Al Baqarah Ayat 108-110
[سُورَةُ البَقَرَةِ (2): الآيَاتُ 108–110]
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ ١٠٨
Ataukah kalian hendak meminta sesuatu kepada Rasul kalian
sebagaimana Musa dahulu diminta (sesuatu) sebelum itu?
Dan barangsiapa menukar iman dengan kekafiran,
maka sungguh ia telah tersesat dari jalan yang lurus.
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنْفُسِهِم مِّنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ١٠٩
Banyak dari kalangan Ahli Kitab yang sangat ingin
seandainya mereka dapat mengembalikan kalian, setelah iman kalian, menjadi kafir,
karena dengki yang timbul dari diri mereka sendiri,
setelah kebenaran jelas bagi mereka.
Maka maafkanlah dan berlapang dadalah,
hingga Allah mendatangkan perintah-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ١١٠
Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat.
Dan kebaikan apa saja yang kalian dahulukan untuk diri kalian,
niscaya kalian akan mendapatkannya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.
---
أَمْ هَذِهِ هِيَ «الْمُنْقَطِعَةُ» الَّتِي بِمَعْنَى «بَلْ»؛
“Kata ‘am’” di sini adalah “am munqaṭi‘ah” yang bermakna “bal” (bahkan),
أَيْ: بَلْ تُرِيدُونَ؛
yakni: “Bahkan apakah kalian menginginkan…?”
وَفِي هٰذَا تَوْبِيخٌ وَتَقْرِيعٌ.
Dan di dalamnya terdapat teguran dan celaan yang keras.
---
وَالْكَافُ فِي قَوْلِهِ: ﴿كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ﴾ فِي مَوْضِعِ نَصْبٍ، نَعْتٌ لِمَصْدَرٍ مَحْذُوفٍ؛
Huruf “kāf” dalam firman-Nya: “kamā su’ila Mūsā min qabl(u)” berada pada posisi naṣab,
sebagai sifat bagi mashdar yang dihilangkan;
أَيْ: سُؤَالًا مِثْلَ مَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ؛
yakni: “(Apakah kalian menghendaki) pertanyaan seperti yang dahulu diajukan kepada Musa?”
حَيْثُ سَأَلُوهُ أَنْ يُرِيَهُمُ اللَّهَ جَهْرَةً،
Ketika mereka meminta kepadanya agar ia memperlihatkan Allah kepada mereka secara terang-terangan,
وَسَأَلُوا مُحَمَّدًا ﷺ أَنْ يَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ قَبِيلًا.
dan (orang-orang musyrik) meminta kepada Muhammad ﷺ agar beliau mendatangkan Allah dan para malaikat di hadapan mereka (secara langsung).
---
وَقَوْلُهُ: ﴿سَوَاءَ السَّبِيلِ﴾
Firman-Nya: “sawā’a as-sabīl” (tengah jalan / jalan yang lurus)
هُوَ الْوَسَطُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ، قَالَهُ أَبُو عُبَيْدَةَ؛
adalah bagian tengah dari segala sesuatu, demikian dikatakan oleh Abu ‘Ubaidah;
وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَىٰ: ﴿فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ﴾1
dan di antaranya adalah firman-Nya Ta‘ālā: “(Ia berada) di tengah-tengah Jahim (neraka).”1
وَمِنْهُ قَوْلُ حَسَّانَ يَرْثِي النَّبِيَّ ﷺ:
Dan di antaranya adalah ucapan Ḥassān (bin Tsābit) ketika meratapi Nabi ﷺ:
يَا وَيْحَ أَصْحَابِ النَّبِيِّ وَرَهْطِهِ … بَعْدَ الْمُغَيَّبِ فِي سَوَاءِ الْمُلْحَدِ
“Celaka (betapa malang) para sahabat Nabi dan kerabatnya,
setelah beliau yang kini tersembunyi (wafat), di tengah-tengah liang lahat.”
وَقَالَ الْفَرَّاءُ: «السَّوَاءُ: الْقَصْدُ»،
Al-Farrā’ berkata: “‘as-sawā’ berarti: al-qaṣd (arah tepat/jalan lurus),”
أَيْ: ذَهَبَ عَنْ قَصْدِ الطَّرِيقِ وَسَمْتِهِ؛
yakni: “(Maka) ia telah berpaling dari arah jalan dan garis lurusnya,”
أَيْ: طَرِيقِ طَاعَةِ اللَّهِ.
yakni: jalan ketaatan kepada Allah.
---
وَقَوْلُهُ تَعَالَىٰ: ﴿وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ﴾
Firman-Nya Ta‘ālā: “Banyak dari kalangan Ahli Kitab yang sangat menginginkan…”
فِيهِ إِخْبَارُ الْمُسْلِمِينَ بِحِرْصِ الْيَهُودِ عَلَىٰ فِتْنَتِهِمْ
di dalamnya terdapat pemberitahuan kepada kaum Muslimin tentang kerasnya upaya orang-orang Yahudi untuk menyesatkan mereka,
وَرَدِّهِمْ عَنِ الْإِسْلَامِ، وَالتَّشْكِيكِ عَلَيْهِمْ فِي دِينِهِمْ.
dan mengembalikan mereka dari Islam, serta menimbulkan keragu-raguan pada mereka terhadap agama mereka.
وَقَوْلُهُ: ﴿لَوْ يَرُدُّونَكُمْ﴾
Firman-Nya: “sekiranya mereka dapat mengembalikan kalian…”
فِي مَحَلِّ نَصْبٍ عَلَىٰ أَنَّهُ مَفْعُولٌ لِلْفِعْلِ الْمَذْكُورِ.
berkedudukan manshub sebagai maf‘ūl (obyek) bagi fi‘il yang disebutkan sebelumnya (wadda).
---
وَقَوْلُهُ: ﴿مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ﴾
Firman-Nya: “min ‘indi anfusihim” (yang timbul dari diri mereka sendiri)
يُحْتَمَلُ أَنْ يَتَعَلَّقَ بِقَوْلِهِ: ﴿وَدَّ﴾؛
mungkin terkait dengan firman-Nya: “wadda” (mereka sangat ingin),
أَيْ: وَدُّوا ذٰلِكَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ؛
yakni: “Mereka menginginkan hal itu dari (dorongan) diri mereka sendiri,”
وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَتَعَلَّقَ بِقَوْلِهِ: ﴿حَسَدًا﴾؛
dan mungkin pula terkait dengan firman-Nya: “ḥasadan” (karena dengki),
أَيْ: حَسَدًا نَاشِئًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ؛
yakni: “dengki yang timbul dari dalam diri mereka sendiri,”
وَهُوَ عِلَّةٌ لِقَوْلِهِ: ﴿وَدَّ﴾.
dan ia (ḥasadan) adalah sebab (alasan) bagi firman-Nya: “wadda”.
---
وَالْعَفْوُ: تَرْكُ الْمُؤَاخَذَةِ بِالذَّنْبِ؛
“Al-‘afwu” adalah meninggalkan (tidak melakukan) tindakan terhadap dosa (tidak menghukum),
وَالصَّفْحُ: إِزَالَةُ أَثَرِهِ مِنَ النَّفْسِ؛
sedangkan “aṣ-ṣafḥ” adalah menghilangkan pengaruhnya dari hati (perasaan);
«صَفَحْتُ عَنْ فُلَانٍ» إِذَا أَعْرَضْتَ عَنْ ذَنْبِهِ،
dikatakan: “ṣafaḥtu ‘an fulān” apabila engkau berpaling dari (tidak menggubris) kesalahannya,
وَقَدْ ضَرَبْتُ عَنْهُ صَفْحًا: إِذَا أَعْرَضْتَ عَنْهُ.
dan dikatakan: “ḍarabtu ‘anhu ṣafḥan” apabila engkau berpaling dari dirinya.
وَفِيهِ التَّرْغِيبُ فِي ذٰلِكَ وَالْإِرْشَادُ إِلَيْهِ؛
Di dalam perintah ini terdapat anjuran untuk melakukan sikap tersebut dan bimbingan ke arahnya,
وَقَدْ نُسِخَ ذٰلِكَ بِالْأَمْرِ بِالْقِتَالِ؛ قَالَهُ أَبُو عُبَيْدَةَ.
dan hukum itu telah dinasakh (dihapus) dengan perintah untuk berperang; demikian dikatakan oleh Abu ‘Ubaidah.
---
وَقَوْلُهُ: ﴿حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ﴾
Firman-Nya: “hingga Allah mendatangkan perintah-Nya…”
هُوَ غَايَةُ مَا أَمَرَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ بِهِ مِنَ الْعَفْوِ وَالصَّفْحِ؛
adalah batas (akhir) dari apa yang Allah perintahkan berupa maaf dan berlapang dada;
أَيْ: افْعَلُوا ذٰلِكَ إِلَىٰ أَنْ يَأْتِيَ إِلَيْكُمُ الْأَمْرُ مِنَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ فِي شَأْنِهِمْ،
yakni: “Lakukanlah itu hingga datang kepada kalian perintah dari Allah Subhānahu berkaitan dengan urusan mereka,
بِمَا يَخْتَارُهُ وَيَشَاؤُهُ، وَمَا قَدْ قَضَىٰ بِهِ فِي سَابِقِ عِلْمِهِ».
dengan apa yang Dia pilih dan kehendaki, serta apa yang telah Dia tetapkan dalam ilmu-Nya yang terdahulu.”
وَهُوَ قَتْلُ مَنْ قُتِلَ مِنْهُمْ، وَإِجْلَاءُ مَنْ أُجْلِيَ، وَضَرْبُ الْجِزْيَةِ عَلَىٰ مَنْ ضُرِبَتْ عَلَيْهِ، وَإِسْلَامُ مَنْ أَسْلَمَ.
Dan itu adalah (di antaranya): membunuh siapa di antara mereka yang dibunuh,
mengusir siapa yang diusir,
memungut jizyah dari siapa yang dikenakan jizyah,
dan (memberi taufik) Islam kepada siapa yang masuk Islam.
---
وَقَوْلُهُ: ﴿وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ﴾
Firman-Nya: “Dan dirikanlah salat…”
حَثٌّ مِنَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ لَهُمْ فِي الِاشْتِغَالِ بِمَا يَنْفَعُهُمْ،
adalah dorongan dari Allah Subhānahu kepada mereka
agar sibuk dengan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka,
وَيَعُودُ عَلَيْهِمْ بِالْمَصْلَحَةِ، مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ،
dan membawa maslahat bagi mereka, berupa menegakkan salat dan menunaikan zakat,
وَتَقْدِيمِ الْخَيْرِ الَّذِي يُثَابُونَ عَلَيْهِ،
serta mendahulukan (mengerjakan lebih awal) kebaikan
yang kelak mereka akan diberi pahala karenanya,
حَتَّىٰ يُمَكِّنَ اللَّهُ لَهُمْ، وَيَنْصُرَهُمْ عَلَى الْمُخَالِفِينَ لَهُمْ.
hingga Allah memberi kepada mereka kekuatan (kemenangan)
dan menolong mereka terhadap orang-orang yang menyelisihi mereka.
---
وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ إِسْحَاقَ، وَابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ:
Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa ia berkata:
«قَالَ رَافِعُ بْنُ حُرَيْمِلَةَ وَوَهْبُ بْنُ زَيْدٍ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ:
“Rāfi‘ bin Khuraimilah dan Wahb bin Zaid berkata kepada Rasulullah ﷺ:
يَا مُحَمَّدُ! ائْتِنَا بِكِتَابٍ يَنْزِلُ عَلَيْنَا مِنَ السَّمَاءِ نَقْرَؤُهُ، أَوْ فَجِّرْ لَنَا أَنْهَارًا نَتَّبِعْكَ وَنُصَدِّقْكَ».
‘Wahai Muhammad, datangkan kepada kami sebuah kitab
yang turun kepada kami dari langit yang kami baca,
atau pancarkanlah sungai-sungai untuk kami,
niscaya kami akan mengikutimu dan membenarkanmu.’”
فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِي ذٰلِكَ: ﴿أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ﴾ إِلَىٰ قَوْلِهِ: ﴿سَوَاءَ السَّبِيلِ﴾.
Maka Allah menurunkan tentang hal itu firman-Nya:
“Apakah kalian hendak meminta sesuatu kepada Rasul kalian…”
hingga firman-Nya: “(maka) sungguh ia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
وَكَانَ حُيَيُّ بْنُ أَخْطَبَ (وَأَبُو يَاسِرَ بْنُ أَخْطَبَ)2 مِنْ أَشَدِّ الْيَهُودِ حَسَدًا لِلْعَرَبِ،
Dan Ḥuyay bin Akhṭab (dan Abu Yāsir bin Akhṭab)2 termasuk orang Yahudi yang paling besar kedengkiannya kepada orang Arab,
إِذْ خَصَّهُمُ اللَّهُ بِرَسُولِهِ؛
karena Allah mengkhususkan mereka dengan mengutus Rasul-Nya dari kalangan mereka.
وَكَانَا جَاهِدَيْنِ فِي رَدِّ النَّاسِ عَنِ الْإِسْلَامِ مَا اسْتَطَاعَا؛
Keduanya sangat bersungguh-sungguh untuk menghalangi manusia dari Islam sejauh kemampuan mereka.
فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِمَا: ﴿وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ﴾ الْآيَةَ.
Maka Allah menurunkan tentang keduanya ayat:
“Banyak dari kalangan Ahli Kitab yang sangat ingin…” (ayat).
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ السُّدِّيِّ قَالَ:
Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi, ia berkata:
«سَأَلَتِ الْعَرَبُ مُحَمَّدًا ﷺ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بِاللَّهِ، فَيَرَوْهُ جَهْرَةً، فَنَزَلَتْ هٰذِهِ الْآيَةُ».
“Orang-orang Arab meminta kepada Muhammad ﷺ
agar beliau mendatangkan Allah sehingga mereka dapat melihat-Nya secara terang-terangan,
maka turunlah ayat ini.”
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ أَبِي الْعَالِيَةِ قَالَ:
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu al-‘Āliyah, ia berkata:
«قَالَ رَجُلٌ: لَوْ كَانَتْ كَفَّارَاتُنَا كَفَّارَاتِ بَنِي إِسْرَائِيلَ؛
“Seorang laki-laki berkata: ‘Seandainya kifarat (penghapus dosa) kami seperti kifarat Bani Israil…’”
فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «مَا أَعْطَاكُمُ اللَّهُ خَيْرٌ؛
Maka Nabi ﷺ bersabda: “Apa yang Allah berikan kepada kalian lebih baik;
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ إِذَا أَصَابَ أَحَدُهُمُ الْخَطِيئَةَ، وَجَدَهَا مَكْتُوبَةً عَلَىٰ بَابِهِ وَكَفَّارَتَهَا؛
dahulu Bani Israil, apabila salah seorang dari mereka melakukan dosa,
ia mendapati dosa itu tertulis di pintu rumahnya beserta kifaratnya;
فَإِنْ كَفَّرَهَا كَانَتْ لَهُ خَزَايَا فِي الدُّنْيَا، وَإِنْ لَمْ يُكَفِّرْهَا كَانَتْ لَهُ خَزَايَا فِي الْآخِرَةِ؛
jika ia menunaikan kifaratnya, maka itu menjadi kehinaan baginya di dunia,
dan jika ia tidak menunaikannya, maka itu menjadi kehinaan baginya di akhirat.
وَقَدْ أَعْطَاكُمُ اللَّهُ خَيْرًا مِنْ ذٰلِكَ؛
Dan sungguh Allah telah memberikan kepada kalian yang lebih baik dari itu:
قَالَ: ﴿وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ﴾3 الْآيَةَ،
yakni firman-Nya: ‘Dan barangsiapa mengerjakan keburukan atau menzalimi dirinya…’3 (ayat),
وَالصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ، وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ».
dan lima salat (wajib), dan (salat) Jumat ke Jumat berikutnya,
adalah penghapus dosa di antara keduanya.”
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: ﴿أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ﴾ الْآيَةَ.
Maka Allah menurunkan ayat: “Apakah kalian hendak meminta sesuatu kepada Rasul kalian…” (hingga akhir ayat).
---
وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، وَابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ:
‘Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata:
«سَأَلَتْ قُرَيْشٌ مُحَمَّدًا ﷺ أَنْ يَجْعَلَ لَهُمُ الصَّفَا ذَهَبًا؛
“Quraisy meminta kepada Muhammad ﷺ agar beliau menjadikan (Bukit) Ṣafā sebagai emas,”
فَقَالَ: نَعَمْ، وَهُوَ لَكُمْ كَالْمَائِدَةِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِنْ كَفَرْتُمْ؛
maka beliau bersabda: “Baik, dan ia akan menjadi (mukjizat) bagi kalian seperti hidangan (mā’idah) bagi Bani Israil, jika kalian kafir (setelah itu).”
فَأَبَوْا وَرَجَعُوا؛
Maka mereka enggan dan kembali (tidak jadi memintanya).
فَأَنْزَلَ اللَّهُ: ﴿أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَىٰ مِنْ قَبْلُ﴾ أَنْ يُرِيَهُمُ اللَّهَ جَهْرَةً.
Maka Allah menurunkan ayat: “Apakah kalian hendak meminta sesuatu kepada Rasul kalian sebagaimana Musa dahulu diminta…” yakni agar Allah diperlihatkan kepada mereka secara terang-terangan.
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ: ﴿وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ﴾ قَالَ:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu al-‘Āliyah tentang firman-Nya: “Dan barangsiapa menukar iman dengan kekafiran…”, ia berkata:
«يَتَبَدَّلِ الشِّدَّةَ بِالرَّخَاءِ».
“Yakni: ia menukar keadaan yang berat (di dunia) dengan kelapangan (sementara),” (dan meninggalkan iman demi kesenangan sesaat).
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ السُّدِّيِّ فِي قَوْلِهِ: ﴿فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ﴾ قَالَ:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari as-Suddi tentang firman-Nya: “maka sungguh ia telah tersesat dari jalan yang lurus,” ia berkata:
«عَدَلَ عَنِ السَّبِيلِ».
“Yakni: ia telah berpaling dari jalan (yang benar).”
---
وَأَخْرَجَ أَبُو دَاوُدَ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي «الدَّلَائِلِ» عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ:
Abu Dāwud, Ibnu al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan al-Baihaqī dalam Dalā’il (an-Nubuwwah) meriwayatkan dari Ka‘b bin Mālik, ia berkata:
«كَانَ الْيَهُودُ وَالْمُشْرِكُونَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ يُؤْذُونَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ وَأَصْحَابَهُ أَشَدَّ الْأَذَى؛
“Orang-orang Yahudi dan musyrik dari penduduk Madinah dahulu menyakiti Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau dengan gangguan yang sangat berat;
فَأَمَرَ اللَّهُ بِالصَّبْرِ عَلَىٰ ذٰلِكَ، وَالْعَفْوِ عَنْهُمْ،
maka Allah memerintahkan (kami) untuk bersabar terhadap hal itu dan memaafkan mereka,
وَأَنْزَلَ اللَّهُ: ﴿وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ﴾».
dan Allah menurunkan (ayat): “Banyak dari kalangan Ahli Kitab yang sangat ingin…”
---
وَفِي «الصَّحِيحَيْنِ» وَغَيْرِهِمَا عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ:
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim serta selain keduanya dari Usamah bin Zaid, ia berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَأَصْحَابُهُ يَعْفُونَ عَنِ الْمُشْرِكِينَ وَأَهْلِ الْكِتَابِ كَمَا أَمَرَهُمُ اللَّهُ،
“Rasulullah ﷺ dan para sahabat beliau dahulu memaafkan orang-orang musyrik dan Ahli Kitab, sebagaimana Allah perintahkan kepada mereka,
وَيَصْبِرُونَ عَلَى الْأَذَى؛
dan mereka bersabar atas gangguan (yang mereka terima).
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىٰ: ﴿وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا﴾4
Allah Ta‘ālā berfirman: “Dan sungguh kalian akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kalian dan dari orang-orang musyrik, banyak gangguan yang menyakitkan.”4
وَقَالَ: ﴿وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ﴾5 الْآيَةَ،
dan Dia berfirman: “Banyak dari kalangan Ahli Kitab yang sangat ingin seandainya mereka dapat mengembalikan kalian…”5 (ayat).
وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَتَأَوَّلُ فِي الْعَفْوِ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ بِهِ، حَتَّىٰ أَذِنَ اللَّهُ فِيهِمْ بِقَتْلٍ،
Dan Rasulullah ﷺ dahulu menerapkan (mengamalkan) perintah Allah dalam hal memaafkan,
hingga Allah mengizinkan (beliau) untuk memerangi mereka,
فَقَتَلَ اللَّهُ بِهِ مَنْ قَتَلَ مِنْ صَنَادِيدِ قُرَيْشٍ».
maka Allah membunuh dengan (perantaraan) beliau siapa saja dari para pembesar Quraisy yang Dia kehendaki.”
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ فِي قَوْلِهِ: ﴿مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ﴾ قَالَ:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari ar-Rabī‘ bin Anas tentang firman-Nya: “min ‘indi anfusihim”, ia berkata:
«مِنْ قِبَلِ أَنْفُسِهِمْ؛ ﴿مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ﴾ يَقُولُ: أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ».
“(Yakni) dari pihak diri mereka sendiri,
‘setelah jelas bagi mereka kebenaran’ maksudnya: bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، وَابْنُ جَرِيرٍ، عَنْ قَتَادَةَ نَحْوَهُ.
Dan ‘Abd bin Humaid serta Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah yang semakna dengannya.
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَابْنُ مَرْدَوَيْهِ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي «الدَّلَائِلِ» عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Mardawaih, dan al-Baihaqī dalam Dalā’il an-Nubuwwah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang firman-Nya:
﴿فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا﴾ وَقَوْلِهِ: ﴿وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾ وَنَحْوِ هٰذَا فِي الْعَفْوِ عَنِ الْمُشْرِكِينَ قَالَ:
“Fā‘fū waṣfaḥū” (Maka maafkanlah dan berlapang dadalah) dan firman-Nya:
“Wa a‘riḍ ‘an al-musyrikīn” (Berpalinglah dari orang-orang musyrik) dan yang semisalnya dalam konteks memaafkan orang-orang musyrik, ia berkata:
«نُسِخَ ذٰلِكَ كُلُّهُ بِقَوْلِهِ: ﴿قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ﴾6 الْآيَةَ، وَقَوْلِهِ: ﴿فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ﴾7».
“Semua itu telah dinasakh dengan firman-Nya: ‘Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah…’6 (ayat), dan firman-Nya: ‘Maka bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kalian mendapati mereka…’”7
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ السُّدِّيِّ نَحْوَهُ.
Dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari as-Suddi yang semakna dengannya.
---
وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فِي قَوْلِهِ: ﴿وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ﴾ يَعْنِي:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa‘īd bin Jubair tentang firman-Nya: “Dan kebaikan apa saja yang kalian dahulukan untuk diri kalian…”, ia berkata:
«مِنَ الْأَعْمَالِ، مِنَ الْخَيْرِ فِي الدُّنْيَا».
“Yakni: dari amal-amal kebaikan di dunia.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ: ﴿تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ﴾ قَالَ:
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu al-‘Āliyah tentang firman-Nya: “niscaya kalian akan mendapatkannya di sisi Allah,” ia berkata:
«تَجِدُوا ثَوَابَهُ».
“Yakni: kalian akan mendapati pahalanya.”
---
1 QS. ash-Shaffāt [37]: 55.
2 Catatan: frasa “(dan Abu Yāsir bin Akhṭab)” tidak tercetak dalam sebagian edisi, dan disempurnakan dari kitab ad-Durr al-Manṡūr (1/260).
3 QS. an-Nisā’ [4]: 110.
4 QS. Āli ‘Imrān [3]: 186.
5 QS. al-Baqarah [2]: 109.
6 QS. at-Tawbah [9]: 29.
7 QS. at-Tawbah [9]: 5.