Al Baqarah Ayat 111-113
[سورة البقرة (2) : الآيات 111 الى 113]
[Surat Al-Baqarah (2): Ayat 111 hingga 113]وَقالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَاّ مَنْ كانَ هُوداً أَوْ نَصارى تِلْكَ أَمانِيُّهُمْ قُلْ هاتُوا بُرْهانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ (111)
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Itu hanyalah angan-angan mereka (yang kosong). Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar" (111).بَلى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (112)
(Tidak demikian), bahkan barangsiapa yang menyerahkan wajahnya (dirinya) kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (112).وَقالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصارى عَلى شَيْءٍ وَقالَتِ النَّصارى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتابَ كَذلِكَ قالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيامَةِ فِيما كانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (113)
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak memiliki suatu pegangan," dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak memiliki suatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara mereka pada hari kiamat tentang apa-apa yang mereka perselisihkan padanya (113).قَوْلُهُ: (هُوداً) قَالَ الْفَرَّاءُ: يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ (هُوداً) بِمَعْنَى: (يَهُودِيّاً)، وَأَنْ يَكُونَ جَمْعَ (هَائِدٍ).
Firman-Nya: (هُوداً/Hudan), Al-Farra' berkata: Boleh jadi kata *Hudan* bermakna *Yahudiyyan* (seorang Yahudi), dan boleh jadi merupakan bentuk jamak dari kata *Ha'id* (orang yang bertaubat/kembali).وَقَالَ الْأَخْفَشُ: إِنَّ الضَّمِيرَ الْمُفْرَدَ فِي (كَانَ) هُوَ بِاعْتِبَارِ لَفْظِ (مَنْ)، وَالْجَمْعُ فِي قَوْلِهِ: (هُوداً) بِاعْتِبَارِ مَعْنَى (مَنْ).
Al-Akhfash berkata: Sesungguhnya kata ganti tunggal pada kata *Kana* adalah dengan mempertimbangkan lafaz *Man* (siapa), sedangkan bentuk jamak pada firman-Nya *Hudan* adalah dengan mempertimbangkan makna dari *Man* (yang bisa bermakna banyak).قِيلَ: فِي هَذَا الْكَلَامِ حَذْفٌ، وَأَصْلُهُ: وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَهُودِيّاً، وَقَالَتِ النَّصَارَى: لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ نَصْرَانِيّاً.
Dikatakan: Di dalam kalimat ini terdapat pembuangan kata (ellipsis), dan bentuk asalnya adalah: "Dan orang-orang Yahudi berkata: 'Tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Yahudi', dan orang-orang Nasrani berkata: 'Tidak akan masuk surga kecuali orang yang beragama Nasrani'."هَكَذَا قَالَ كَثِيرٌ مِنَ الْمُفَسِّرِينَ، وَسَبَقَهُمْ إِلَى ذَلِكَ بَعْضُ السَّلَفِ.
Demikianlah pendapat banyak ahli tafsir, dan sebagian ulama Salaf telah mendahului mereka dalam pendapat tersebut.وَظَاهِرُ النَّظْمِ الْقُرْآنِيِّ أَنَّ طَائِفَتَيِ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَقَعَ مِنْهُمْ هَذَا الْقَوْلُ، وَأَنَّهُمْ يَخْتَصُّونَ بِذَلِكَ دُونَ غَيْرِهِمْ.
Namun zhahir (makna tekstual) dari susunan Al-Qur'an menunjukkan bahwa kedua kelompok, baik Yahudi maupun Nasrani, sama-sama melontarkan ucapan ini, dan bahwa mereka mengkhususkan hal tersebut (masuk surga) hanya untuk diri mereka sendiri, bukan orang lain.وَوَجْهُ الْقَوْلِ بِأَنَّ فِي الْكَلَامِ حَذْفًا، مَا هُوَ مَعْلُومٌ مِنْ أَنَّ كُلَّ طَائِفَةٍ مِنْ هَاتَيْنِ الطَّائِفَتَيْنِ تُضَلِّلُ الْأُخْرَى، وَتَنْفِي عَنْهَا أَنَّهَا عَلَى شَيْءٍ مِنَ الدِّينِ، فَضْلًا عَنْ دُخُولِ الْجَنَّةِ، كَمَا فِي هَذَا الْمَوْضِعِ.
Alasan pendapat yang menyatakan adanya pembuangan kata dalam kalimat tersebut adalah karena sudah dimaklumi bahwa setiap kelompok dari kedua golongan ini saling menyesatkan satu sama lain, dan menafikan bahwa kelompok lain memiliki landasan agama, apalagi untuk masuk surga, sebagaimana disebutkan dalam konteks ini.فَإِنَّهُ قَدْ حَكَى اللَّهُ عَنِ الْيَهُودِ أَنَّهَا قَالَتْ: لَيْسَتِ النَّصَارَى عَلَى شَيْءٍ، وَقَالَتِ النَّصَارَى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ.
Karena sesungguhnya Allah telah menceritakan perihal orang Yahudi bahwa mereka berkata: "Orang Nasrani itu tidak memiliki suatu pegangan," dan orang Nasrani berkata: "Orang Yahudi itu tidak memiliki suatu pegangan."وَالْأَمَانِيُّ قَدْ تَقَدَّمَ تَفْسِيرُهَا، وَالْإِشَارَةُ بِقَوْلِهِ: (تِلْكَ)، إِلَى مَا تَقَدمَ لَهُمْ مِنَ الْأَمَانِيِّ، الَّتِي آخِرُهَا أَنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ غَيْرُهُمْ.
Adapun kata *Al-Amaniy* (angan-angan) telah dijelaskan tafsirnya sebelumnya, dan isyarat pada firman-Nya *Tilka* (itu) merujuk pada angan-angan mereka yang telah disebutkan sebelumnya, yang mana angan-angan terakhirnya adalah bahwa tidak ada yang masuk surga selain mereka.وَقِيلَ: إِنَّ الْإِشَارَةَ إِلَى هَذِهِ الْأُمْنِيَّةِ الْآخِرَةِ، وَالتَّقْدِيرُ: أَمْثَالُ تِلْكَ الْأُمْنِيَّةِ أَمَانِيُّهُمْ، عَلَى حَذْفِ الْمُضَافِ لِيُطَابِقَ (أَمَانِيُّهُمْ).
Dikatakan pula: Sesungguhnya isyarat tersebut merujuk pada angan-angan yang terakhir ini saja, dan takdir (perkiraan struktur kalimatnya) adalah: "Semisal angan-angan itulah angan-angan mereka," dengan membuang *mudhaf* (kata sandaran) agar sesuai dengan bentuk jamak *Amaniyyuhum*.قَوْلُهُ: (هاتُوا) أَصْلُهُ: (هَاتُيُوا)، حُذِفَتِ الضَّمَّةُ لِثِقَلِهَا، ثُمَّ حُذِفَتِ الْيَاءُ لِالْتِقَاءِ السَّاكِنَيْنِ.
Firman-Nya: (هاتُوا/Hatu), asalnya adalah *Hatuyu*, harakat *dhammah* dibuang karena dianggap berat, kemudian huruf *Ya* dibuang karena bertemunya dua huruf mati (sukun).وَيُقَالُ لِلْمُفْرَدِ الْمُذَكَّرِ: (هَاتِ)، وَلِلْمُؤَنَّثِ: (هَاتِي)، وَهُوَ صَوْتٌ بِمَعْنَى احْضَرْ.
Dikatakan untuk tunggal laki-laki: *Hati*, dan untuk perempuan: *Hatiy*, dan ia adalah *Isim Fi'il* (kata suara) yang bermakna: "Hadirkanlah".وَالْبُرْهَانُ: الدَّلِيلُ الَّذِي يَحْصُلُ عِنْدَهُ الْيَقِينُ.
Dan *Al-Burhan* adalah dalil (bukti) yang dengannya diperoleh keyakinan.قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: طَلَبُ الدَّلِيلِ هُنَا يَقْتَضِي إِثْبَاتَ النَّظَرِ، وَيَرُدُّ عَلَى مَنْ يَنْفِيهِ.
Ibnu Jarir berkata: Tuntutan mendatangkan dalil di sini menunjukkan penetapan (validitas) penggunaan nalar/logika, dan ini membantah orang yang menafikannya.وَقَوْلُهُ: (إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ) أَيْ: فِي تِلْكَ الْأَمَانِيِّ الْمُجَرَّدَةِ وَالدَّعَاوَى الْبَاطِلَةِ.
Dan firman-Nya: (إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ/Jika kamu orang-orang yang benar), maksudnya: Benar dalam angan-angan kosong dan klaim-klaim batil tersebut.ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِمْ فَقَالَ: (بَلى مَنْ أَسْلَمَ) وَهُوَ إِثْبَاتٌ لِمَا نَفَوْهُ مِنْ دُخُولِ غَيْرِهِمُ الْجَنَّةَ.
Kemudian Allah membantah mereka dengan firman-Nya: (بَلى مَنْ أَسْلَمَ/Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri), dan ini adalah penetapan terhadap apa yang mereka nafikan, yaitu masuknya orang selain mereka ke dalam surga.أَيْ: لَيْسَ كَمَا يَقُولُونَ، بَلْ يَدْخُلُهَا مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ. وَمَعْنَى (أَسْلَمَ): اسْتَسْلَمَ وَقِيلَ: أَخْلَصَ.
Maksudnya: Tidak seperti yang mereka katakan, bahkan surga itu akan dimasuki oleh orang yang menyerahkan wajahnya kepada Allah. Makna *Aslama* adalah berserah diri, dan dikatakan juga bermakna: mengikhlaskan.وَخَصَّ الْوَجْهَ بِالذِّكْرِ لِكَوْنِهِ أَشْرَفَ مَا يُرَى مِنَ الْإِنْسَانِ، وَلِأَنَّهُ مَوْضِعُ الْحَوَاسِّ الظَّاهِرَةِ، وَفِيهِ يظهرُ 1 2 الْعِزُّ وَالذُّلُّ.
Dan Allah mengkhususkan penyebutan "Wajah" karena ia adalah bagian yang paling mulia yang terlihat dari manusia, dan karena ia adalah tempat berkumpulnya indra-indra lahiriah, serta padanya tampak1,2 kemuliaan dan kehinaan.وَقِيلَ: إِنَّ الْعَرَبَ تُخْبِرُ بِالْوَجْهِ عَنْ جُمْلَةِ الشَّيْءِ، وَأَنَّ الْمَعْنَى هُنَا: الْوَجْهُ وَغَيْرُهُ.
Dikatakan pula: Sesungguhnya orang Arab biasa memberitakan dengan menyebut "wajah" untuk mewakili keseluruhan sesuatu, sehingga maknanya di sini adalah: wajah dan seluruh anggota tubuh lainnya.وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِالْوَجْهِ هُنَا: الْمَقْصِدُ، أَيْ: مَنْ أَخْلَصَ مَقْصِدَهُ.
Dikatakan juga: Yang dimaksud dengan "wajah" di sini adalah tujuan/niat, artinya: barangsiapa yang mengikhlaskan tujuannya.وَقَوْلُهُ (وَهُوَ مُحْسِنٌ) فِي مَحَلِّ نَصْبٍ عَلَى الْحَالِ.
Dan firman-Nya (وَهُوَ مُحْسِنٌ/sedang ia berbuat kebajikan) menempati posisi *nashab* sebagai *hal* (keterangan keadaan).وَالضَّمِيرُ فِي قَوْلِهِ: (وَجْهَهُ) و (فَلَهُ) بِاعْتِبَارِ لَفْظِ (مَنْ)، وَفِي قَوْلِهِ: (عَلَيْهِمْ) بِاعْتِبَارِ مَعْنَاهَا.
Kata ganti pada firman-Nya *Wajhahu* (wajahnya) dan *Falahu* (maka baginya) adalah dengan mempertimbangkan lafaz *Man* (tunggal), sedangkan pada firman-Nya *'Alaihim* (atas mereka) dengan mempertimbangkan maknanya (jamak).وَقَوْلُهُ: (مَنْ) إِنْ كَانَتِ الْمَوْصُولَةَ فَهِيَ فَاعِلٌ لِفِعْلٍ مَحْذُوفٍ، أَيْ: بَلَى يَدْخُلُهَا مَنْ أَسْلَمَ.
Dan firman-Nya: *Man* (barangsiapa), jika ia adalah *Isim Maushul* (kata sambung), maka ia adalah subjek (*fa'il*) dari kata kerja yang dibuang, takdirnya: "Bahkan, akan memasukinya orang yang menyerahkan diri."وَقَوْلُهُ: (فَلَهُ) مَعْطُوفٌ عَلَى (مَنْ أَسْلَمَ).
Dan firman-Nya: *Falahu* (maka baginya) di-*athaf*-kan (disambungkan) kepada kalimat *Man Aslama*.وَإِنْ كَانَتْ (مَنْ) شَرْطِيَّةً، فَقَوْلُهُ: (فَلَهُ) هُوَ الْجَزَاءُ، وَمَجْمُوعُ الشَّرْطِ وَالْجَزَاءِ رَدٌّ عَلَى أَهْلِ الْكِتَابِ وَإِبْطَالٌ لِتِلْكَ الدَّعْوَى.
Dan jika *Man* tersebut adalah *Syarthiyah* (kata syarat), maka firman-Nya *Falahu* adalah jawab syaratnya, dan keseluruhan kalimat syarat serta jawabannya merupakan bantahan terhadap Ahli Kitab dan pembatalan terhadap klaim tersebut.وَقَوْلُهُ: (وَقالَتِ الْيَهُودُ) وَمَا بَعْدَهُ، فِيهِ أَنَّ كُلَّ طَائِفَةٍ تَنْفِي الْخَيْرَ عَنِ الْأُخْرَى، وَيَتَضَمَّنُ ذَلِكَ إِثْبَاتَهُ لِنَفْسِهَا، تَحَجُّرًا لِرَحْمَةِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ.
Dan firman-Nya: (وَقالَتِ الْيَهُودُ/Dan orang Yahudi berkata) serta ayat setelahnya, di dalamnya terkandung makna bahwa setiap kelompok menafikan kebaikan dari kelompok lain, dan hal itu secara implisit mengandung penetapan kebaikan bagi dirinya sendiri, sebagai bentuk pembatasan (monopoli) terhadap rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala.قَالَ فِي الْكَشَّافِ: إِنَّ الشَّيْءَ هُوَ الَّذِي يَصِحُّ وَيُعْتَدُّ بِهِ.
Penulis tafsir Al-Kasysyaf berkata: Sesungguhnya *Asy-Syai'* (sesuatu) itu adalah apa yang sah dan dianggap (berharga).قَالَ: وَهَذِهِ مُبَالَغَةٌ عَظِيمَةٌ، لِأَنَّ الْمُحَالَ وَالْمَعْدُومَ يَقَعُ عَلَيْهِمَا اسْمُ الشَّيْءِ، وَإِذَا نُفِيَ إِطْلَاقُ اسْمِ الشَّيْءِ عَلَيْهِ فَقَدْ بُولِغَ فِي تَرْكِ الِاعْتِدَادِ بِهِ إِلَى مَا لَيْسَ بَعْدَهُ، وَهَكَذَا قَوْلُهُمْ: أَقَلُّ مِنْ لَا شَيْءَ.
Dia berkata lagi: Ini adalah bentuk hiperbola (*mubalaghah*) yang besar, karena sesuatu yang mustahil dan tiada pun bisa disebut dengan nama "sesuatu". Maka jika penamaan "sesuatu" saja dinafikan darinya, sungguh itu merupakan puncak dari ketidak-dianggapannya hingga batas yang tak ada lagi setelahnya. Demikianlah ucapan mereka: "Lebih sedikit dari tidak ada apa-apa."وَقَوْلُهُ: (وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتابَ) أَيِ: التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ، وَالْجُمْلَةُ حَالِيَّةٌ.
Dan firman-Nya: (وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتابَ/padahal mereka membaca Al-Kitab), yakni: Taurat dan Injil, dan kalimat ini berkedudukan sebagai *hal* (keterangan keadaan).وَقِيلَ: الْمُرَادُ جِنْسُ الْكِتَابِ، وَفِي هَذَا أَعْظَمُ تَوْبِيخٍ وَأَشَدُّ تَقْرِيعٍ.
Dikatakan pula: Yang dimaksud adalah jenis kitab (wahyu) secara umum. Dan di dalam ayat ini terdapat celaan yang paling besar dan kecaman yang paling keras.لِأَنَّ الْوُقُوعَ فِي الدَّعَاوَى الْبَاطِلَةِ، وَالتَّكَلُّمَ بِمَا لَيْسَ عَلَيْهِ بُرْهَانٌ، وَهُوَ وَإِنْ كَانَ قَبِيحًا عَلَى الْإِطْلَاقِ، لَكِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالدِّرَاسَةِ لِكُتُبِ اللَّهِ أَشَدُّ قُبْحًا، وَأَفْظَعُ جُرْمًا، وَأَعْظَمُ ذَنْبًا.
Karena terjerumus dalam klaim-klaim batil dan berbicara tanpa landasan bukti, meskipun hal itu tercela secara mutlak, namun jika dilakukan oleh orang yang berilmu dan mempelajari kitab-kitab Allah, maka itu lebih buruk, lebih keji kejahatannya, dan lebih besar dosanya.وَقَوْلُهُ: (كَذلِكَ قالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ) الْمُرَادُ بِهِمْ: كُفَّارُ الْعَرَبِ الَّذِينَ لَا كِتَابَ لَهُمْ.
Dan firman-Nya: (كَذلِكَ قالَ الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ/Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui berkata), yang dimaksud dengan mereka adalah: orang-orang kafir Arab (musyrikin) yang tidak memiliki kitab suci.قَالُوا: مِثْلَ مَقَالَةِ الْيَهُودِ، اقْتِدَاءً بِهِمْ، لِأَنَّهُمْ جَهَلَةٌ، لَا يَقْدِرُونَ عَلَى غَيْرِ التَّقْلِيدِ لِمَنْ يَعْتَقِدُونَ أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ.
Mereka mengucapkan seperti ucapan orang Yahudi karena mengikuti jejak mereka, sebab mereka adalah orang-orang bodoh yang tidak mampu melakukan apa pun selain taklid (mengikut buta) kepada orang yang mereka yakini sebagai ahli ilmu.وَقِيلَ: الْمُرَادُ بِهِمْ: طَائِفَةٌ مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، وَهُمُ الَّذِينَ لَا عِلْمَ عِنْدَهُمْ.
Dikatakan pula: Yang dimaksud dengan mereka adalah sebagian kelompok dari Yahudi dan Nasrani, yaitu mereka yang tidak memiliki ilmu.ثُمَّ أَخْبَرَنَا سُبْحَانَهُ، بِأَنَّهُ الْمُتَوَلِّي لِفَصْلِ هَذِهِ الْخُصُومَةِ الَّتِي وَقَعَ فِيهَا الْخِلَافُ عِنْدَ الرُّجُوعِ إِلَيْهِ، فَيُعَذِّبُ مَنْ يَسْتَحِقُّ التَّعْذِيبَ، وَيُنَجِّي مَنْ يَسْتَحِقُّ النَّجَاةَ.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada kita, bahwa Dialah yang akan menangani pemutusan sengketa yang terjadi perselisihan di dalamnya ini ketika mereka kembali kepada-Nya, maka Dia akan mengazab orang yang berhak mendapatkan azab, dan menyelamatkan orang yang berhak mendapatkan keselamatan.وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ: (وَقالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ) الْآيَةَ، قَالَ: قَالَتِ الْيَهُودُ: لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَهُودِيّاً، وَقَالَتِ النَّصَارَى لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ نَصْرَانِيّاً، (تِلْكَ أَمانِيُّهُمْ) قَالَ: أَمَانِيُّ يَتَمَنَّوْنَهَا عَلَى اللَّهِ بِغَيْرِ الْحَقِّ.
Dan sungguh Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abul 'Aliyah mengenai firman-Nya: (وَقالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ/Dan mereka berkata tidak akan masuk surga...) hingga akhir ayat, beliau berkata: Orang Yahudi berkata: "Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi," dan orang Nasrani berkata: "Tidak akan masuk surga kecuali orang Nasrani." (تِلْكَ أَمانِيُّهُمْ/Itu hanyalah angan-angan mereka), beliau berkata: Angan-angan yang mereka harapkan atas nama Allah tanpa kebenaran.(قُلْ: هاتُوا بُرْهانَكُمْ) قَالَ: حُجَّتَكُمْ (إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ) بِمَا تَقُولُونَهُ أَنَّهُ كَمَا تَقُولُونَ.
(قُلْ: هاتُوا بُرْهانَكُمْ/Katakanlah: Tunjukkanlah bukti kalian), beliau berkata: "Hujjah (argumen) kalian." (إِنْ كُنْتُمْ صادِقِينَ/Jika kalian orang yang benar) dengan apa yang kalian ucapkan, bahwa hal itu seperti yang kalian katakan.(بَلى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ) يَقُولُ: أَخْلَصَ لِلَّهِ.
(بَلى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ/Bahkan barangsiapa menyerahkan wajahnya kepada Allah), beliau berkata: "Ikhlas kepada Allah."وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ مُجَاهِدٍ فِي قَوْلِهِ: (قُلْ هاتُوا بُرْهانَكُمْ) قَالَ: حُجَّتَكُمْ.
Dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid mengenai firman-Nya: (قُلْ هاتُوا بُرْهانَكُمْ/Katakanlah tunjukkan buktimu), beliau berkata: "Hujjah kalian."وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ: (بَلى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ) قَالَ: أَخْلَصَ دِينَهُ.
Dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa'id bin Jubair mengenai firman-Nya: (بَلى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ/Bahkan barangsiapa menyerahkan wajahnya), beliau berkata: "Mengikhlaskan agamanya."وَأَخْرَجَ ابْنُ إِسْحَاقَ، وَابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ وَفْدُ نَجْرَانَ مِنَ النَّصَارَى عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَتْهُمْ أَحْبَارُ الْيَهُودِ، فَتَنَازَعُوا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ.
Dan Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, serta Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Ketika delegasi Nasrani Najran datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, para pendeta Yahudi mendatangi mereka, lalu mereka berselisih di hadapan Rasulullah.فَقَالَ رَافِعُ ابْنُ حُرَيْمِلَةَ: مَا أَنْتُمْ عَلَى شَيْءٍ، وَكَفَرَ بِعِيسَى وَالْإِنْجِيلِ.
Maka Rafi' bin Huraimilah (dari Yahudi) berkata: "Kalian tidak memiliki pegangan apa-apa," lalu dia mengingkari Isa dan Injil.فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْرَانَ: مَا أَنْتُمْ عَلَى شَيْءٍ، وَجَحَدَ نُبُوَّةَ مُوسَى وَكَفَرَ بِالتَّوْرَاةِ.
Lalu seorang laki-laki dari penduduk Najran berkata kepadanya: "Kalian tidak memiliki pegangan apa-apa," lalu dia menentang kenabian Musa dan mengingkari Taurat.قَالَ: فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِي ذَلِكَ: (وَقالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصارى عَلى شَيْءٍ وَقالَتِ النَّصارى لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلى شَيْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتابَ) أَيْ كُلٌّ يَتْلُو فِي كِتَابِهِ تَصْدِيقَ مَنْ كَفَرَ بِهِ.
Beliau (Ibnu Abbas) berkata: Maka Allah menurunkan ayat tentang hal itu: (وَقالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصارى عَلى شَيْءٍ.../Dan orang Yahudi berkata orang Nasrani tidak punya pegangan apa-apa...), maksudnya masing-masing membaca dalam kitabnya pembenaran terhadap apa yang mereka ingkari.وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: قُلْتُ لِعَطَاءٍ: مَنْ هَؤُلَاءِ (الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ)؟ قَالَ: هُمْ أُمَمٌ كَانَتْ قَبْلَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى.
Dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia berkata: Aku bertanya kepada Atha': "Siapakah mereka orang-orang yang tidak mengetahui itu?" Beliau menjawab: "Mereka adalah umat-umat yang ada sebelum Yahudi dan Nasrani."وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ السُّدِّيِّ قَالَ: هُمُ الْعَرَبُ، قَالُوا: لَيْسَ مُحَمَّدٌ عَلَى شَيْءٍ.
Dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari As-Suddi, beliau berkata: "Mereka adalah bangsa Arab (musyrikin), mereka berkata: Muhammad itu tidak memiliki pegangan apa-apa."2. At-Taubah: 5.