laysa bihi khafā’”).
4 QS. Fuṣṣilat [41]: 5 – “Qulūbunā fī akinnatin mimmā tad‘ūnā ilayh…”