Al Baqarah Ayat 208-210

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٢٠٨)

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan; sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian.

فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٠٩)

Tetapi jika kalian menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang bukti-bukti kebenaran kepada kalian, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (٢١٠)

Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.

لَمَّا ذَكَرَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ أَنَّ النَّاسَ يَنْقَسِمُونَ إِلَى ثَلَاثِ طَوَائِفَ: مُؤْمِنِينَ، وَكَافِرِينَ، وَمُنَافِقِينَ، أَمَرَهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ بِالْكَوْنِ عَلَى مِلَّةٍ وَاحِدَةٍ.

Ketika Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa manusia terbagi menjadi tiga golongan: orang-orang mukmin, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik, Dia memerintahkan mereka setelah itu untuk berada di atas satu agama.

وَإِنَّمَا أُطْلِقَ عَلَى الثَّلَاثِ الطَّوَائِفِ لَفْظُ الْإِيمَانِ، لِأَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ مُؤْمِنُونَ بِنَبِيِّهِمْ وَكِتَابِهِمْ، وَالْمُنَافِقُ مُؤْمِنٌ بِلِسَانِهِ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ مُؤْمِنٍ بِقَلْبِهِ.

Hanyasanya lafaz 'iman' disematkan kepada ketiga golongan tersebut, karena Ahli Kitab beriman kepada nabi dan kitab mereka, sedangkan orang munafik beriman dengan lisannya meskipun ia tidak beriman dengan hatinya.

وَالسَّلْمُ بِفَتْحِ السِّينِ وَكَسْرِهَا قَالَ الْكِسَائِيُّ: وَمَعْنَاهُمَا وَاحِدٌ، وَكَذَا عِنْدَ الْبَصْرِيِّينَ، وَهُمَا جَمِيعًا يَقَعَانِ لِلْإِسْلَامِ وَالْمُسَالَمَةِ.

Kata *As-Salmu* dengan memfathahkan huruf *sin* dan mengkasrahkannya (*As-Silmu*), Al-Kisa'i berkata: "Makna keduanya satu," demikian pula menurut ulama Bashrah, dan keduanya sama-sama digunakan untuk makna Islam dan perdamaian (*al-musaalamah*).

وَقَالَ أَبُو عَمْرِو بْنُ الْعَلَاءِ: إِنَّهُ بِالْفَتْحِ لِلْمُسَالَمَةِ، وَبِالْكَسْرِ لِلْإِسْلَامِ.

Abu Amr bin Al-A'la berkata: "Sesungguhnya dengan harakat fathah maknanya adalah perdamaian, dan dengan kasrah maknanya adalah Islam." 1

وَأَنْكَرَ الْمُبَرِّدُ هَذِهِ التَّفْرِقَةَ.

Namun Al-Mubarrad mengingkari pembedaan ini.

وَقَالَ الْجَوْهَرِيُّ: السَّلْمُ بِفَتْحِ السِّينِ: الصُّلْحُ، وَتُكْسَرُ وَيُذَكُّرُ وَيُؤَنَّثُ، وَأَصْلُهُ مِنَ الِاسْتِسْلَامِ وَالِانْقِيَادِ.

Al-Jauhari berkata: "*As-Salmu* dengan memfathahkan *sin* bermakna perdamaian (*ash-shulhu*), bisa juga dikasrahkan, serta bisa mudzakkar (maskulin) dan muannats (feminin), dan asalnya bermakna ketundukan dan kepatuhan."

وَرَجَّحَ الطَّبَرِيُّ أَنَّهُ هُنَا بِمَعْنَى الْإِسْلَامِ، وَمِنْهُ قَوْلُ الشَّاعِرِ الْكِنْدِيِّ:

At-Thabari menguatkan pendapat bahwa maknanya di sini adalah Islam, dan di antaranya adalah perkataan penyair dari suku Kindah:

دَعَوْتُ عَشِيرَتِي لِلسِّلْمِ لَمَّا … رَأَيْتُهُمُ تَوَلَّوْا مُدْبِرِيْنَا

"Aku menyeru kerabatku kepada *As-Silm* (Islam/perdamaian) tatkala... aku melihat mereka berpaling membelakangi."

أَيْ: إِلَى الْإِسْلَامِ، وَقَرَأَ الْأَعْمَشُ: «السَّلَمِ» بِفَتْحِ السِّينِ وَاللَّامِ.

Maksudnya: kepada Islam. Dan Al-A'masy membacanya: "*As-Salami*" dengan memfathahkan *sin* dan *lam*.

وَقَدْ حَكَى الْبَصْرِيُّونَ فِي سِلْمٍ وَسَلْمٍ وَسَلَمٍ أَنَّهَا بِمَعْنَى وَاحِدٍ.

Ulama Bashrah telah menghikayatkan mengenai kata *Silmun*, *Salmun*, dan *Salamun* bahwa semuanya memiliki satu makna.

وَكَافَّةً حَالٌ مِنَ الْسَلْمِ أَوْ مِنْ ضَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ.

Kata *Kaffatan* adalah *hal* (keterangan keadaan) dari kata *as-silm* atau dari kata ganti orang-orang mukmin.

فَمَعْنَاهُ عَلَى الْأَوَّلِ: لَا يَخْرُجُ مِنْكُمْ أَحَدٌ، وَعَلَى الثَّانِي: لَا يَخْرُجُ مِنْ أَنْوَاعِ السِّلْمِ شَيْءٌ، بَلِ ادْخُلُوا فِيهَا جَمِيعًا، أَيْ: فِي خِصَالِ الْإِسْلَامِ.

Maka maknanya menurut pendapat pertama adalah: tidak ada seorang pun dari kalian yang keluar (dari perintah masuk Islam); dan menurut pendapat kedua: tidak ada satu pun dari syariat Islam yang keluar (dari pengamalan), bahkan masuklah kalian ke dalamnya semuanya, yakni: ke dalam seluruh ajaran Islam.

وَهُوَ مُشْتَقٌّ مِنْ قَوْلِهِمْ: كَفَفْتُ، أَيْ: مَنَعْتُ، أَيْ: لَا يَمْتَنِعُ مِنْكُمْ أَحَدٌ مِنَ الدُّخُولِ فِي الْإِسْلَامِ، وَالْكَفُّ: الْمَنْعُ.

Kata itu diambil dari ucapan mereka: "*Kafaftu*", artinya: aku mencegah. Maksudnya: tidak ada seorang pun dari kalian yang tercegah (menolak) dari masuk ke dalam Islam, dan *al-kaffu* bermakna pencegahan.

وَالْمُرَادُ هُنَا: الْجَمِيعُ ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً أَيْ: جَمِيعًا.

Yang dimaksud di sini adalah seluruhnya, (maka) *udkhuluu fis-silmi kaffatan* artinya: (masuklah) semuanya.

وَقَوْلُهُ: وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ أَيْ: لَا تَسْلُكُوا الطَّرِيقَ الَّتِي يَدْعُوكُمْ إِلَيْهَا الشَّيْطَانُ، وَقَدْ تَقَدَّمَ الْكَلَامُ عَلَى خُطُوَاتٍ.

Firman-Nya: *Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan*, artinya: janganlah kalian menempuh jalan yang diserukan oleh setan kepada kalian, dan telah berlalu pembahasan mengenai kata *khuthuwat* (langkah-langkah).

قَوْلُهُ: زَلَلْتُمْ أَيْ: تَنَحَّيْتُمْ عَنْ طَرِيقِ الِاسْتِقَامَةِ.

Firman-Nya: *Zalaltum*, artinya: kalian menyimpang dari jalan yang lurus (istikamah).

وَأَصْلُ الزَّلَلِ فِي الْقَدَمِ، ثُمَّ اسْتُعْمِلَ فِي الِاعْتِقَادَاتِ وَالْآرَاءِ وَغَيْرِ ذَلِكَ.

Asal makna *az-zalal* adalah terpeleset pada kaki, kemudian digunakan (secara majas) dalam hal keyakinan, pendapat, dan selainnya.

يُقَالُ: زَلَّ يَزِلُّ زَلَلًا وَزَلُولًا، أَيْ: دَحَضَتْ قَدَمُهُ.

Dikatakan: *Zalla - Yazillu - Zalalan - wa Zaluulan*, artinya: kakinya tergelincir.

وَقُرِئَ: زَلِلْتُمْ بِكَسْرِ اللَّامِ، وَهُمَا لُغَتَانِ.

Dan dibaca juga: *Zaliltum* dengan mengkasrahkan *lam*, dan keduanya adalah dua dialek bahasa.

وَالْمَعْنَى: فَإِنْ ضَلَلْتُمْ وَعَرَجْتُمْ عَنِ الْحَقِّ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ أَيِ: الْحُجَجُ الْوَاضِحَةُ، وَالْبَرَاهِينُ الصَّحِيحَةُ، أَنَّ الدُّخُولَ فِي الْإِسْلَامِ هُوَ الْحَقُّ.

Maknanya: Maka jika kalian tersesat dan menyimpang dari kebenaran *setelah datang kepada kalian keterangan-keterangan*, yakni: hujjah-hujjah yang jelas dan bukti-bukti yang shahih, bahwasanya masuk ke dalam Islam adalah kebenaran.

فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَالِبٌ لَا يُعْجِزُهُ الِانْتِقَامُ مِنْكُمْ حَكِيمٌ لَا يَنْتَقِمُ إِلَّا بِحَقٍّ.

*Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Perkasa*, (artinya) Maha Menang, tidak ada yang dapat melemahkan-Nya untuk membalas (menghukum) kalian; *Maha Bijaksana*, (artinya) Dia tidak menghukum kecuali dengan alasan yang benar (haq).

قَوْلُهُ: هَلْ يَنْظُرُونَ أَيْ: يَنْتَظِرُونَ، يُقَالُ: نَظَرْتُهُ وَانْتَظَرْتُهُ بِمَعْنًى.

Firman-Nya: *Hal yanzhuruuna*, artinya: apakah mereka menunggu. Dikatakan: *nazhartuhu* dan *intazhartuhu* memiliki makna yang sama (aku menunggunya).

وَالْمُرَادُ: هَلْ يَنْتَظِرُ التَّارِكُونَ لِلدُّخُولِ فِي السِّلْمِ.

Maksudnya adalah: Apakah orang-orang yang enggan masuk ke dalam Islam itu menunggu?

وَالظُّلَلُ: جَمْعُ ظُلَّةٍ، وَهِيَ مَا يُظِلُّكَ.

Kata *azh-zhulal* adalah bentuk jamak dari *zhullah*, yaitu sesuatu yang menaungimu.

وَقَرَأَ قَتَادَةُ، وَيَزِيدُ بْنُ الْقَعْقَاعِ: فِي ظِلَالٍ.

Qatadah dan Yazid bin Al-Qa'qa' membaca: *fii zhilaalin* (dalam naungan-naungan).

وَقَرَأَ يَزِيدُ أَيْضًا وَالْمَلَائِكَةِ بِالْجَرِّ عَطْفًا عَلَى الْغَمَامِ أَوْ عَلَى ظُلَلٍ.

Yazid juga membaca: *wal malaikati* dengan *jar* (baris bawah), sebagai *athaf* (sambungan) kepada kata *al-ghamaam* atau kepada kata *zhulal*.

قَالَ الْأَخْفَشُ وَالْمَلَائِكَةِ بِالْخَفْضِ بِمَعْنَى: وَفِي الْمَلَائِكَةِ، قَالَ: وَالرَّفْعُ أَجْوَدُ.

Al-Akhfasy berkata: "*Wal malaikati* dengan *khafdh* (kasrah) bermakna: dan di dalam (naungan) malaikat." Ia berkata: "Namun bacaan *rafa'* (dhommah) lebih bagus."

وَقَالَ الزَّجَّاجُ: التَّقْدِيرُ: فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَمِنَ الْمَلَائِكَةِ.

Az-Zajjaj berkata: "Takdir (perkiraan struktur kalimatnya) adalah: dalam naungan dari awan dan dari malaikat."

وَالْمَعْنَى: هَلْ يَنْتَظِرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ بِمَا وَعَدَهُمْ مِنَ الْحِسَابِ وَالْعَذَابِ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةِ.

Maknanya: Apakah mereka tidak menunggu melainkan kedatangan Allah kepada mereka dengan membawa apa yang Dia janjikan berupa hisab dan azab di dalam naungan awan dan malaikat.

قَالَ الْأَخْفَشُ: وَقَدْ يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ مَعْنَى الْإِتْيَانِ رَاجِعًا إِلَى الْجَزَاءِ، فَسُمِّيَ الْجَزَاءُ: إِتْيَانًا.

Al-Akhfasy berkata: "Dan bisa jadi makna 'kedatangan' itu kembali kepada balasan, maka balasan itu dinamakan: kedatangan (*ityaanan*)."

كَمَا سُمِّيَ التَّخْوِيفُ وَالتَّعْذِيبُ فِي قِصَّةِ ثَمُودَ: إِتْيَانًا، فَقَالَ: فَأَتَى اللَّهُ بُنْيَانَهُمْ مِنَ الْقَوَاعِدِ.

Sebagaimana ancaman ketakutan dan penyiksaan dalam kisah Tsamud dinamakan 'kedatangan', maka Dia berfirman: *Maka Allah mendatangi bangunan mereka dari pondasi-pondasinya*. 2

وَقَالَ فِي قِصَّةِ بَنِي النَّضِيرِ: فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا.

Dan Dia berfirman dalam kisah Bani Nadhir: *Maka Allah mendatangi mereka dari arah yang tidak mereka duga*. 3

وَإِنَّمَا احْتَمَلَ الْإِتْيَانُ هَذَا، لِأَنَّ أَصْلَهُ عِنْدَ أَهْلِ اللُّغَةِ: الْقَصْدُ إِلَى الشَّيْءِ.

Kata *al-ityaan* (kedatangan) mengandung kemungkinan makna ini, karena asalnya menurut ahli bahasa adalah: menuju kepada sesuatu.

فَمَعْنَى الْآيَةِ: هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يُظْهِرَ اللَّهُ فِعْلًا مِنَ الْأَفْعَالِ مَعَ خَلْقٍ مِنْ خَلْقِهِ يَقْصِدُ إِلَى مُحَارَبَتِهِمْ.

Maka makna ayat ini adalah: Apakah mereka tidak menunggu melainkan Allah menampakkan suatu perbuatan dari perbuatan-perbuatan-Nya bersama makhluk dari makhluk-Nya yang bertujuan untuk memerangi mereka.

وَقِيلَ: إِنَّ الْمَعْنَى: يَأْتِيهِمْ أَمْرُ اللَّهِ وَحُكْمُهُ.

Dikatakan pula: sesungguhnya maknanya adalah: datang kepada mereka perintah Allah dan keputusan-Nya.

وَقِيلَ: إِنَّ قَوْلَهُ: فِي ظُلَلٍ بِمَعْنَى بِظُلَلٍ، وَقِيلَ: الْمَعْنَى: يَأْتِيهِمْ بِبَأْسِهِ فِي ظُلَلٍ.

Dikatakan juga: sesungguhnya firman-Nya *fii zhulalin* bermakna *bi zhulalin* (dengan naungan), dan dikatakan: maknanya adalah Dia mendatangkan azab-Nya kepada mereka di dalam naungan.

وَالْغَمَامُ: السَّحَابُ الرَّقِيقُ الْأَبْيَضُ، سُمِّيَ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ يَغُمُّ، أَيْ: يَسْتُرُ.

*Al-Ghamaam* adalah awan tipis yang putih, dinamakan demikian karena ia *yaghummu*, artinya: menutupi.

وَوَجْهُ إِتْيَانِ الْعَذَابِ فِي الْغَمَامِ- عَلَى تَقْدِيرِ أَنَّ ذَلِكَ هُوَ الْمُرَادُ- مَا فِي مَجِيءِ الْخَوْفِ مِنْ مَحَلِّ الْأَمْنِ مِنَ الْفَظَاعَةِ وَعِظَمِ الْمَوْقِعِ.

Adapun alasan datangnya azab di dalam awan—dengan asumsi bahwa itulah yang dimaksud—adalah karena datangnya ketakutan dari tempat yang biasanya aman mengandung kengerian dan dampak yang besar.

لِأَنَّ الْغَمَامَ مَظِنَّةُ الرَّحْمَةِ، لَا مَظِنَّةَ الْعَذَابِ.

Karena awan itu adalah tempat yang diduga membawa rahmat (hujan), bukan tempat yang diduga membawa azab.

وَقَوْلُهُ: وَقُضِيَ الْأَمْرُ عُطِفَ عَلَى يَأْتِيَهِمُ، دَاخِلٌ فِي حَيِّزِ الِانْتِظَارِ.

Firman-Nya: *Wa qudhiyal amru* (dan diputuskanlah perkara) di-*athaf*-kan kepada *ya'tiyahum*, masuk dalam cakupan hal yang ditunggu.

وَإِنَّمَا عُدِلَ إِلَى صِيغَةِ الْمَاضِي دَلَالَةً عَلَى تَحَقُّقِهِ، فَكَأَنَّهُ قَدْ كَانَ.

Hanyasanya ia dialihkan ke bentuk kata kerja lampau (*fi'il madhi*) untuk menunjukkan kepastian terjadinya, seolah-olah hal itu telah terjadi.

أَوْ جُمْلَةٌ مُسْتَأْنَفَةٌ جِيءَ بِهَا لِلدَّلَالَةِ عَلَى أَنَّ مَضْمُونَهَا وَاقِعٌ لَا مَحَالَةَ، أَيْ: وَفَرَغَ مِنَ الْأَمْرِ الَّذِي هُوَ إِهْلَاكُهُمْ.

Atau ia adalah kalimat baru (*musta'nafah*) yang didatangkan untuk menunjukkan bahwa isinya pasti terjadi tidak bisa tidak, artinya: dan telah selesai urusan tersebut, yaitu pembinasaan mereka.

وَقَرَأَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَقَضَاءَ الْأَمْرِ بِالْمَصْدَرِ عَطْفًا عَلَى الْمَلَائِكَةِ.

Mu'adz bin Jabal membaca *wa qadhaa'al amri* dalam bentuk *masdar*, sebagai *athaf* kepada kata *al-malaikah*.

وَقَرَأَ يَحْيَى بْنُ يَعْمَرَ: وَقَضَى الْأُمُورَ بِالْجَمْعِ.

Yahya bin Ya'mar membaca: *wa qadhal umuura* dengan bentuk jamak.

وَقَرَأَ ابْنُ عَامِرٍ، وَحَمْزَةُ، وَالْكِسَائِيُّ: تُرْجَعُ الْأُمُورُ عَلَى بِنَاءِ الْفِعْلِ لِلْفَاعِلِ، وَقَرَأَ الْبَاقُونَ عَلَى الْبِنَاءِ لِلْمَفْعُولِ.

Ibnu Amir, Hamzah, dan Al-Kisa'i membaca: *tarji'ul umuura* dengan bentuk kata kerja aktif (fa'il), sedangkan ulama qiraat sisanya membaca dengan bentuk pasif (maf'ul).

وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً قَالَ: يَعْنِي مُؤْمِنِي أَهْلِ الْكِتَابِ.

Sungguh Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: *Wahai orang-orang yang beriman masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan*, ia berkata: "Yang dimaksud adalah orang-orang beriman dari kalangan Ahli Kitab."

فَإِنَّهُمْ كَانُوا مَعَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ مُسْتَمْسِكِينَ بِبَعْضِ أَمْرِ التَّوْرَاةِ وَالشَّرَائِعِ الَّتِي أُنْزِلَتْ فِيهِمْ.

Karena mereka, di samping beriman kepada Allah, mereka masih berpegang teguh pada sebagian perintah Taurat dan syariat yang diturunkan kepada mereka.

يَقُولُ: ادْخُلُوا فِي شَرَائِعِ دِينِ مُحَمَّدٍ، وَلَا تَدَعُوا مِنْهُ شَيْئًا، وَحَسْبُكُمُ الْإِيمَانُ بِالتَّوْرَاةِ وَمَا فِيهَا.

Dia berfirman: "Masuklah kalian ke dalam syariat agama Muhammad, dan janganlah kalian tinggalkan sedikit pun darinya, dan cukuplah bagi kalian keimanan kepada Taurat dan apa yang ada di dalamnya (sebagai masa lalu)."

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ عِكْرِمَةَ: أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ فِي ثَعْلَبَةَ، وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ، وَابْنِ يَامِينَ، وَأَسَدٍ وَأُسِيدٍ ابْنَيْ كَعْبٍ، وَسَعِيدِ بْنِ عَمْرٍو، وَقَيْسِ بْنِ زَيْدٍ، كُلُّهُمْ مِنْ يَهُودَ.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah: Bahwa ayat ini turun mengenai Tsa'labah, Abdullah bin Salam, Ibnu Yamin, Asad dan Usaid (keduanya putra Ka'ab), Sa'id bin Amr, dan Qais bin Zaid, mereka semua dari kalangan Yahudi.

قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! يَوْمُ السَّبْتِ يَوْمٌ كُنَّا نُعَظِّمُهُ فَدَعْنَا فَلَنَسْبِتْ فِيهِ، وَإِنَّ التَّوْرَاةَ كِتَابُ اللَّهِ فَلْنَقُمْ بِهَا اللَّيْلَ.

Mereka berkata: "Wahai Rasulullah! Hari Sabtu adalah hari yang kami agungkan, maka biarkanlah kami merayakan Sabat di dalamnya, dan sesungguhnya Taurat adalah kitab Allah, maka biarkanlah kami shalat malam dengannya."

فَنَزَلَتْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً.

Maka turunlah ayat: *Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan*.

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: السَّلْمُ الطَّاعَةُ لِلَّهِ، وَكَافَّةً يَقُولُ: جَمِيعًا.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "*As-Salmu* adalah ketaatan kepada Allah, dan *Kaffatan* artinya: semuanya."

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْهُ قَالَ: السِّلْمُ: الْإِسْلَامُ، وَالزَّلَلُ: تَرْكُ الْإِسْلَامِ.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan darinya (Ibnu Abbas), ia berkata: "*As-Silmu* adalah Islam, dan *az-zalal* adalah meninggalkan Islam."

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ السُّدِّيِّ قَالَ: فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ قَالَ: فَإِنْ ضَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكُمْ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, ia berkata (tentang ayat): *Jika kalian menyimpang setelah datang keterangan kepada kalian*, ia menafsirkan: "Jika kalian tersesat setelah datang Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam kepada kalian."

وَأَخْرَجَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ يَنْتَظِرُونَ فَصْلَ الْقَضَاءِ».

Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Allah mengumpulkan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian pada waktu hari yang ditentukan, dalam keadaan berdiri, pandangan mereka terbelalak ke langit menunggu keputusan pengadilan."

«وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ».

"Dan Allah turun dalam naungan awan dari Arsy ke Kursi."

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَأَبُو الشَّيْخِ فِي الْعَظَمَةِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ فِي هَذِهِ الْآيَةِ قَالَ:

Ibnu Jarir, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Abu Asy-Syaikh dalam *Al-'Azhamah* meriwayatkan dari Ibnu Umar tentang ayat ini, ia berkata:

يَهْبِطُ حِينَ يَهْبِطُ وَبَيْنَهُ وَبَيْنَ خَلْقِهِ سَبْعُونَ أَلْفَ حِجَابٍ، مِنْهَا: النُّورُ وَالظُّلْمَةُ وَالْمَاءُ، فَيُصَوِّتُ الْمَاءُ فِي تِلْكَ الظُّلْمَةِ صَوْتًا تَنْخَلِعُ لَهُ الْقُلُوبُ.

"Dia turun ketika Dia turun, sedangkan antara Dia dan makhluk-Nya terdapat tujuh puluh ribu hijab (tirai), di antaranya: cahaya, kegelapan, dan air; maka air di dalam kegelapan itu mengeluarkan suara yang membuat hati copot karenanya."

وَأَخْرَجَ أَبُو يَعْلَى، وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي هَذِهِ الْآيَةِ قَالَ: يَأْتِي اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظُلَلٍ مِنَ السَّحَابِ قَدْ قُطِعَتْ طَاقَاتٍ.

Abu Ya'la, Abdu bin Humaid, Ibnu Al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat ini, ia berkata: "Allah datang pada hari kiamat dalam naungan awan yang telah dipotong-potong berlapis-lapis."

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَالدَّيْلَمِيُّ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ مِنَ الْغَمَامِ طَاقَاتٍ يَأْتِي اللَّهُ فِيهَا مَحْفُوفَاتٍ بِالْمَلَائِكَةِ».

Ibnu Jarir dan Ad-Dailami meriwayatkan darinya (Ibnu Abbas) bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya di antara awan itu ada lapisan-lapisan yang Allah datang di dalamnya, dikelilingi oleh para malaikat."

وَذَلِكَ قَوْلُهُ: هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ.

Dan itulah firman-Nya: *Apakah mereka tidak menunggu melainkan kedatangan Allah dalam naungan awan*.

وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ عِكْرِمَةَ: فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ قَالَ: طَاقَاتٍ وَالْمَلَائِكَةُ حَوْلَهُ.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah: *Dalam naungan awan*, ia berkata: "Lapisan-lapisan, dan para malaikat berada di sekitarnya."

وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ قَتَادَةَ فِي الْآيَةِ قَالَ: يَأْتِيهِمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ، وَتَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ الْمَوْتِ.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah tentang ayat tersebut, ia berkata: "Allah mendatangi mereka dalam naungan awan, dan malaikat mendatangi mereka ketika kematian."

وَأَخْرَجَ عَنْ عِكْرِمَةَ فِي قَوْلِهِ: وَقُضِيَ الْأَمْرُ يَقُولُ: قَامَتِ السَّاعَةُ.

Dan ia meriwayatkan dari Ikrimah tentang firman-Nya: *Wa qudhiyal amru*, ia berkata: "Kiamat telah terjadi."
1 Ar-Rum: 41 2 An-Nahl: 26 3 Al-Hasyr: 2

Postingan populer dari blog ini

Biografi Pengarang

Pendahuluan Surat al Fatihah

Al fatihah Ayat 2-7