Al Baqarah Ayat 215-216

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 215-216 - Fathul Qadir Asy-Syaukani

[سورة البقرة (2) : الآيات 215 الى 216]

Surah Al-Baqarah (2): Ayat 215–216

يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (215) كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (216)

Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad), “Apa yang seharusnya mereka infakkan?” Katakanlah, “Apa saja harta kebaikan yang kamu infakkan, maka berikanlah kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil. Dan apa saja kebaikan yang kamu perbuat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadapnya.” (215)

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu sangat tidak menyenangkan bagimu. Namun boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (216)

السَّائِلُونَ هُنَا: هُمُ المؤمنون،

Para penanya di sini adalah orang-orang mukmin,

سألوا عن الشيء الذين يُنْفِقُونَهُ مَا هُوَ؟

mereka bertanya tentang apa yang seharusnya mereka infakkan, apa gerangan itu?

فَأُجِيبُوا بِبَيَانِ الْمَصْرِفِ الَّذِي يَصْرِفُونَ فِيهِ، تَنْبِيهًا عَلَى أَنَّهُ الْأَوْلَى بِالْقَصْدِ،

maka mereka dijawab dengan penjelasan tempat-tempat pengeluaran yang paling utama untuk dituju,

لأن الشيء لا يعتدّ به إِذَا وُضِعَ فِي مَوْضِعِهِ وَصَادَفَ مَصْرِفَهُ

karena sesuatu baru dianggap bernilai jika ditempatkan pada tempat yang tepat dan sesuai dengan jalur pengeluarannya yang benar.

وَقِيلَ: إِنَّهُ قَدْ تَضَمَّنَ قَوْلُهُ: مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ بَيَانَ مَا يُنْفِقُونَهُ وَهُوَ كُلُّ خَيْرٍ

Dikatakan pula bahwa perkataan-Nya “apa saja yang kamu infakkan dari kebaikan” telah mencakup penjelasan tentang apa yang mereka infakkan, yaitu segala bentuk kebaikan.

وَقِيلَ: إِنَّهُمْ إِنَّمَا سَأَلُوا عَنْ وُجُوهِ الْبِرِّ الَّتِي يُنْفِقُونَ فِيهَا، وَهُوَ خِلَافُ الظَّاهِرِ.

Dikatakan juga bahwa mereka hanya bertanya tentang macam-macam kebajikan yang mereka infakkan padanya, namun pendapat ini bertentangan dengan makna zhahir ayat.

وَقَدْ تَقَدَّمَ الْكَلَامُ فِي الْأَقْرَبِينَ، وَالْيَتَامَى، وَالْمَسَاكِينَ، وَابْنِ السَّبِيلِ.

Telah lalu pembahasan tentang kaum kerabat, anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil.

وَقَوْلُهُ: كُتِبَ أَيْ: فُرِضَ، وَقَدْ تَقَدَّمَ بَيَانُ مَعْنَاهُ.

Perkataan-Nya “kutiba” berarti difardhukan, dan telah lalu penjelasan maknanya.

بَيَّنَ سُبْحَانَهُ أَنَّ هَذَا: أَيْ: فَرْضُ الْقِتَالِ عَلَيْهِمْ، مِنْ جُمْلَةِ مَا امْتُحِنُوا بِهِ.

Allah Yang Maha Suci menjelaskan bahwa kewajiban berperang atas mereka termasuk bagian dari ujian yang mereka hadapi.

وَالْمُرَادُ بِالْقِتَالِ: قِتَالُ الْكُفَّارِ.

Yang dimaksud dengan qital adalah perang melawan orang-orang kafir.

وَالْكُرْهُ بِالضَّمِّ: الْمَشَقَّةُ، وَبِالْفَتْحِ: مَا أُكْرِهَتْ عَلَيْهِ، وَيَجُوزُ الضَّمُّ فِي مَعْنَى الْفَتْحِ، فَيَكُونَانِ لُغَتَيْنِ،

Al-kurh dengan dhammah berarti kesulitan berat, dengan fathah berarti sesuatu yang dipaksa atasnya. Boleh juga dhammah dengan makna fathah, sehingga keduanya menjadi dua dialek.

يُقَالُ: كَرِهْتُ الشَّيْءَ كُرْهًا، وَكَرْهًا، وَكَرَاهَةً، وَكَرَاهِيَةً، وَأَكْرَهْتُهُ عَلَيْهِ إِكْرَاهًا،

Dikatakan: karihtu asy-syai’a kurhan, wa karhan, wa karāhatan, wa karāhiyatan, dan akrahtuhu ‘alaihi ikrāhan.

وَإِنَّمَا كَانَ الْجِهَادُ كُرْهًا: لِأَنَّ فِيهِ إِخْرَاجَ الْمَالِ، وَمُفَارَقَةَ الْأَهْلِ وَالْوَطَنِ، وَالتَّعَرُّضَ لِذَهَابِ النَّفْسِ،

Sesungguhnya jihad itu terasa berat karena melibatkan pengeluaran harta, berpisah dengan keluarga dan tanah air, serta mempertaruhkan hilangnya jiwa.

وَفِي التَّعْبِيرِ بِالْمَصْدَرِ وَهُوَ قَوْلُهُ: كُرْهٌ مُبَالَغَةٌ

Penggunaan bentuk mashdar pada perkataan-Nya “kurh” mengandung mubalaghah (penekanan luar biasa).

وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ بِمَعْنَى الْمَكْرُوهِ، كَمَا فِي قَوْلِهِمُ: الدِّرْهَمُ ضَرْبُ الْأَمِيرِ.

Bisa juga bermakna “sesuatu yang dibenci”, sebagaimana ucapan mereka “dirham dharbu al-amīr”.

وَقَوْلُهُ: وَعَسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئاً قِيلَ: عَسَى هُنَا: بِمَعْنَى قَدْ، وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنِ الْأَصَمِّ.

Tentang perkataan-Nya “wa ‘asā an takrahū syai’an”, dikatakan bahwa ‘asā di sini bermakna qad (sudah pasti), dan hal itu diriwayatkan dari al-Ashamm.

وَقَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ: عَسَى مِنَ اللَّهِ إِيجَابٌ،

Abu Ubaidah berkata: “‘Asā dari Allah” berarti pasti terjadi (wajib al-wuqū‘).

وَالْمَعْنَى: عَسَى أَنْ تَكْرَهُوا الْجِهَادَ لِمَا فِيهِ مِنَ الْمَشَقَّةِ وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، فَرُبَّمَا تَغْلِبُونَ، وَتَظْفَرُونَ، وَتَغْنَمُونَ، وَتُؤْجَرُونَ، وَمَنْ مَاتَ مَاتَ شَهِيدًا،

Maknanya: boleh jadi kamu membenci jihad karena beratnya, padahal itu lebih baik bagimu; mungkin kamu akan menang, meraih kemenangan, mendapatkan ghanimah, mendapat pahala besar, dan barangsiapa mati maka mati syahid.

وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا الدَّعَةَ وَتَرْكَ الْقِتَالِ وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ، فَرُبَّمَا يَتَقَوَّى عَلَيْكُمُ الْعَدُوُّ فَيَغْلِبُكُمْ، وَيَقْصِدُكُمْ إِلَى عُقْرِ دِيَارِكُمْ، فَيَحِلُّ بِكُمْ أَشَدُّ مِمَّا تَخَافُونَهُ مِنَ الْجِهَادِ الَّذِي كَرِهْتُمْ، مَعَ مَا يَفُوتُكُمْ فِي ذَلِكَ مِنَ الْفَوَائِدِ الْعَاجِلَةِ وَالْآجِلَةِ،

Dan boleh jadi kamu menyukai kemewahan dan meninggalkan perang, padahal itu buruk bagimu; mungkin musuh akan menguat atas kamu, mengalahkanmu, bahkan masuk ke tengah-tengah negerimu, lalu menimpakan kepada kamu musibah yang jauh lebih berat daripada yang kamu takutkan dari jihad yang kamu benci itu, disertai hilangnya berbagai manfaat dunia dan akhirat.

وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِيهِ صَلَاحُكُمْ وَفَلَاحُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.

Allah mengetahui apa yang mendatangkan keshalehan dan keberuntungan bagi kamu, sedangkan kamu tidak mengetahui.

وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، عن السدي في قوله: يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قَالَ: يَوْمَ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ لَمْ تَكُنْ زَكَاةٌ، وَهِيَ النَّفَقَةُ يُنْفِقُهَا الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ، وَالصَّدَقَةُ يَتَصَدَّقُ بِهَا فَنَسَخَتْهَا الزَّكَاةُ.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari As-Suddi berkata tentang ayat “mereka bertanya kepadamu apa yang mereka infakkan”: Pada hari ayat ini turun belum ada kewajiban zakat; yang ada hanyalah nafkah wajib yang dikeluarkan seseorang untuk keluarganya dan sedekah sunnah, kemudian zakat menghapus (menasakh) ketentuan tersebut.

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: سَأَلَ الْمُؤْمِنُونَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أين يضعون أموالهم؟ فنزلت: يَسْئَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ الْآيَةَ، فَذَلِكَ النَّفَقَةُ فِي التَّطَوُّعِ وَالزَّكَاةِ سَوَاءٌ ذَلِكَ كُلُّهُ.

Ibnu Jarir dan Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia berkata: Orang-orang mukmin bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Ke mana kami harus menyalurkan harta kami?” Maka turunlah ayat “yas’alūnaka mādzā yunfiqūn” hingga akhir ayat. Itu mencakup infak sunnah maupun zakat; semuanya sama.

وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ: أَنَّ عَمْرَو بْنَ الْجَمُوحِ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مَاذَا نُنْفِقُ مِنْ أَمْوَالِنَا، وَأَيْنَ نَضَعُهَا؟ فَنَزَلَتْ.

Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan bahwa Amr bin Al-Jamuḥ bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Harta apa dari kekayaan kami yang harus kami infakkan dan ke mana kami harus menyalurkannya?” Maka turunlah ayat ini.

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ: كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَالْمُؤْمِنِينَ بِمَكَّةَ بِالتَّوْحِيدِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَأَنْ يَكُفُّوا أَيْدِيَهُمْ عَنِ الْقِتَالِ، فَلَمَّا هَاجَرَ إِلَى الْمَدِينَةِ نَزَلَتْ سَائِرُ الْفَرَائِضِ، وَأُذِنَ لَهُمْ فِي الْقِتَالِ، فَنَزَلَتْ: كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ يَعْنِي: فُرِضَ عَلَيْكُمْ، وَأُذِنَ لَهُمْ بَعْدَ مَا نَهَاهُمْ عَنْهُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ يَعْنِي: الْقِتَالَ: وَهُوَ مَشَقَّةٌ عَلَيْكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئاً يعني: الْجِهَادَ: قِتَالَ الْمُشْرِكِينَ، وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ، وَيَجْعَلُ اللَّهُ عَاقِبَتَهُ فَتْحًا، وَغَنِيمَةً، وَشَهَادَةً وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئاً يَعْنِي: الْقُعُودَ عَنِ الْجِهَادِ وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ فَيَجْعَلُ اللَّهُ عَاقِبَتَهُ شَرًّا، فَلَا تُصِيبُوا ظَفَرًا وَلَا غَنِيمَةً.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa‘īd bin Jubair tentang ayat “kutiba ‘alaikum al-qitāl”, ia berkata: Sesungguhnya Allah memerintahkan Nabi ﷺ dan orang-orang mukmin di Makkah untuk bertauhid, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menahan tangan dari berperang. Ketika beliau hijrah ke Madinah, turunlah seluruh kewajiban lainnya dan mereka diizinkan berperang. Maka turunlah ayat “kutiba ‘alaikum al-qitāl” yaitu diwajibkan atas kamu, setelah sebelumnya dilarang, “wa huwa kurhun lakum” yaitu perang itu berat atas kamu, “wa ‘asā an takrahū syai’an” yaitu jihad melawan kaum musyrikin, “wa huwa khairun lakum” dan Allah menjadikan akibatnya kemenangan, ghanimah, dan syahadah, “wa ‘asā an tuḥibbū syai’an” yaitu duduk-duduk tidak berjihad, “wa huwa syarrun lakum” maka Allah menjadikan akibatnya keburukan, sehingga kamu tidak memperoleh kemenangan maupun ghanimah.

وَأَ��ْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: قُلْتُ لِعَطَاءٍ مَا يَقُولُ فِي قَوْلِهِ: كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَوَجَبَ الْغَزْوُ عَلَى النَّاسِ مِنْ أَجْلِهَا؟ قَالَ: لَا، كُتِبَ عَلَى أُولَئِكَ حِينَئِذٍ.

Ibnu Jarir, Ibnu Al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Atha’, “Apakah ayat ‘kutiba ‘alaikum al-qitāl’ mewajibkan ghazw (perang suci) atas semua manusia karena ayat ini?” Ia menjawab, “Tidak, kewajiban itu hanya ditujukan kepada orang-orang pada masa itu saja.”

وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ فِي الْآيَةِ قَالَ: الْجِهَادُ مَكْتُوبٌ عَلَى كُلِّ أَحَدٍ غَزَا أَوْ قَعَدَ، فَالْقَاعِدُ إِنِ اسْتُعِينَ بِهِ أَعَانَ، وَإِنِ اسْتُغِيثَ بِهِ أَغَاثَ، وَإِنِ اسْتُنْفِرَ نَفَرَ، وَإِنِ اسْتُغْنِيَ عَنْهُ قَعَدَ.

Ibnu Al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Syihab tentang ayat ini, ia berkata: Jihad diwajibkan atas setiap orang, baik yang ikut berperang maupun yang tinggal di rumah. Orang yang tinggal di rumah wajib membantu jika diminta bantuan, menolong jika diminta pertolongan, berangkat jika dimobilisasi, dan boleh tinggal jika tidak dibutuhkan.

وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ عِكْرِمَةَ فِي قَوْلِهِ: وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ قَالَ: نَسَخَتْهَا هَذِهِ الْآيَةُ وَقالُوا سَمِعْنا وَأَطَعْنا 1.

Ibnu Al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Ikrimah tentang ayat “wa huwa kurhun lakum”, ia berkata: Ayat ini dinasakh oleh ayat lain di mana mereka berkata “sami‘nā wa atha‘nā” (kami mendengar dan kami taat).1

وَأَخْرَجَهُ ابْنُ جَرِيرٍ مَوْصُولًا عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.

Ibnu Jarir meriwayatkannya secara musnad dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas.

وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي سُنَنِهِ، مِنْ طَرِيقِ عَلِيٍّ قَالَ: عَسَى مِنَ اللَّهِ: وَاجِبٌ.

Ibnu Al-Mundzir dan Al-Baihaqi dalam Sunan-nya meriwayatkan dari jalan Ali, ia berkata: “‘Asā dari Allah” berarti pasti terjadi.

وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ مُجَاهِدٍ نَحْوَهُ. وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ السُّدِّيِّ نَحْوَهُ أَيْضًا.

Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan yang serupa dari Mujahid, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan yang serupa pula dari As-Suddi.

وَقَدْ وَرَدَ فِي فَضْلِ الْجِهَادِ وَوُجُوبِهِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ لَا يَتَّسِعُ الْمَقَامُ لِبَسْطِهَا.

Telah datang hadits-hadits yang sangat banyak tentang keutamaan jihad dan kewajibannya, namun pembahasan ini tidak cukup luas untuk memaparkannya secara panjang lebar.

فتح القدير للشوكاني - جـ ١ (ص: ٢٤٩)


1 Yang dimaksud adalah ayat-ayat yang menyatakan orang-orang mukmin mengatakan “sami‘nā wa atha‘nā” setelah perintah jihad menjadi wajib tanpa lagi ada keengganan, seperti pada surah Al-Fath ayat 10-18 dan beberapa ayat lainnya, yang menunjukkan bahwa keber purba awal telah diangkat.

Postingan populer dari blog ini

Biografi Pengarang

Pendahuluan Surat al Fatihah

Al fatihah Ayat 2-7