Al Baqarah Ayat 211-213
[سُورَةُ الْبَقَرَةِ (٢): الْآيَاتُ ٢١١ إِلَى ٢١٣]
[Surat Al-Baqarah (2): ayat 211 sampai 213] ---سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٢١١)
Tanyakanlah kepada Bani Israil, berapa banyak telah Kami berikan kepada mereka ayat yang jelas. Dan barang siapa menukar nikmat Allah setelah nikmat itu datang kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya. (211) ---زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۖ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (٢١٢)
Dijadikan indah bagi orang-orang yang kafir kehidupan dunia. Dan mereka memperolok-olok orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu di atas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (212) ---كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (٢١٣)
Manusia itu adalah umat yang satu. Lalu Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Dia menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, agar Kitab itu mengadili di antara manusia tentang apa yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang-orang yang telah diberi Kitab itu sendiri, setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang jelas, karena kedengkian di antara mereka. Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Nya. Dan Allah memberi petunjuk siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (213) ---الْمَأْمُورُ بِالسُّؤَالِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ هُوَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَجُوزُ أَنْ يَكُونَ هُوَ كُلُّ فَرْدٍ مِنَ السَّائِلِينَ، وَهُوَ سُؤَالُ تَقْرِيعٍ وَتَوْبِيخٍ.
Pihak yang diperintahkan untuk bertanya kepada Bani Israil adalah Nabi ﷺ. Dan boleh juga dipahami bahwa yang dimaksud adalah setiap individu dari para penanya. Dan itu adalah pertanyaan untuk mencela dan menegur. ---فَتْحُ الْقَدِيرِ لِلشَّوْكَانِيِّ - جـ ١ (ص: ٢٤٤)
Fathul Qadir karya Asy-Syaukani, jilid 1 (hlm. 244). ---وَكَمْ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ بِالْفِعْلِ الْمَذْكُورِ بَعْدَهَا عَلَى أَنَّهَا مَفْعُولٌ بِـ «آتَى»، وَيَجُوزُ أَنْ يَنْتَصِبَ بِفِعْلٍ مُقَدَّرٍ دَلَّ عَلَيْهِ الْمَذْكُورُ، أَيْ: كَمْ آتَيْنَا آيَةً آتَيْنَاهُمْ، وَقُدِّرَ مُتَأَخِّرًا لِأَنَّ لَهَا صَدْرَ الْكَلَامِ، وَهِيَ إِمَّا اسْتِفْهَامِيَّةٌ لِلتَّقْرِيرِ، أَوْ خَبَرِيَّةٌ لِلتَّكْثِيرِ.
Kata “kam” berkedudukan pada posisi manshub oleh fi’il yang disebut setelahnya, berdasarkan bahwa “kam” itu menjadi maf’ul dari “آتَى”. Dan boleh juga ia dinashabkan oleh fi’il yang diperkirakan, yang ditunjukkan oleh fi’il yang disebut, yakni: “betapa banyak ayat yang telah Kami berikan kepada mereka”. Fi’il itu diperkirakan datang kemudian, karena “kam” memiliki hak menduduki awal kalimat. Dan “kam” di sini bisa bersifat istifhamiyah untuk menetapkan (mengakui), atau khabariyah untuk menunjukkan banyaknya. ---وَمِنْ آيَةٍ فِي مَوْضِعِ نَصْبٍ عَلَى التَّمْيِيزِ، وَهِيَ الْبَرَاهِينُ الَّتِي جَاءَ بِهَا أَنْبِيَاؤُهُمْ فِي أَمْرِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِذَلِكَ الْآيَاتُ الَّتِي جَاءَ بِهَا مُوسَى، وَهِيَ التِّسْعُ.
Frasa “مِنْ آيَةٍ” berada pada posisi manshub sebagai tamyiz. Yang dimaksud adalah bukti-bukti yang dibawa oleh para nabi mereka tentang urusan Muhammad ﷺ. Ada yang mengatakan: yang dimaksud adalah ayat-ayat yang dibawa oleh Musa, yaitu sembilan (mukjizat). ---وَالْمُرَادُ بِالنِّعْمَةِ هُنَا مَا جَاءَهُمْ مِنَ الْآيَاتِ.
Yang dimaksud dengan “nikmat” di sini adalah apa yang datang kepada mereka berupa ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah). ---وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: النِّعْمَةُ هُنَا الْإِسْلَامُ، وَالظَّاهِرُ دُخُولُ كُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمَ اللَّهُ بِهَا عَلَى عَبْدٍ مِنْ عِبَادِهِ كَائِنًا مَنْ كَانَ، فَوَقَعَ مِنْهُ التَّبْدِيلُ لَهَا، وَعَدَمُ الْقِيَامِ بِشُكْرِهَا.
Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata: nikmat di sini adalah Islam. Dan yang tampak (lebih umum) adalah masuknya setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba mana pun, lalu darinya terjadi penukaran nikmat itu dan tidak menunaikan syukurnya. ---وَلَا يُنَافِي ذَلِكَ كَوْنُ السِّيَاقِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ، أَوْ كَوْنُهُمْ السَّبَبَ فِي النُّزُولِ، لِمَا تَقَرَّرَ مِنْ أَنَّ الِاعْتِبَارَ بِعُمُومِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوصِ السَّبَبِ.
Hal itu tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa konteks ayat berkaitan dengan Bani Israil, atau bahwa mereka menjadi sebab turunnya (ayat), karena telah tetap kaidah bahwa yang menjadi pegangan adalah keumuman lafaz, bukan kekhususan sebab. ---وَفِي قَوْلِهِ: فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ مِنَ التَّرْهِيبِ وَالتَّخْوِيفِ مَا لَا يُقَادَرُ قَدْرُهُ.
Dan dalam firman-Nya: “maka sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya” terkandung ancaman dan penakutan yang tidak terhingga kadar (hebat)-nya. ---قَوْلُهُ: زُيِّنَ مَبْنِيٌّ لِلْمَجْهُولِ، وَالْمُزَيِّنُ هُوَ الشَّيْطَانُ، أَوِ الْأَنْفُسُ الْمَجْبُولَةُ عَلَى حُبِّ الْعَاجِلَةِ.
Firman-Nya: “زُيِّنَ” dibangun dalam bentuk majhul (pasif), dan pihak yang menghiasinya adalah setan, atau jiwa-jiwa yang tercipta di atas kecintaan kepada perkara yang segera (dunia). ---وَالْمُرَادُ بِالَّذِينَ كَفَرُوا رُؤَسَاءُ قُرَيْشٍ، أَوْ كُلُّ كَافِرٍ.
Yang dimaksud dengan “orang-orang yang kafir” adalah para pemuka Quraisy, atau setiap orang kafir. ---وَقَرَأَ مُجَاهِدٌ، وَحَمِيدُ بْنُ قَيْسٍ: «زَيَّنَ» عَلَى الْبِنَاءِ لِلْمَعْلُومِ.
Mujahid dan Hamid bin Qais membaca: “زَيَّنَ” dengan bina’ ma’lum (bentuk aktif). ---قَالَ النَّحَّاسُ: وَهِيَ قِرَاءَةٌ شَاذَّةٌ لِأَنَّهُ لَمْ يَتَقَدَّمْ لِلْفَاعِلِ ذِكْرٌ.
An-Nahhas berkata: itu adalah qira’ah yang syadz (ganjil), karena tidak ada penyebutan pelaku sebelumnya. ---وَقَرَأَ ابْنُ أَبِي عَبْلَةَ: «زُيِّنَتْ».
Ibnu Abi ‘Ablah membaca: “زُيِّنَتْ”. ---وَإِنَّمَا خَصَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ مَعَ كَوْنِ الدُّنْيَا مُزَيَّنَةً لِلْمُسْلِمِ وَالْكَافِرِ، كَمَا وَصَفَ سُبْحَانَهُ بِأَنَّهُ جَعَلَ مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا، لِيَبْلُوَ الْخَلْقَ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا،
Allah secara khusus menyebut orang-orang kafir, padahal dunia itu dihiasi bagi orang Islam dan orang kafir, sebagaimana Dia Mahasuci telah menggambarkan bahwa Dia telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk menguji makhluk, siapa di antara mereka yang lebih baik amalnya. ---لِأَنَّ الْكَافِرَ افْتُتِنَ بِهَذَا التَّزْيِينِ، وَأَعْرَضَ عَنِ الْآخِرَةِ، وَالْمُسْلِمُ لَمْ يُفْتَتَنْ بِهِ، بَلْ أَقْبَلَ عَلَى الْآخِرَةِ.
Karena orang kafir terfitnah dengan hiasan ini dan berpaling dari akhirat, sedangkan orang Muslim tidak terfitnah olehnya, bahkan menghadap kepada akhirat. ---قَوْلُهُ: وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا هَذِهِ الْجُمْلَةُ فِي مَحَلِّ نَصْبٍ عَلَى الْحَالِ، أَيْ: وَالْحَالُ أَنَّ أُولَئِكَ الْكُفَّارَ يَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا لِكَوْنِهِمْ فُقَرَاءَ، لَا حَظَّ لَهُمْ مِنَ الدُّنْيَا كَحَظِّ رُؤَسَاءِ الْكُفْرِ وَأَسَاطِينِ الضَّلَالِ،
Firman-Nya: “dan mereka memperolok-olok orang-orang yang beriman”, kalimat ini berada pada posisi manshub sebagai hal, yakni: sedangkan keadaan orang-orang kafir itu adalah mereka mengejek orang-orang yang beriman, karena kaum beriman itu orang-orang fakir yang tidak memiliki bagian dunia seperti bagian para pemuka kekafiran dan pilar-pilar kesesatan. ---وَذَلِكَ لِأَنَّ عَرَضَ الدُّنْيَا عِنْدَهُمْ هُوَ الْأَمْرُ الَّذِي يَكُونُ مَنْ نَالَهُ سَعِيدًا رَابِحًا، وَمَنْ حُرِمَهُ شَقِيًّا خَاسِرًا.
Dan itu karena harta dunia di sisi mereka adalah perkara yang dengannya orang yang mendapatkannya dianggap bahagia dan beruntung, dan orang yang tidak mendapatkannya dianggap celaka dan merugi. ---وَقَدْ كَانَ غَالِبُ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ ذَاكَ فُقَرَاءَ، لِاشْتِغَالِهِمْ بِالْعِبَادَةِ وَأَمْرِ الْآخِرَةِ، وَعَدَمِ الْتِفَاتِهِمْ إِلَى الدُّنْيَا وَزِينَتِهَا.
Padahal kebanyakan kaum mukminin ketika itu adalah orang-orang fakir, karena kesibukan mereka dengan ibadah dan urusan akhirat, serta ketidakpedulian mereka terhadap dunia dan perhiasannya. ---وَحَكَى الْأَخْفَشُ أَنَّهُ يُقَالُ: سَخِرْتُ مِنْهُ وَسَخِرْتُ بِهِ، وَضَحِكْتُ مِنْهُ وَضَحِكْتُ بِهِ، وَهَزِئْتُ مِنْهُ وَهَزِئْتُ بِهِ، وَالِاسْمُ السُّخْرِيَّةُ وَالسُّخْرِيُّ.
Al-Akhfasy meriwayatkan bahwa dikatakan: “sakhirtu minhu” dan “sakhirtu bihi”, “dahiktu minhu” dan “dahiktu bihi”, “hazi’tu minhu” dan “hazi’tu bihi”. Sedangkan bentuk isimnya adalah “as-sukhriyyah” dan “as-sukhriyy”. ---وَلَمَّا وَقَعَ مِنَ الْكُفَّارِ مَا وَقَعَ مِنَ السُّخْرِيَّةِ بِالْمُؤْمِنِينَ، رَدَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ بِقَوْلِهِ:
Dan ketika telah terjadi dari orang-orang kafir apa yang telah terjadi berupa ejekan terhadap kaum mukminin, maka Allah membantah mereka dengan firman-Nya: ---وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Dan orang-orang yang bertakwa itu di atas mereka pada hari Kiamat.” ---وَالْمُرَادُ بِالْفَوْقِيَّةِ هُنَا الْعُلُوُّ فِي الدَّرَجَةِ، لِأَنَّهُمْ فِي الْجَنَّةِ، وَالْكُفَّارُ فِي النَّارِ،
Yang dimaksud dengan “di atas” di sini adalah ketinggian derajat, karena mereka berada di surga, sedangkan orang-orang kafir berada di neraka. ---وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُرَادَ بِالْفَوْقِ الْمَكَانُ، لِأَنَّ الْجَنَّةَ فِي السَّمَاءِ، وَالنَّارَ فِي أَسْفَلِ سَافِلِينَ،
Dan mungkin dimaksud dengan “di atas” adalah tempat, karena surga berada di langit dan neraka di lapisan paling bawah. ---أَوْ أَنَّ الْمُؤْمِنِينَ هُمُ الْغَالِبُونَ فِي الدُّنْيَا، كَمَا وَقَعَ ذَلِكَ مِنْ ظُهُورِ الْإِسْلَامِ وَسُقُوطِ الْكُفْرِ، وَقَتْلِ أَهْلِهِ، وَأَسْرِهِمْ، وَتَشْرِيدِهِمْ، وَضَرْبِ الْجِزْيَةِ عَلَيْهِمْ.
Atau dimaksud bahwa kaum mukminin adalah pihak yang menang di dunia, sebagaimana telah terjadi berupa tampaknya (jaya) Islam dan runtuhnya kekafiran, serta terbunuhnya para penganutnya, tertawannya mereka, terusirnya mereka, dan dikenakannya jizyah atas mereka. ---وَلَا مَانِعَ مِنْ حَمْلِ الْآيَةِ عَلَى جَمِيعِ ذَلِكَ لَوْلَا التَّقْيِيدُ بِكَوْنِهِ فِي يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Tidak ada penghalang untuk membawa ayat ini pada seluruh makna di atas, kalau bukan karena pembatasan (lafaz) dengan “pada hari Kiamat”. ---قَوْلُهُ: وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ فِيهَا إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ سَيَرْزُقُ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَيُوَسِّعُ عَلَيْهِمْ، وَيَجْعَلُ مَا يُعْطِيهِمْ مِنَ الرِّزْقِ بِغَيْرِ حِسَابٍ، أَيْ بِغَيْرِ تَقْدِيرٍ.
Firman-Nya: “Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan”, mungkin di dalamnya terdapat isyarat bahwa Allah akan memberi rezeki kepada kaum mukminin yang lemah dan melapangkan bagi mereka, dan menjadikan rezeki yang Dia berikan kepada mereka itu tanpa perhitungan, yakni tanpa ukuran (batas). ---وَيُحْتَمَلُ أَنَّ الْمَعْنَى أَنَّ اللَّهَ يُوَسِّعُ عَلَى بَعْضِ عِبَادِهِ فِي الرِّزْقِ، كَمَا وَسَّعَ عَلَى أُولَئِكَ الرُّؤَسَاءِ مِنَ الْكُفَّارِ اسْتِدْرَاجًا لَهُمْ، وَلَيْسَ فِي التَّوْسِعَةِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ مَنْ وُسِّعَ عَلَيْهِ فَقَدْ رَضِيَ عَنْهُ.
Dan mungkin maknanya adalah bahwa Allah melapangkan rezeki bagi sebagian hamba-Nya, sebagaimana Allah melapangkan bagi para pemuka dari kalangan orang kafir itu sebagai istidraj (tarikan pelan-pelan ke azab), dan dalam pelapangan rezeki itu tidak ada dalil bahwa siapa yang dilapangkan baginya berarti Allah ridha kepadanya. ---وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُرَادَ «بِغَيْرِ حِسَابٍ» مِنَ الْمَرْزُوقِينَ، كَمَا قَالَ سُبْحَانَهُ: «وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ»1.
Dan mungkin dimaksud dengan “tanpa perhitungan” adalah dari arah yang tidak disangka oleh orang-orang yang diberi rezeki, sebagaimana firman-Nya: “Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka.”1 ---قَوْلُهُ: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً أَيْ: كَانُوا عَلَى دِينٍ وَاحِدٍ فَاخْتَلَفُوا، فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ، وَيَدُلُّ عَلَى هَذَا الْمَحْذُوفِ، أَعْنِي: قَوْلَهُ «فَاخْتَلَفُوا» قِرَاءَةُ ابْنِ مَسْعُودٍ، فَإِنَّهُ قَرَأَ:
Firman-Nya: “Manusia itu adalah umat yang satu”, yakni mereka berada di atas satu agama, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para nabi. Yang menunjukkan kata yang terhapus (yakni: “lalu mereka berselisih”) adalah qira’ah Ibnu Mas’ud, karena ia membaca: ---كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ.
“Manusia itu adalah umat yang satu, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para nabi.” ---فَتْحُ الْقَدِيرِ لِلشَّوْكَانِيِّ - جـ ١ (ص: ٢٤٥)
Fathul Qadir karya Asy-Syaukani, jilid 1 (hlm. 245). ---وَاخْتُلِفَ فِي «النَّاسِ» الْمَذْكُورِينَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ: مَنْ هُمْ؟
Terdapat perbedaan pendapat tentang “manusia” yang disebut dalam ayat ini: mereka itu siapa? ---فَقِيلَ: هُمْ بَنُو آدَمَ حِينَ أَخْرَجَهُمُ اللَّهُ نَسَمًا مِنْ ظَهْرِ آدَمَ.
Ada yang berpendapat: mereka adalah anak keturunan Adam ketika Allah mengeluarkan mereka dalam bentuk ruh dari punggung Adam. ---وَقِيلَ: آدَمُ وَحْدَهُ، وَسُمِّيَ نَاسًا لِأَنَّهُ أَصْلُ النَّسْلِ.
Ada yang berpendapat: Adam seorang diri, dan ia dinamakan “nas” (manusia) karena dia adalah asal keturunan. ---وَقِيلَ: آدَمُ وَحَوَّاءُ.
Ada yang berpendapat: Adam dan Hawa. ---وَقِيلَ: الْمُرَادُ الْقُرُونُ الْأُولَى الَّتِي كَانَتْ بَيْنَ آدَمَ وَنُوحٍ.
Ada yang berpendapat: yang dimaksud adalah generasi-generasi pertama yang ada antara Adam dan Nuh. ---وَقِيلَ: الْمُرَادُ نُوحٌ وَمَنْ فِي سَفِينَتِهِ.
Ada yang berpendapat: yang dimaksud adalah Nuh dan orang-orang yang ada dalam kapalnya. ---وَقِيلَ: مَعْنَى الْآيَةِ: كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً كُلُّهُمْ كُفَّارًا، فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ.
Ada yang berpendapat: makna ayat ini adalah: manusia itu umat yang satu, semuanya kafir, kemudian Allah mengutus para nabi. ---وَقِيلَ: الْمُرَادُ الْإِخْبَارُ عَنِ النَّاسِ الَّذِينَ هُمُ الْجِنْسُ كُلُّهُ، أَنَّهُمْ كَانُوا أُمَّةً وَاحِدَةً فِي خُلُوِّهِمْ عَنِ الشَّرَائِعِ، وَجَهْلِهِمْ بِالْحَقَائِقِ، لَوْلَا أَنَّ اللَّهَ مَنَّ عَلَيْهِمْ بِإِرْسَالِ الرُّسُلِ.
Ada yang berpendapat: yang dimaksud adalah pemberitaan tentang manusia yang merupakan seluruh jenis (manusia), bahwa mereka adalah satu umat dalam keadaan kosong dari syariat-syariat dan tidak mengetahui hakikat-hakikat, kalau bukan karena Allah memberi karunia kepada mereka dengan mengutus para rasul. ---وَالْأُمَّةُ مَأْخُوذَةٌ مِنْ قَوْلِهِمْ: أَمَمْتُ الشَّيْءَ، أَيْ قَصَدْتُهُ، أَيْ: مَقْصِدُهُمْ وَاحِدٌ غَيْرُ مُخْتَلِفٍ.
Kata “umat” diambil dari ucapan mereka: “amamtus-syai’”, artinya: aku menghadap (menuju) kepadanya, yakni tujuan mereka satu, tidak berbeda-beda. ---قَوْلُهُ: فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ قِيلَ: جُمْلَتُهُمْ مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا، وَالرُّسُلُ مِنْهُمْ ثَلَاثُمِائَةٍ وَثَلَاثَةَ عَشَرَ.
Firman-Nya: “Maka Allah mengutus para nabi”, ada yang mengatakan: jumlah mereka seratus dua puluh empat ribu nabi, dan para rasul di antara mereka tiga ratus tiga belas. ---وَقَوْلُهُ: مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ بِالنَّصْبِ عَلَى الْحَالِ.
Firman-Nya: “sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”, berkedudukan manshub sebagai hal (keadaan). ---قَوْلُهُ: وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ أَيْ: الْجِنْسَ.
Firman-Nya: “dan Dia menurunkan bersama mereka Kitab” maksudnya: jenis kitab (secara umum). ---وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ الطَّبَرِيُّ: إِنَّ الْأَلِفَ وَاللَّامَ لِلْعَهْدِ، وَالْمُرَادُ: التَّوْرَاةُ.
Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata: alif lam pada “Al-Kitab” adalah lil-‘ahd, yang dimaksud adalah Taurat. ---وَقَوْلُهُ: لِيَحْكُمَ مُسْنَدٌ إِلَى الْكِتَابِ فِي قَوْلِ الْجُمْهُورِ، وَهُوَ مَجَازٌ، مِثْلُ قَوْلِهِ تَعَالَى: «هَذَا كِتَابُنَا يَنْطِقُ عَلَيْكُمْ بِالْحَقِّ»2.
Firman-Nya: “agar (Kitab itu) mengadili” menurut jumhur disandarkan kepada “Kitab”, dan ini merupakan majaz, sebagaimana firman-Nya Ta’ala: “Ini adalah kitab Kami yang berbicara kepada kalian dengan benar.”2 ---وَقِيلَ: إِنَّ الْمَعْنَى لِيَحْكُمَ كُلُّ نَبِيٍّ بِكِتَابِهِ، وَقِيلَ: لِيَحْكُمَ اللَّهُ.
Ada yang mengatakan: maknanya adalah agar setiap nabi mengadili dengan kitabnya. Ada pula yang mengatakan: agar Allah mengadili. ---وَالضَّمِيرُ فِي قَوْلِهِ: «فِيهِ» الْأُولَى رَاجِعٌ إِلَى «مَا» فِي قَوْلِهِ: «فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ»،
Dhamir (kata ganti) pada firman-Nya: “فِيهِ” yang pertama kembali kepada “ما” pada firman-Nya: “tentang apa yang mereka perselisihkan itu”. ---وَالضَّمِيرُ فِي قَوْلِهِ: «وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ» يُحْتَمَلُ أَنْ يَعُودَ إِلَى الْكِتَابِ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَعُودَ إِلَى الْمُنْزَلِ عَلَيْهِ، وَهُوَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَهُ الزَّجَّاجُ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَعُودَ إِلَى الْحَقِّ.
Dan dhamir pada firman-Nya: “dan tidaklah mereka berselisih tentangnya” bisa kembali kepada “Kitab”, bisa juga kembali kepada sosok yang diturunkan Kitab kepadanya, yaitu Muhammad ﷺ – ini dikatakan oleh Az-Zajjaj – dan mungkin pula kembali kepada “kebenaran”. ---وَقَوْلُهُ: «إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ» أَيْ: أُوتُوا الْكِتَابَ، أَوْ أُوتُوا الْحَقَّ، أَوْ أُوتُوا النَّبِيَّ، أَيْ: أُعْطُوا عِلْمَهُ.
Firman-Nya: “kecuali orang-orang yang telah diberi (Kitab) itu”, yakni: mereka yang diberi Kitab, atau diberi kebenaran, atau diberi nabi, yakni diberi ilmu tentangnya. ---وَقَوْلُهُ: «بَغْيًا بَيْنَهُمْ» مُنْتَصِبٌ عَلَى أَنَّهُ مَفْعُولٌ لَهُ، أَيْ: لَمْ يَخْتَلِفُوا إِلَّا لِلْبَغْيِ، أَيْ: الْحَسَدِ وَالْحِرْصِ عَلَى الدُّنْيَا.
Firman-Nya: “karena kedengkian di antara mereka” berkedudukan manshub sebagai maf’ul lahu, yakni: mereka tidak berselisih kecuali karena kedengkian, yaitu hasad dan keserakahan terhadap dunia. ---وَفِي هَذَا تَنْبِيهٌ عَلَى السَّفَهِ فِي فِعْلِهِمْ، وَالْقَبِيحِ الَّذِي وَقَعُوا فِيهِ، لِأَنَّهُمْ جَعَلُوا نُزُولَ الْكِتَابِ سَبَبًا فِي شِدَّةِ الْخِلَافِ.
Dan dalam hal ini terdapat peringatan terhadap kebodohan dalam perbuatan mereka dan buruknya apa yang mereka lakukan, karena mereka menjadikan turunnya Kitab sebagai sebab kerasnya perselisihan. ---وَقَوْلُهُ: «فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ» أَيْ: فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْحَقِّ، وَذَلِكَ بِمَا بَيَّنَهُ لَهُمْ فِي الْقُرْآنِ مِنِ اخْتِلَافِ مَنْ كَانَ قَبْلَهُمْ.
Firman-Nya: “Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu”, yakni: Allah memberikan petunjuk kepada umat Muhammad ﷺ kepada kebenaran, dan itu dengan apa yang Allah jelaskan kepada mereka dalam Al-Qur’an tentang perselisihan orang-orang sebelum mereka. ---وَقِيلَ: مَعْنَاهُ فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلتَّصْدِيقِ بِجَمِيعِ الْكُتُبِ بِخِلَافِ مَنْ قَبْلَهُمْ، فَإِنَّ بَعْضَهُمْ كَذَّبَ كِتَابَ بَعْضٍ.
Ada yang mengatakan: maknanya adalah Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad untuk membenarkan semua kitab, berbeda dengan umat-umat sebelumnya, karena sebagian mereka mendustakan kitab yang lain. ---وَقِيلَ: إِنَّ اللَّهَ هَدَاهُمْ إِلَى الْحَقِّ مِنَ الْقِبْلَةِ.
Ada yang mengatakan: sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada mereka kepada kebenaran dalam masalah kiblat. ---وَقِيلَ: هَدَاهُمْ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ.
Ada yang mengatakan: Allah memberi petunjuk kepada mereka kepada hari Jumat. ---وَقِيلَ: هَدَاهُمْ لِاعْتِقَادِ الْحَقِّ فِي عِيسَى، بَعْدَ أَنْ كَذَّبَتْهُ الْيَهُودُ، وَجَعَلَتْهُ النَّصَارَى رَبًّا.
Ada yang mengatakan: Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk meyakini kebenaran tentang Isa, setelah orang-orang Yahudi mendustakannya dan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai tuhan. ---وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِالْحَقِّ الْإِسْلَامُ.
Ada yang mengatakan: yang dimaksud dengan “kebenaran” di sini adalah Islam. ---وَقَالَ الْفَرَّاءُ: إِنَّ فِي الْآيَةِ قَلْبًا، وَتَقْدِيرُهُ: «فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْحَقِّ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ».
Al-Farra’ berkata: dalam ayat ini terdapat pembalikan susunan (taqdim-ta’khir), dan takdirnya adalah: “Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman dengan kebenaran terhadap apa yang mereka perselisihkan.” ---وَاخْتَارَهُ ابْنُ جَرِيرٍ، وَضَعَّفَهُ ابْنُ عَطِيَّةَ.
Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir, namun dilemahkan oleh Ibnu ‘Athiyyah. ---وَقَوْلُهُ: «بِإِذْنِهِ» قَالَ الزَّجَّاجُ: مَعْنَاهُ: بِعِلْمِهِ.
Tentang firman-Nya: “dengan izin-Nya”, Az-Zajjaj berkata: maknanya adalah “dengan ilmu-Nya”. ---قَالَ النَّحَّاسُ: وَهَذَا غَلَطٌ، وَالْمَعْنَى: بِأَمْرِهِ.
An-Nahhas berkata: ini keliru, dan maknanya adalah “dengan perintah-Nya”. ---وَقَدْ أَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، وَابْنُ جَرِيرٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ فِي قَوْلِهِ: «سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ» قَالَ: هُمُ الْيَهُودُ.
Abdu bin Humaid dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid tentang firman-Nya: “Tanyakanlah kepada Bani Israil”, ia berkata: mereka adalah orang-orang Yahudi. ---«كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ» مَا ذَكَرَ اللَّهُ فِي الْقُرْآنِ وَمَا لَمْ يَذْكُرْ.
“Betapa banyak ayat yang jelas telah Kami berikan kepada mereka”: (yaitu) apa yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an dan apa yang tidak Dia sebutkan. ---«وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ» قَالَ: يُكَفِّرُهَا.
“Dan barang siapa menukar nikmat Allah”, ia (Mujahid) berkata: maksudnya adalah mengingkarinya (kufur terhadapnya). ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ قَالَ: آتَاهُمُ اللَّهُ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ: عَصَا مُوسَى، وَيَدَهُ، وَأَقْطَعَهُمُ الْبَحْرَ، وَأَغْرَقَ عَدُوَّهُمْ وَهُمْ يَنْظُرُونَ، وَظَلَّلَ عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ، وَأَنْزَلَ عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Al-‘Aliyah, ia berkata: Allah telah memberikan kepada mereka ayat-ayat yang jelas: tongkat Musa, tangannya (yang bercahaya), Dia membelah lautan untuk mereka, dan menenggelamkan musuh mereka sementara mereka menyaksikan, Dia menaungi mereka dengan awan, dan menurunkan kepada mereka manna dan salwa. ---«وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ» يَقُولُ: مَنْ يَكْفُرْ بِنِعْمَةِ اللَّهِ.
Tentang firman-Nya: “Dan barang siapa menukar nikmat Allah”, ia berkata: yaitu siapa yang kufur terhadap nikmat Allah. ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ فِي قَوْلِهِ: «زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا» قَالَ: الْكُفَّارُ يَبْتَغُونَ الدُّنْيَا وَيَطْلُبُونَهَا.
Ibnu Jarir, Ibnu Al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Juraij tentang firman-Nya: “Dijadikan indah bagi orang-orang yang kafir kehidupan dunia”, ia berkata: orang-orang kafir mengejar dunia dan mencarinya. ---«وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا» فِي طَلَبِهِمُ الْآخِرَةَ.
“Dan mereka memperolok-olok orang-orang yang beriman”, (yaitu) dalam pencarian mereka terhadap akhirat. ---قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: لَا أَحْسَبُهُ إِلَّا عَنْ عِكْرِمَةَ.
Ibnu Juraij berkata: Aku tidak mengira (riwayat) ini kecuali dari ‘Ikrimah. ---قَالَ: قَالُوا: لَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ نَبِيًّا لَاتَّبَعَهُ سَادَاتُنَا وَأَشْرَافُنَا، وَاللَّهِ مَا اتَّبَعَهُ إِلَّا أَهْلُ الْحَاجَةِ، مِثْلُ ابْنِ مَسْعُودٍ وَأَصْحَابِهِ.
Ia berkata: mereka (orang-orang kafir) berkata: “Seandainya Muhammad itu seorang nabi, tentu para pemuka dan orang-orang terhormat kami akan mengikutinya. Demi Allah, tidak ada yang mengikutinya selain orang-orang yang membutuhkan, seperti Ibnu Mas’ud dan sahabat-sahabatnya.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ قَتَادَةَ فِي قَوْلِهِ: «وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا» يَقُولُونَ: مَا هَؤُلَاءِ عَلَى شَيْءٍ، اسْتِهْزَاءً وَسُخْرِيًّا.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah tentang firman-Nya: “Dan mereka memperolok-olok orang-orang yang beriman”, ia berkata: mereka berkata, “Orang-orang ini tidak berada di atas sesuatu (yang benar),” sebagai ejekan dan olok-olok. ---«وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» هُنَاكَ التَّفَاضُلُ.
“Dan orang-orang yang bertakwa itu di atas mereka pada hari Kiamat” – di sanalah terjadi perbedaan derajat (kelebihan-kelebihan). ---وَأَخْرَجَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: «فَوْقَهُمْ فِي الْجَنَّةِ».
Abdurrazzaq meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata: “di atas mereka di surga.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ عَنْ هَذِهِ الْآيَةِ: «وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ» قَالَ: تَفْسِيرُهَا: لَيْسَ عَلَى اللَّهِ رَقِيبٌ وَلَا مَنْ يُحَاسِبُهُ.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari ‘Atha’, ia berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abbas tentang ayat ini: “Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” Ia berkata: tafsirnya adalah: tidak ada pengawas atas Allah dan tidak ada yang menghisab-Nya. ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ: لَا يُحَاسَبُ الرَّبُّ.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, ia berkata: “Rabb (Allah) tidak dihisab.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَأَبُو يَعْلَى، وَالطَّبَرَانِيُّ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: «كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً» قَالَ: عَلَى الْإِسْلَامِ كُلُّهُمْ.
Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya’la, dan Ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Ibnu Abbas, ia berkata tentang firman-Nya: “Manusia itu adalah umat yang satu”: ia berkata: semuanya di atas Islam. ---وَأَخْرَجَ الْبَزَّارُ، وَابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَالْحَاكِمُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ بَيْنَ آدَمَ وَنُوحٍ عَشَرَةُ قُرُونٍ، كُلُّهُمْ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْحَقِّ، فَاخْتَلَفُوا، فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ.
Al-Bazzar, Ibnu Jarir, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim dan Al-Hakim meriwayatkan darinya (Ibnu Abbas), ia berkata: “Antara Adam dan Nuh ada sepuluh generasi, semuanya berada di atas suatu syariat dari kebenaran, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para nabi.” ---قَالَ: وَكَذَلِكَ فِي قِرَاءَةِ عَبْدِ اللَّهِ: «كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا».
Ia berkata: demikian pula dalam qira’ah Abdullah: “Manusia itu adalah umat yang satu, lalu mereka berselisih.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: كَانُوا أُمَّةً وَاحِدَةً حَيْثُ عُرِضُوا عَلَى آدَمَ، فَفَطَرَهُمُ اللَّهُ عَلَى الْإِسْلَامِ وَأَقَرُّوا بِالْعُبُودِيَّةِ، وَكَانُوا أُمَّةً وَاحِدَةً مُسْلِمِينَ، ثُمَّ اخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ آدَمَ.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bin Ka’b, ia berkata: “Mereka adalah umat yang satu ketika mereka diperlihatkan (dihadirkan) kepada Adam, maka Allah menciptakan mereka di atas fitrah Islam dan mereka mengakui penghambaan (kepada-Nya), dan mereka adalah satu umat yang Muslim, kemudian mereka berselisih setelah (masa) Adam.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أُبَيٍّ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَؤُهَا: «كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ».
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ubay bahwa ia membaca ayat ini: “Manusia itu adalah umat yang satu, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para nabi.” ---وَإِنَّ اللَّهَ إِنَّمَا بَعَثَ الرُّسُلَ وَأَنْزَلَ الْكُتُبَ بَعْدَ الِاخْتِلَافِ.
Dan sesungguhnya Allah tidaklah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab kecuali setelah terjadi perselisihan. ---«وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوهُ» يَعْنِي: بَنِي إِسْرَائِيلَ، «أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْعِلْمَ بَغْيًا بَيْنَهُمْ»، يَقُولُ: بَغْيًا عَلَى الدُّنْيَا وَطَلَبِ مُلْكِهَا وَزُخْرُفِهَا، أَيُّهُمْ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ وَالْمَهَابَةُ فِي النَّاسِ.
“Dan tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi (Kitab) itu”, yakni Bani Israil, “yang telah diberi Kitab dan ilmu karena kedengkian di antara mereka”, yakni dengki terhadap dunia dan mencari kekuasaan serta perhiasannya, siapa di antara mereka yang akan memiliki kekuasaan dan wibawa di tengah manusia. ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ «كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً» قَالَ: كُفَّارًا.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: “Manusia itu adalah umat yang satu”, ia berkata: (mereka) kafir. ---وَأَخْرَجَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ، وَابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي قَوْلِهِ: «فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا» قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Abdurrazzaq, Ibnu Jarir, Ibnu Al-Mundzir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah tentang firman-Nya: “Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman”, ia berkata: Nabi ﷺ bersabda: ---«نَحْنُ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ، الْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَوَّلُ النَّاسِ دُخُولًا الْجَنَّةَ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ، فَهَدَانَا اللَّهُ لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا الْيَوْمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ فَهَدَانَا اللَّهُ لَهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيهِ تَبَعٌ، فَغَدًا لِلْيَهُودِ، وَبَعْدَ غَدٍ لِلنَّصَارَى».
“Kita adalah orang-orang yang pertama dan yang terakhir; yang pertama (dihisab) pada hari Kiamat, dan yang pertama masuk surga. Hanya saja mereka telah diberi kitab sebelum kita, dan kita diberi kitab setelah mereka. Maka Allah memberi petunjuk kepada kita terhadap kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan. Inilah hari (Jumat) yang dahulu mereka perselisihkan, lalu Allah memberi petunjuk kepada kita terhadapnya, maka manusia mengikuti kita padanya: besok (Sabtu) bagi Yahudi, dan lusa (Ahad) bagi Nasrani.” ---وَهُوَ فِي الصَّحِيحِ بِدُونِ ذِكْرِ الْآيَةِ.
Hadis ini terdapat dalam Shahih (Al-Bukhari dan Muslim) tanpa penyebutan ayat. ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ فِي قَوْلِهِ: «فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ» قَالَ: اخْتَلَفُوا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ، فَأَخَذَتِ الْيَهُودُ يَوْمَ السَّبْتِ، وَالنَّصَارَى يَوْمَ الْأَحَدِ، فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Aslam tentang firman-Nya: “Maka Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu”, ia berkata: Mereka berselisih tentang hari Jumat; maka orang-orang Yahudi mengambil hari Sabtu, dan orang-orang Nasrani mengambil hari Ahad, lalu Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada hari Jumat. ---وَاخْتَلَفُوا فِي الْقِبْلَةِ، فَاسْتَقْبَلَتِ النَّصَارَى الْمَشْرِقَ، وَالْيَهُودُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ، وَهَدَى أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلْقِبْلَةِ.
Dan mereka berselisih tentang kiblat; maka orang Nasrani menghadap ke timur, dan orang Yahudi menghadap Baitul Maqdis, lalu (Allah) memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada kiblat (yang benar). ---وَاخْتَلَفُوا فِي الصَّلَاةِ: فَمِنْهُمْ مَنْ يَرْكَعُ وَلَا يَسْجُدُ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْجُدُ وَلَا يَرْكَعُ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُصَلِّي وَهُوَ يَتَكَلَّمُ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُصَلِّي وَهُوَ يَمْشِي، فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلْحَقِّ مِنْ ذَلِكَ.
Dan mereka berselisih dalam shalat: di antara mereka ada yang ruku’ tetapi tidak sujud, di antara mereka ada yang sujud tetapi tidak ruku’, di antara mereka ada yang shalat dalam keadaan berbicara, dan di antara mereka ada yang shalat dalam keadaan berjalan, lalu Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada kebenaran dalam hal itu. ---وَاخْتَلَفُوا فِي الصِّيَامِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَصُومُ النَّهَارَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَصُومُ مِنْ بَعْدِ الطَّعَامِ، فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلْحَقِّ مِنْ ذَلِكَ.
Dan mereka berselisih dalam puasa: di antara mereka ada yang berpuasa pada siang hari (saja), dan di antara mereka ada yang berpuasa setelah makan (pada waktu tertentu), lalu Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada kebenaran dalam hal itu. ---وَاخْتَلَفُوا فِي إِبْرَاهِيمَ، فَقَالَتِ الْيَهُودُ: كَانَ يَهُودِيًّا، وَقَالَتِ النَّصَارَى: كَانَ نَصْرَانِيًّا، وَجَعَلَهُ اللَّهُ حَنِيفًا مُسْلِمًا، فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلْحَقِّ مِنْ ذَلِكَ.
Dan mereka berselisih tentang Ibrahim: orang-orang Yahudi berkata: “Dia adalah seorang Yahudi”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Dia adalah seorang Nasrani”, sedangkan Allah menjadikannya seorang yang hanif lagi Muslim, lalu Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada kebenaran dalam hal itu. ---وَاخْتَلَفُوا فِي عِيسَى، فَكَذَّبَتْ بِهِ الْيَهُودُ، وَقَالُوا لِأُمِّهِ بُهْتَانًا عَظِيمًا، وَجَعَلَتْهُ النَّصَارَى إِلَهًا وَوَلَدًا، وَجَعَلَهُ اللَّهُ رُوحَهُ وَكَلِمَتَهُ، فَهَدَى اللَّهُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ لِلْحَقِّ مِنْ ذَلِكَ.
Dan mereka berselisih tentang Isa: orang-orang Yahudi mendustakannya, dan mereka menuduh ibunya dengan tuduhan yang besar, sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai tuhan dan anak (Tuhan), padahal Allah menjadikannya sebagai ruh-Nya dan kalimat-Nya, maka Allah memberi petunjuk kepada umat Muhammad kepada kebenaran dalam hal itu. ---Catatan Kaki
- 1 QS. Ath-Thalaq: 3.
- 2 QS. Al-Jatsiyah: 29.