Al Baqarah Ayat 1
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. ---[سُورَةُ البَقَرَةِ (2): آيَةٌ 1]
[Surat Al-Baqarah (2): Ayat 1] ---
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. ---الٓمّٓ (1)
Alif Lām Mīm. (1) ---الٓمّٓ، قَالَ الْقُرْطُبِيُّ فِي تَفْسِيرِهِ: اخْتَلَفَ أَهْلُ التَّأْوِيلِ فِي الْحُرُوفِ الَّتِي فِي أَوَائِلِ السُّوَرِ،
Alif Lām Mīm. Al-Qurṭubī berkata dalam tafsirnya: Para ahli ta’wil berbeda pendapat tentang huruf-huruf yang terdapat di awal surat-surat. ---فَقَالَ الشَّعْبِيُّ وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ وَجَمَاعَةٌ مِنَ الْمُحَدِّثِينَ: هِيَ سِرُّ اللَّهِ فِي الْقُرْآنِ، وَلِلَّهِ فِي كُلِّ كِتَابٍ مِنْ كُتُبِهِ سِرٌّ،
Maka Asy-Sya‘bī, Sufyān ats-Tsawrī, dan sekelompok ahli hadis berkata: Huruf-huruf ini adalah rahasia Allah dalam Al-Qur’an, dan Allah memiliki suatu rahasia dalam setiap kitab dari kitab-kitab-Nya. ---فَهِيَ مِنَ الْمُتَشَابِهِ الَّذِي انْفَرَدَ اللَّهُ بِعِلْمِهِ، وَلَا نُحِبُّ أَنْ نَتَكَلَّمَ فِيهَا، وَلَكِنْ نُؤْمِنُ بِهَا، وَتُمَدُّ كَمَا جَاءَتْ.
Maka huruf-huruf itu termasuk ayat-ayat mutasyabih yang Allah mengkhususkan ilmu tentangnya bagi diri-Nya; kami tidak suka membicarakannya, tetapi kami beriman kepadanya, dan huruf-huruf itu dibaca panjang sebagaimana adanya. ---وَرُوِيَ هَذَا الْقَوْلُ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ وَعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ.
Pendapat ini juga diriwayatkan dari Abū Bakar ash-Ṣiddīq dan ‘Alī bin Abī Ṭālib. ---قَالَ: وَذَكَرَ أَبُو اللَّيْثِ السَّمَرْقَنْدِيُّ عَنْ عُمَرَ وَعُثْمَانَ وَابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُمْ قَالُوا:
Ia (Al-Qurṭubī) berkata: Abū al-Laits as-Samarqandī menyebutkan dari ‘Umar, ‘Utsmān dan Ibnu Mas‘ūd bahwa mereka berkata: ---الْحُرُوفُ الْمُقَطَّعَةُ مِنَ الْمَكْتُومِ الَّذِي لَا يُفَسَّرُ.
Huruf-huruf muqaṭṭa‘ah termasuk perkara yang ditutupi (dirahasiakan) yang tidak dijelaskan tafsirnya. ---وَقَالَ أَبُو حَاتِمٍ: لَمْ نَجِدِ الْحُرُوفَ فِي الْقُرْآنِ إِلَّا فِي أَوَائِلِ السُّوَرِ، وَلَا نَدْرِي مَا أَرَادَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ.
Abū Ḥātim berkata: Kami tidak mendapati huruf-huruf (muqaṭṭa‘ah) dalam Al-Qur’an kecuali di awal surat-surat, dan kami tidak mengetahui apa yang Allah ‘Azza wa Jalla kehendaki dengannya. ---قَالَ: وَقَالَ جَمْعٌ مِنَ الْعُلَمَاءِ كَثِيرٌ: بَلْ نُحِبُّ أَنْ نَتَكَلَّمَ فِيهَا، وَنَلْتَمِسَ الْفَوَائِدَ الَّتِي تَحْتَهَا، وَالْمَعَانِيَ الَّتِي تَتَخَرَّجُ عَلَيْهَا.
Ia berkata: Sekelompok besar ulama lain berkata: Bahkan kami senang membicarakannya, dan mencari faedah-faedah yang berada di baliknya, serta makna-makna yang dapat diturunkan darinya. ---وَاخْتَلَفُوا فِي ذَلِكَ عَلَى أَقْوَالٍ عَدِيدَةٍ،
Mereka lalu berbeda pendapat dalam hal itu ke dalam banyak pendapat. ---فَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَلِيٍّ أَيْضًا فِي الْحُرُوفِ الْمُقَطَّعَةِ فِي الْقُرْآنِ: اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ، إِلَّا أَنَّا لَا نَعْرِفُ تَأْلِيفَهُ مِنْهَا.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās dan ‘Alī juga tentang huruf-huruf muqaṭṭa‘ah dalam Al-Qur’an bahwa (huruf-huruf itu) adalah nama Allah yang paling agung, hanya saja kami tidak mengetahui susunannya dari huruf-huruf tersebut. ---وَقَالَ قُطْرُبٌ وَالْفَرَّاءُ وَغَيْرُهُمَا:
Qutrub, Al-Farrā’ dan selain keduanya berkata: ---هِيَ إِشَارَةٌ إِلَى حُرُوفِ الْهِجَاءِ، أَعْلَمَ اللَّهُ بِهَا الْعَرَبَ حِينَ تَحَدَّاهُمْ بِالْقُرْآنِ أَنَّهُ مُؤْتَلِفٌ مِنْ حُرُوفٍ هِيَ الَّتِي بِنَاءُ كَلَامِهِمْ عَلَيْهَا،
Huruf-huruf itu adalah isyarat kepada huruf-huruf hijaiyah. Melaluinya Allah memberitahukan kepada orang-orang Arab, ketika menantang mereka dengan Al-Qur’an, bahwa Al-Qur’an tersusun dari huruf-huruf yang menjadi bahan bangunan ucapan mereka. ---لِيَكُونَ عَجْزُهُمْ عَنْهُ أَبْلَغَ فِي الْحُجَّةِ عَلَيْهِمْ، إِذْ لَمْ يَخْرُجْ عَنْ كَلَامِهِمْ.
Agar ketidakmampuan mereka terhadap (mendatangkan yang semisal) Al-Qur’an itu lebih kuat sebagai hujjah atas mereka, karena Al-Qur’an tidak keluar dari jenis ucapan mereka. ---قَالَ قُطْرُبٌ: كَانُوا يَنْفِرُونَ عِنْدَ اسْتِمَاعِ الْقُرْآنِ، فَلَمَّا نَزَلَ الٓمٓ وَالٓمٓصٓ اسْتَنْكَرُوا هَذَا اللَّفْظَ،
Qutrub berkata: Mereka dahulu lari menjauh ketika mendengar Al-Qur’an. Tatkala turun (huruf-huruf) Alif Lām Mīm dan Alif Lām Mīm Ṣād, mereka mengingkari lafaz ini. ---فَلَمَّا أَنْصَتُوا لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ بِالْقُرْآنِ الْمُؤْتَلِفِ،
Ketika mereka kemudian diam menyimak beliau صلى الله عليه وسلم, beliau menghadap mereka dengan bacaan Al-Qur’an yang tersusun (dari huruf-huruf itu), ---لِيُثْبِتَهُ فِي أَسْمَاعِهِمْ وَآذَانِهِمْ وَيُقِيمَ الْحُجَّةَ عَلَيْهِمْ.
agar Al-Qur’an itu menetap di pendengaran dan telinga mereka dan menegakkan hujjah atas mereka. ---وَقَالَ قَوْمٌ: رُوِيَ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ لَمَّا أَعْرَضُوا عَنِ الْقُرْآنِ بِمَكَّةَ، وَقَالُوا: لَا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ «1»،
Sekelompok (ulama) berkata: Diriwayatkan bahwa ketika orang-orang musyrik berpaling dari Al-Qur’an di Mekah dan berkata, “Janganlah kalian mendengarkan Al-Qur’an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya” (1), ---فَأَنْزَلَهَا، اسْتَغْرَبُوهَا، فَيَفْتَحُونَ أَسْمَاعَهُمْ،
maka Allah menurunkan huruf-huruf (muqaṭṭa‘ah) ini; mereka pun merasa heran terhadapnya, sehingga mereka membuka telinga mereka (untuk mendengar), ---(1) فُصِّلَتْ: 26.
(1) QS. Fuṣṣilat: 26. ---فَتْحُ الْقَدِيرِ لِلشَّوْكَانِيِّ - جـ ١ (ص: ٣٥)
Fath al-Qadīr karya Asy-Syaukānī, jilid 1, hlm. 35. ---فَيَسْمَعُونَ بِالْقُرْآنِ بَعْدَهَا، فَتَجِبُ عَلَيْهِمُ الْحُجَّةُ.
lalu mereka mendengarkan Al-Qur’an setelahnya, maka hujjah menjadi tegak atas mereka. ---وَقَالَ جَمَاعَةٌ: هِيَ حُرُوفٌ دَالَّةٌ عَلَى أَسْمَاءٍ أُخِذَتْ مِنْهَا وَحُذِفَتْ بَقِيَّتُهَا،
Sekelompok (ulama) berkata: Huruf-huruf itu adalah huruf-huruf yang menunjukkan nama-nama yang diambil darinya, sedang sisanya dihapus. ---كَقَوْلِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَغَيْرِهِ: الْأَلِفُ مِنَ اللَّهِ، وَاللَّامُ مِنْ جِبْرِيلَ، وَالْمِيمُ مِنْ مُحَمَّدٍ.
Sebagaimana ucapan Ibnu ‘Abbās dan yang lainnya: Alif dari (kata) “Allah”, Lām dari (kata) “Jibrīl”, dan Mīm dari (kata) “Muḥammad”. ---وَذَهَبَ إِلَى هَذَا الزَّجَّاجُ فَقَالَ: أَذْهَبُ إِلَى أَنَّ كُلَّ حَرْفٍ مِنْهَا يُؤَدِّي عَنْ مَعْنًى.
Az-Zajjāj berpendapat seperti ini; ia berkata: Aku berpendapat bahwa setiap huruf dari huruf-huruf itu menyampaikan suatu makna. ---وَقَدْ تَكَلَّمَتِ الْعَرَبُ بِالْحُرُوفِ الْمُقَطَّعَةِ كَقَوْلِهِ:
Dan orang-orang Arab telah berbicara dengan menggunakan huruf-huruf yang terpotong (muqaṭṭa‘ah), seperti ucapannya: ---فَقُلْتُ لَهَا قِفِي، فَقَالَتْ: قَافِ
“Maka aku berkata kepadanya: ‘Berhentilah!’, lalu ia berkata: ‘Qāf’.” ---أَيْ: وَقَفْتُ.
Maksudnya: “Aku telah berhenti.” ---وَفِي الْحَدِيثِ: «مَنْ أَعَانَ عَلَى قَتْلِ مُسْلِمٍ بِشَطْرِ كَلِمَةٍ»،
Dan dalam hadis: “Barangsiapa membantu (terjadinya) pembunuhan seorang Muslim dengan separuh kata…” ---قَالَ شَقِيقٌ: هُوَ أَنْ يَقُولَ فِي «اقْتُلْ»: «اقْ»،
Syaqīq berkata: Itu adalah bahwa seseorang mengucapkan, pada kata “uq-tul” (bunuhlah): “uq” saja. ---كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كَفَى بِالسَّيْفِ شَا»،
Sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: “Cukuplah pedang itu ‘syā’…” ---أَيْ: شَافِيًا، وَفِي نُسْخَةٍ: «شَاهِدًا».
Maksudnya: “menyembuhkan (menyelesaikan perkara)”; dan dalam satu riwayat: “sebagai saksi”. ---وَقَالَ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ: هِيَ أَسْمَاءٌ لِلسُّوَرِ.
Zaid bin Aslam berkata: Huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi surat-surat. ---وَقَالَ الْكَلْبِيُّ: هِيَ أَقْسَامٌ أَقْسَمَ اللَّهُ بِهَا لِشَرَفِهَا وَفَضْلِهَا، وَهِيَ مِنْ أَسْمَائِهِ.
Al-Kalbī berkata: Huruf-huruf itu adalah sumpah-sumpah yang Allah bersumpah dengannya karena kemuliaan dan keutamaannya, dan itu termasuk nama-nama-Nya. ---وَمِنْ أَدَقِّ مَا أَبْرَزَهُ الْمُتَكَلِّمُونَ فِي مَعَانِي هَذِهِ الْحُرُوفِ مَا ذَكَرَهُ الزَّمَخْشَرِيُّ فِي «الْكَشَّافِ»،
Dan di antara hal paling halus yang dikemukakan para ahli kalam tentang makna huruf-huruf ini adalah apa yang disebutkan oleh Az-Zamakhsyarī dalam (kitab) Al-Kasysyāf, ---فَإِنَّهُ قَالَ: وَاعْلَمْ أَنَّكَ إِذَا تَأَمَّلْتَ مَا أَوْرَدَهُ اللَّهُ عَزَّ سُلْطَانُهُ فِي الْفَوَاتِحِ مِنْ هَذِهِ الْأَسْمَاءِ، وَجَدْتَهَا نِصْفَ أَسَامِي حُرُوفِ الْمُعْجَمِ أَرْبَعَةَ عَشَرَ سَوَاءً،
sebab ia berkata: Ketahuilah bahwa jika engkau merenungi apa yang Allah ‘Azza Sultanuhu sebutkan di awal surat-surat berupa nama-nama (huruf-huruf) ini, niscaya engkau dapati huruf-huruf itu merupakan separuh dari nama-nama huruf-huruf hijaiyah, yakni empat belas huruf, persis setengahnya. ---وَهِيَ: الْأَلِفُ، وَاللَّامُ، وَالْمِيمُ، وَالصَّادُ، وَالرَّاءُ، وَالْكَافُ، وَالْهَاءُ، وَالْيَاءُ، وَالْعَيْنُ، وَالطَّاءُ، وَالسِّينُ، وَالْحَاءُ، وَالْقَافُ، وَالنُّونُ،
Yaitu: alif, lām, mīm, ṣād, rā’, kāf, hā’, yā’, ‘ain, ṭā’, sīn, ḥā’, qāf, dan nūn, ---فِي تِسْعٍ وَعِشْرِينَ سُورَةً عَلَى عَدَدِ حُرُوفِ الْمُعْجَمِ،
yang tersebar pada dua puluh sembilan surat, sesuai dengan jumlah huruf-huruf hijaiyah. ---ثُمَّ إِذَا نَظَرْتَ فِي هَذِهِ الْأَرْبَعَةَ عَشَرَ، وَجَدْتَهَا مُشْتَمِلَةً عَلَى أَنْصَافِ أَجْنَاسِ الْحُرُوفِ.
Kemudian, apabila engkau memperhatikan empat belas huruf ini, engkau dapati bahwa ia mencakup setengah dari macam-macam jenis huruf. ---بَيَانُ ذَلِكَ: أَنَّ فِيهَا مِنَ الْمَهْمُوسَةِ نِصْفَهَا: الصَّادَ، وَالْكَافَ، وَالْهَاءَ، وَالسِّينَ، وَالْحَاءَ،
Penjelasannya: Di dalamnya terdapat setengah dari huruf-huruf mahmūsah (yang diucapkan dengan aliran napas), yaitu: ṣād, kāf, hā’, sīn, dan ḥā’. ---وَمِنَ الْمَجْهُورَةِ نِصْفَهَا: الْأَلِفَ، وَاللَّامَ، وَالْمِيمَ، وَالرَّاءَ، وَالْعَيْنَ، وَالطَّاءَ، وَالْقَافَ، وَالْيَاءَ، وَالنُّونَ،
Dan dari huruf-huruf majhūrah (yang kuat suara hurufnya) ada setengahnya: alif, lām, mīm, rā’, ‘ain, ṭā’, qāf, yā’, dan nūn. ---وَمِنَ الشَّدِيدَةِ نِصْفَهَا: الْأَلِفَ، وَالْكَافَ، وَالطَّاءَ، وَالْقَافَ،
Dan dari huruf-huruf syadīdah (konsonan letup) ada setengahnya: alif, kāf, ṭā’, dan qāf. ---وَمِنَ الرِّخْوَةِ نِصْفَهَا: اللَّامَ، وَالْمِيمَ، وَالرَّاءَ، وَالصَّادَ، وَالْهَاءَ، وَالْعَيْنَ، وَالسِّينَ، وَالْحَاءَ، وَالْيَاءَ، وَالنُّونَ،
Dan dari huruf-huruf rikhwah (lunak) ada setengahnya: lām, mīm, rā’, ṣād, hā’, ‘ain, sīn, ḥā’, yā’, dan nūn. ---وَمِنَ الْمُطْبَقَةِ نِصْفَهَا: الصَّادَ، وَالطَّاءَ،
Dan dari huruf-huruf muṭbaqah (bertekanan, tebal) ada setengahnya: ṣād dan ṭā’. ---وَمِنَ الْمُنْفَتِحَةِ نِصْفَهَا: الْأَلِفَ، وَاللَّامَ، وَالْمِيمَ، وَالرَّاءَ، وَالْكَافَ، وَالْهَاءَ، وَالْعَيْنَ، وَالسِّينَ، وَالْحَاءَ، وَالْقَافَ، وَالْيَاءَ، وَالنُّونَ،
Dan dari huruf-huruf munfatiḥah (tipis/terbuka) ada setengahnya: alif, lām, mīm, rā’, kāf, hā’, ‘ain, sīn, ḥā’, qāf, yā’, dan nūn. ---وَمِنَ الْمُسْتَعْلِيَةِ نِصْفَهَا: الْقَافَ، وَالصَّادَ، وَالطَّاءَ،
Dan dari huruf-huruf musta‘liyah (berposisi tinggi di langit-langit) ada setengahnya: qāf, ṣād, dan ṭā’. ---وَمِنَ الْمُنْخَفِضَةِ نِصْفَهَا: الْأَلِفَ، وَاللَّامَ، وَالْمِيمَ، وَالرَّاءَ، وَالْكَافَ، وَالْهَاءَ، وَالتَّاءَ، وَالْعَيْنَ، وَالسِّينَ، وَالْحَاءَ، وَالنُّونَ،
Dan dari huruf-huruf munkhafiḍhah (rendah) ada setengahnya: alif, lām, mīm, rā’, kāf, hā’, tā’, ‘ain, sīn, ḥā’, dan nūn. ---وَمِنْ حُرُوفِ الْقَلْقَلَةِ نِصْفَهَا: الْقَافُ، وَالطَّاءُ.
Dan dari huruf-huruf qalqalah ada setengahnya: qāf dan ṭā’. ---ثُمَّ إِذَا اسْتَقْرَيْتَ الْكَلِمَ وَتَرَاكِيبَهَا رَأَيْتَ الْحُرُوفَ الَّتِي أَلْغَى اللَّهُ ذِكْرَهَا مِنْ هَذِهِ الْأَجْنَاسِ الْمَعْدُودَةِ مَكْنُوزَةً بِالْمَذْكُورَةِ مِنْهَا،
Kemudian, apabila engkau meneliti kata-kata dan susunannya, engkau akan melihat huruf-huruf yang tidak Allah sebutkan dari jenis-jenis huruf yang telah dihitung itu tersimpan di dalam huruf-huruf yang disebutkan. ---فَسُبْحَانَ الَّذِي دَقَّتْ فِي كُلِّ شَيْءٍ حِكْمَتُهُ،
Maha suci Dzat yang hikmah-Nya begitu halus pada setiap sesuatu. ---وَقَدْ عَلِمْتَ أَنَّ مُعْظَمَ الشَّيْءِ وَجُلَّهُ يَنْزِلُ مَنْزِلَةَ كُلِّهِ،
Dan engkau telah mengetahui bahwa kebanyakan dan mayoritas sesuatu itu menempati posisi seperti keseluruhannya. ---وَهُوَ الْمُطَابِقُ لِلَطَائِفِ التَّنْزِيلِ وَاخْتِصَارَاتِهِ،
Dan hal ini sejalan dengan kelembutan-kelembutan Al-Qur’an dan ringkasannya. ---فَكَأَنَّ اللَّهَ عَزَّ اسْمُهُ عَدَّدَ عَلَى الْعَرَبِ الْأَلْفَاظَ الَّتِي مِنْهَا تَرَاكِيبُ كَلَامِهِمْ،
Seakan-akan Allah, Maha Mulia nama-Nya, telah menghitung di hadapan orang-orang Arab lafaz-lafaz yang menjadi bahan susunan ucapan mereka, ---إِشَارَةً إِلَى مَا ذَكَرْتُ مِنَ التَّبْكِيتِ لَهُمْ وَإِلْزَامِ الْحُجَّةِ إِيَّاهُمْ،
sebagai isyarat kepada apa yang telah aku sebutkan berupa membuat mereka tercela dan menegakkan hujjah atas mereka, ---وَمَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ تَعَمَّدَ بِالذِّكْرِ مِنْ حُرُوفِ الْمُعْجَمِ أَكْثَرَهَا وُقُوعًا فِي تَرَاكِيبِ الْكَلِمِ،
Dan yang menunjukkan bahwa Allah sengaja menyebut huruf-huruf hijaiyah yang paling sering muncul dalam susunan kata, ---أَنَّ الْأَلِفَ وَاللَّامَ لَمَّا تَكَاثَرَ وُقُوعُهُمَا فِيهَا، جَاءَتَا فِي مُعْظَمِ هَذِهِ الْفَوَاتِحِ مُكَرَّرَتَيْنِ،
adalah bahwa alif dan lām, ketika amat sering muncul dalam kata-kata, keduanya datang berulang pada kebanyakan pembukaan surat-surat ini, ---وَهِيَ فَوَاتِحُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ، وَآلِ عِمْرَانَ، وَالرُّومِ، وَالْعَنْكَبُوتِ، وَلُقْمَانَ، وَالسَّجْدَةِ، وَالْأَعْرَافِ، وَالرَّعْدِ، وَيُونُسَ، وَإِبْرَاهِيمَ، وَهُودٍ، وَيُوسُفَ، وَالْحِجْرِ. انْتَهَى.
yaitu pada pembukaan surat Al-Baqarah, Āli ‘Imrān, Ar-Rūm, Al-‘Ankabūt, Luqmān, As-Sajdah, Al-A‘rāf, Ar-Ra‘d, Yūnus, Ibrāhīm, Hūd, Yūsuf, dan Al-Ḥijr.” Selesai (ucapan Az-Zamakhsyarī). ---وَأَقُولُ: هَذَا التَّدْقِيقُ لَا يَأْتِي بِفَائِدَةٍ يُعْتَدُّ بِهَا،
Dan aku (Asy-Syaukānī) berkata: Pendetailan seperti ini tidak melahirkan suatu faedah yang layak diperhitungkan. ---وَبَيَانُهُ: أَنَّهُ إِذَا كَانَ الْمُرَادُ مِنْهُ إِلْزَامَ الْحُجَّةِ وَالتَّبْكِيتَ كَمَا قَالَ،
Penjelasannya: Jika yang dimaksud dari (penjelasan) itu adalah untuk mewajibkan tegaknya hujjah dan membuat orang-orang Arab tercela, sebagaimana yang ia katakan, ---فَهَذَا مُتَيَسِّرٌ بِأَنْ يُقَالَ لَهُمْ: هَذَا الْقُرْآنُ هُوَ مِنَ الْحُرُوفِ الَّتِي تَتَكَلَّمُونَ بِهَا، لَيْسَ هُوَ مِنْ حُرُوفٍ مُغَايِرَةٍ لَهَا،
maka hal itu sudah cukup dengan dikatakan kepada mereka: “Al-Qur’an ini tersusun dari huruf-huruf yang kalian gunakan untuk berbicara; ia bukan berasal dari huruf-huruf yang berbeda dari huruf-huruf kalian.” ---فَيَكُونُ هَذَا تَبْكِيتًا وَإِلْزَامًا يَفْهَمُهُ كُلُّ سَامِعٍ مِنْهُمْ، مِنْ دُونِ إِلْغَازٍ وَتَعْمِيَةٍ وَتَفْرِيقٍ لِهَذِهِ الْحُرُوفِ فِي فَوَاتِحِ تِسْعٍ وَعِشْرِينَ سُورَةً،
Maka ini sudah menjadi celaan dan hujjah yang mengikat, yang dapat dipahami oleh setiap pendengar dari mereka, tanpa perlu teka-teki, pengaburan, dan penyebaran huruf-huruf ini di pembukaan dua puluh sembilan surat. ---فَإِنَّ هَذَا، مَعَ مَا فِيهِ مِنَ التَّطْوِيلِ الَّذِي لَا يَسْتَوْفِيهِ سَامِعُهُ إِلَّا بِسَمَاعِ جَمِيعِ هَذِهِ الْفَوَاتِحِ،
Sebab cara (Az-Zamakhsyarī) itu, di samping mengandung pemanjangan penjelasan yang tidak akan dikuasai oleh pendengar kecuali dengan mendengar seluruh pembukaan surat-surat itu, ---هُوَ أَيْضًا مِمَّا لَا يَفْهَمُهُ أَحَدٌ مِنَ السَّامِعِينَ وَلَا يَتَعَقَّلُ شَيْئًا مِنْهُ،
juga merupakan sesuatu yang tidak dipahami oleh seorang pun dari para pendengar dan mereka tidak dapat menangkap sesuatu pun darinya, ---فَضْلًا عَنْ أَنْ يَكُونَ تَبْكِيتًا لَهُ وَإِلْزَامًا لِلْحُجَّةِ أَيًّا كَانَ،
apalagi sampai bisa menjadi celaan baginya dan penegakan hujjah atasnya dalam bentuk apa pun. ---فَإِنَّ ذَلِكَ هُوَ أَمْرٌ وَرَاءَ الْفَهْمِ، مُتَرَتِّبٌ عَلَيْهِ، وَلَمْ يَفْهَمِ السَّامِعُ هَذَا،
Karena hal itu adalah perkara yang berada di balik pemahaman, yang konsekuennya bergantung pada pemahaman, sedangkan pendengar sama sekali tidak memahaminya. ---وَلَا ذَكَرَ أَهْلُ الْعِلْمِ عَنْ فَرْدٍ مِنْ أَفْرَادِ الْجَاهِلِيَّةِ الَّذِينَ وَقَعَ التَّحَدِّي لَهُمْ بِالْقُرْآنِ أَنَّهُ بَلَغَ فَهْمُهُ إِلَى بَعْضِ هَذَا، فَضْلًا عَنْ كُلِّهِ.
Dan tidak pula ahli ilmu menyebutkan tentang seorang pun dari individu jahiliah yang kepada mereka Al-Qur’an ditantangkan, bahwa pemahamannya sampai kepada sebagian dari (rincian) seperti ini, apalagi seluruhnya. ---ثُمَّ كَوْنُ هَذِهِ الْحُرُوفِ مُشْتَمِلَةً عَلَى النِّصْفِ مِنْ جَمِيعِ الْحُرُوفِ الَّتِي تَرَكَّبَتْ لُغَةُ الْعَرَبِ مِنْهَا،
Kemudian, fakta bahwa huruf-huruf ini mencakup separuh dari seluruh huruf yang darinya bahasa Arab tersusun, ---وَذَلِكَ النِّصْفُ مُشْتَمِلٌ عَلَى أَنْصَافِ تِلْكَ الْأَنْوَاعِ مِنَ الْحُرُوفِ الْمُتَّصِفَةِ بِتِلْكَ الْأَوْصَافِ،
dan bahwa separuh itu mencakup separuh dari jenis-jenis huruf yang memiliki sifat-sifat tersebut, ---هُوَ أَمْرٌ لَا يَتَعَلَّقُ بِهِ فَائِدَةٌ لِجَاهِلِيٍّ وَلَا إِسْلَامِيٍّ، وَلَا مُقِرٍّ وَلَا مُنْكِرٍ، وَلَا مُسَلِّمٍ وَلَا مُعَارِضٍ،
adalah perkara yang tidak terkait dengan faedah apa pun, baik bagi orang jahiliah maupun Islam, bagi yang mengakui maupun mengingkari, bagi yang menerima maupun yang menentang. ---وَلَا يَصِحُّ أَنْ يَكُونَ مَقْصِدًا مِنْ مَقَاصِدِ الرَّبِّ سُبْحَانَهُ، الَّذِي أَنْزَلَ كِتَابَهُ لِلْإِرْشَادِ إِلَى شَرَائِعِهِ وَالْهِدَايَةِ بِهِ.
Dan tidaklah pantas hal semacam ini dijadikan sebagai salah satu tujuan dari tujuan-tujuan Rabb Yang Maha Suci, yang menurunkan kitab-Nya untuk memberi petunjuk kepada syariat-syariat-Nya dan memberikan bimbingan dengannya. ---وَهَبْ أَنَّ هَذِهِ صِنَاعَةٌ عَجِيبَةٌ وَنُكْتَةٌ غَرِيبَةٌ،
Andaikata pun hal itu dianggap sebagai suatu rekayasa yang menakjubkan dan isyarat yang ganjil, ---فَلَيْسَ ذَلِكَ مِمَّا يَتَّصِفُ بِفَصَاحَةٍ وَلَا بَلَاغَةٍ حَتَّى يَكُونَ مُفِيدًا أَنَّهُ كَلَامٌ بَلِيغٌ أَوْ فَصِيحٌ،
maka hal itu bukan termasuk sesuatu yang dapat disifati dengan kefasihan dan kebalighan hingga bermanfaat untuk menunjukkan bahwa ia adalah ucapan yang baligh atau fasih. ---وَذَلِكَ لِأَنَّ هَذِهِ الْحُرُوفَ الْوَاقِعَةَ فِي الْفَوَاتِحِ لَيْسَتْ مِنْ جِنْسِ كَلَامِ الْعَرَبِ حَتَّى يَتَّصِفَ بِهَذَيْنِ الْوَصْفَيْنِ،
Itu karena huruf-huruf yang terletak di pembukaan surat-surat ini bukan dari jenis ucapan orang-orang Arab (dalam bentuk kalimat lengkap) sehingga bisa disifati dengan dua sifat tersebut. ---وَغَايَةُ مَا هُنَاكَ أَنَّهَا مِنْ جِنْسِ حُرُوفِ كَلَامِهِمْ، وَلَا مَدْخَلَ لِذَلِكَ فِيمَا ذُكِرَ.
Paling jauh yang bisa dikatakan hanyalah bahwa huruf-huruf itu berasal dari jenis huruf-huruf ucapan mereka, dan hal itu tidak ada relevansinya dengan apa yang tadi disebutkan. ---وَأَيْضًا لَوْ فُرِضَ أَنَّهَا كَلِمَاتٌ مُتَرَكِّبَةٌ بِتَقْدِيرِ شَيْءٍ قَبْلَهَا أَوْ بَعْدَهَا، لَمْ يَصِحَّ وَصْفُهَا بِذَلِكَ،
Dan juga, andaikata huruf-huruf itu dianggap sebagai kata-kata yang tersusun dengan mengandaikan adanya sesuatu sebelum atau sesudahnya, tetap saja tidak sah disifati demikian, ---لِأَنَّهَا تَعْمِيَةٌ غَيْرُ مَفْهُومَةٍ لِلسَّامِعِ، إِلَّا بِأَنْ يَأْتِيَ مَنْ يُرِيدُ بَيَانَهَا بِمِثْلِ مَا يَأْتِي بِهِ مَنْ أَرَادَ بَيَانَ الْأَلْغَازِ وَالتَّعْمِيَةِ،
karena huruf-huruf itu adalah sesuatu yang samar, tidak dipahami oleh pendengar, kecuali jika ada orang yang ingin menjelaskannya dengan cara sebagaimana orang menjelaskan teka-teki dan hal-hal yang disamarkan, ---وَلَيْسَ ذَلِكَ مِنَ الْفَصَاحَةِ وَالْبَلَاغَةِ فِي وِرْدٍ وَلَا صَدْرٍ، بَلْ مِنْ عَكْسِهِمَا وَضِدِّ رَسْمِهِمَا،
dan hal itu sama sekali bukan termasuk kefasihan dan kebalighan, bahkan justru kebalikannya dan bertentangan dengan kaidah keduanya. ---وَإِذَا عَرَفْتَ هَذَا، فَاعْلَمْ أَنَّ مَنْ تَكَلَّمَ فِي بَيَانِ مَعَانِي هَذِهِ الْحُرُوفِ جَازِمًا بِأَنَّ ذَلِكَ هُوَ مَا أَرَادَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ،
Dan apabila engkau telah mengetahui hal ini, ketahuilah bahwa siapa saja yang berbicara dalam menjelaskan makna huruf-huruf ini dengan memastikan bahwa itulah yang Allah ‘Azza wa Jalla maksudkan, ---فَقَدْ غَلِطَ أَقْبَحَ الْغَلَطِ، وَرَكِبَ فِي فَهْمِهِ وَدَعْوَاهُ أَعْظَمَ الشَّطَطِ،
maka sungguh ia telah keliru dengan sejelek-jelek kekeliruan dan telah terjerumus dalam pemahaman dan klaim yang paling melampaui batas. ---فَإِنَّهُ إِنْ كَانَ تَفْسِيرُهُ لَهَا بِمَا فَسَّرَهَا بِهِ رَاجِعًا إِلَى لُغَةِ الْعَرَبِ وَعُلُومِهَا فَهُوَ كَذِبٌ بَحْتٌ،
Karena jika tafsirnya terhadap huruf-huruf itu, sebagaimana ia tafsirkan, dikembalikan kepada bahasa Arab dan ilmu-ilmunya, maka itu adalah kebohongan murni. ---فَإِنَّ الْعَرَبَ لَمْ يَتَكَلَّمُوا بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ، وَإِذَا سَمِعَهُ السَّامِعُ مِنْهُمْ كَانَ مَعْدُودًا عِنْدَهُ مِنَ الرَّطَانَةِ،
Sebab orang-orang Arab tidak pernah berbicara dengan sesuatu pun dari model seperti itu, dan bila seorang pendengar dari mereka mendengarnya, niscaya ia menganggapnya sebagai ucapan asing (tidak fasih). ---وَلَا يُنَافِي ذَلِكَ أَنَّهُمْ قَدْ يَقْتَصِرُونَ عَلَى حَرْفٍ أَوْ حُرُوفٍ مِنَ الْكَلِمَةِ الَّتِي يُرِيدُونَ النُّطْقَ بِهَا،
Hal ini tidak bertentangan dengan kenyataan bahwa terkadang mereka mencukupkan diri dengan satu huruf atau beberapa huruf dari suatu kata yang hendak mereka ucapkan, ---فَإِنَّهُمْ لَمْ يَفْعَلُوا ذَلِكَ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَقَدَّمَهُ مَا يَدُلُّ عَلَيْهِ وَيُفِيدُ مَعْنَاهُ، بِحَيْثُ لَا يَلْتَبِسُ عَلَى سَامِعِهِ،
sebab mereka tidak melakukan itu kecuali setelah didahului oleh sesuatu yang menunjukkan maksudnya dan menjelaskan maknanya sehingga tidak rancu bagi pendengar, ---كَمِثْلِ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ.
sebagaimana contoh yang telah disebutkan sebelumnya. ---وَمِنْ هَذَا الْقَبِيلِ مَا يَقَعُ مِنْهُمْ مِنَ التَّرْخِيمِ،
Dan dari jenis ini pula adalah apa yang terjadi di kalangan mereka berupa tarḫīm (pemendekan lafaz nama). ---وَأَيْنَ هَذِهِ الْفَوَاتِحُ الْوَاقِعَةُ فِي أَوَائِلِ السُّوَرِ مِنْ هَذَا؟
Lalu di manakah posisi pembukaan-pembukaan surat ini dibandingkan dengan hal yang tadi (yakni kebiasaan bahasa Arab semacam itu)? ---وَإِذَا تَقَرَّرَ لَكَ أَنَّهُ لَا يُمْكِنُ اسْتِفَادَةُ مَا ادَّعَوْهُ مِنْ لُغَةِ الْعَرَبِ وَعُلُومِهَا،
Dan apabila telah jelas bagimu bahwa tidak mungkin mengambil (makna-makna) yang mereka klaim itu dari bahasa Arab dan ilmu-ilmunya, ---لَمْ يَبْقَ حِينَئِذٍ إِلَّا أَحَدُ أَمْرَيْنِ:
maka tidak tersisa kecuali salah satu dari dua kemungkinan: ---الْأَوَّلُ: التَّفْسِيرُ بِمَحْضِ الرَّأْيِ الَّذِي وَرَدَ النَّهْيُ عَنْهُ وَالْوَعِيدُ عَلَيْهِ،
Pertama: Menafsirkan berdasarkan murni pendapat pribadi yang telah datang larangan dan ancaman terhadapnya. ---وَأَهْلُ الْعِلْمِ أَحَقُّ النَّاسِ بِتَجَنُّبِهِ وَالصَّدِّ عَنْهُ وَالتَّنَكُّبِ عَنْ طَرِيقِهِ،
Dan para ahli ilmu adalah orang yang paling berhak untuk menjauhi hal itu, memalingkan diri darinya, dan menghindari jalannya. ---وَهُمْ أَتْقَى لِلَّهِ سُبْحَانَهُ مِنْ أَنْ يَجْعَلُوا كِتَابَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ مِلْعَبَةً لَهُمْ، يَتَلَاعَبُونَ بِهِ وَيَضَعُونَ حَمَاقَاتِ أَنْظَارِهِمْ وَخُزَعْبَلَاتِ أَفْكَارِهِمْ عَلَيْهِ.
Mereka lebih bertakwa kepada Allah yang Maha Suci daripada menjadikan Kitab Allah sebagai ajang permainan bagi mereka, yang mereka permainkan dengan meletakkan kebodohan pandangan dan khayalan rusak pikiran mereka atasnya. ---الثَّانِي: التَّفْسِيرُ بِتَوْقِيفٍ عَنْ صَاحِبِ الشَّرْعِ،
Kedua: Menafsirkan berdasarkan tauqīf (penetapan) dari pemilik syariat (yaitu Rasulullah صلى الله عليه وسلم). ---وَهَذَا هُوَ الْمَهْيَعُ الْوَاضِحُ، وَالسَّبِيلُ الْقَوِيمُ، بَلِ الْجَادَّةُ الَّتِي مَا سِوَاهَا مَرْدُومٌ،
Inilah jalan yang lapang lagi jelas, jalan yang lurus, bahkan jalan utama yang selainnya tertutup. ---وَالطَّرِيقَةُ الْعَامِرَةُ الَّتِي مَا عَدَاهَا مَعْدُومٌ،
Inilah metode yang terpelihara (penuh manfaat), sedangkan selainnya itu tiada (tidak dianggap). ---فَمَنْ وَجَدَ شَيْئًا مِنْ هَذَا فَغَيْرُ مَلُومٍ أَنْ يَقُولَ بِمِلْءِ فِيهِ، وَيَتَكَلَّمَ بِمَا وَصَلَ إِلَيْهِ عِلْمُهُ،
Maka siapa yang mendapatkan sesuatu dari (penjelasan tauqīfī) ini, ia tidak tercela bila mengucapkannya dengan penuh keyakinan dan berbicara sesuai ilmu yang sampai kepadanya. ---وَمَنْ لَمْ يَبْلُغْهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ، فَلْيَقُلْ: لَا أَدْرِي، أَوِ: اللَّهُ أَعْلَمُ بِمُرَادِهِ.
Dan siapa yang tidak sampai kepadanya sesuatu pun dari penjelasan seperti itu, hendaknya ia berkata: “Aku tidak tahu,” atau “Allah lebih mengetahui apa yang Dia maksudkan.” ---فَقَدْ ثَبَتَ النَّهْيُ عَنْ طَلَبِ فَهْمِ الْمُتَشَابِهِ، وَمُحَاوَلَةِ الْوُقُوفِ عَلَى عِلْمِهِ مَعَ كَوْنِهِ أَلْفَاظًا عَرَبِيَّةً وَتَرَاكِيبَ مَفْهُومَةً،
Sungguh telah tetap larangan untuk mencari pemahaman terhadap ayat-ayat mutasyabih dan berupaya mengetahui ilmunya, padahal ia berupa lafaz-lafaz Arab dan susunan kalimat yang dapat dipahami, ---وَقَدْ جَعَلَ اللَّهُ تَتَبُّعَ ذَلِكَ صَنِيعَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ،
dan Allah menjadikan sikap mengikuti-ikuti hal itu sebagai perbuatan orang-orang yang di dalam hati mereka terdapat penyimpangan. ---فَكَيْفَ بِمَا نَحْنُ بِصَدَدِهِ؟
Maka bagaimana lagi dengan perkara yang tengah kita hadapi ini (yakni huruf-huruf muqaṭṭa‘ah)? ---فَإِنَّهُ يَنْبَغِي أَنْ يُقَالَ فِيهِ: إِنَّهُ مُتَشَابِهُ الْمُتَشَابِهِ، عَلَى فَرْضِ أَنَّ لِلْفَهْمِ إِلَيْهِ سَبِيلًا، وَلِكَلَامِ الْعَرَبِ فِيهِ مَدْخَلًا،
Karena seharusnya dikatakan tentang huruf-huruf ini bahwa ia adalah mutasyabih-nya mutasyabih, andaikata saja ada jalan kepada pemahaman terhadapnya dan ada ruang bagi bahasa Arab di dalamnya. ---فَكَيْفَ وَهُوَ خَارِجٌ عَنْ ذَلِكَ عَلَى كُلِّ تَقْدِيرٍ؟
Maka bagaimana lagi sementara ia keluar dari seluruh itu dalam kondisi apa pun? ---وَانْظُرْ كَيْفَ فَهِمَ الْيَهُودُ عِنْدَ سَمَاعِ الٓمٓ،
Perhatikan bagaimana pemahaman orang-orang Yahudi ketika mendengar (huruf-huruf) Alif Lām Mīm. ---فَإِنَّهُمْ لَمَّا لَمْ يَجِدُوهَا عَلَى نَمَطِ لُغَةِ الْعَرَبِ، فَهِمُوا أَنَّ الْحُرُوفَ الْمَذْكُورَةَ رَمْزٌ إِلَى مَا يَصْطَلِحُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْعَدَدِ الَّذِي يَجْعَلُونَهُ لَهَا،
Tatkala mereka tidak mendapati huruf-huruf itu sesuai pola bahasa Arab, mereka memahami bahwa huruf-huruf tersebut merupakan simbol terhadap bilangan yang mereka sepakati untuk setiap huruf. ---كَمَا أَخْرَجَ ابْنُ إِسْحَاقَ، وَالْبُخَارِيُّ فِي تَارِيخِهِ، وَابْنُ جَرِيرٍ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ،
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Isḥāq, dan Al-Bukhārī dalam kitab Tārīkh-nya, serta Ibnu Jarīr dengan sanad yang lemah, dari Ibnu ‘Abbās, dari Jābir bin ‘Abdillāh, ---قَالَ: «مَرَّ أَبُو يَاسِرِ بْنُ أَخْطَبَ فِي رِجَالٍ مِنْ يَهُودَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ يَتْلُو فَاتِحَةَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ: الٓمٓ، ذَلِكَ الْكِتَابُ، لَا رَيْبَ فِيهِ»،
ia berkata: “Abū Yāsir bin Akhṭab bersama beberapa orang lelaki dari kalangan Yahudi melewati Rasulullah صلى الله عليه وسلم sementara beliau membaca awal surat Al-Baqarah: Alif Lām Mīm. Ẓālika al-kitābu lā rayba fīh…, ---فَأَتَى أَخَاهُ حُيَيَّ بْنَ أَخْطَبَ فِي رِجَالٍ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ: تَعْلَمُونَ، وَاللَّهِ، لَقَدْ سَمِعْتُ مُحَمَّدًا يَتْلُو فِيمَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ: الٓمٓ، ذَلِكَ الْكِتَابُ…
lalu ia mendatangi saudaranya, Ḥuyayy bin Akhṭab, bersama beberapa orang dari Yahudi, dan berkata: ‘Demi Allah, kalian tahu, sungguh aku telah mendengar Muhammad membaca dari apa yang diturunkan kepadanya: Alif Lām Mīm. Ẓālika al-kitāb…’ ---فَقَالَ: أَنْتَ سَمِعْتَهُ؟ فَقَالَ: نَعَمْ.
Ḥuyayy bertanya: ‘Engkau sendiri yang mendengarnya?’ Abū Yāsir menjawab: ‘Ya.’ ---فَمَشَى حُيَيٌّ فِي أُولَئِكَ النَّفَرِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالُوا:
Maka Ḥuyayy berjalan bersama rombongan itu menuju Rasulullah صلى الله عليه وسلم, lalu mereka berkata: ---يَا مُحَمَّدُ، أَلَمْ تَذْكُرْ أَنَّكَ تَتْلُو فِيمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ: الٓمٓ، ذَلِكَ الْكِتَابُ؟
“Wahai Muhammad, bukankah engkau telah menyebutkan bahwa engkau membaca dari apa yang diturunkan kepadamu: Alif Lām Mīm. Ẓālika al-kitāb?” ---قَالَ: «بَلَى».
Beliau menjawab: “Benar.” ---قَالُوا: أَجَاءَكَ بِهَذَا جِبْرِيلُ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ؟
Mereka berkata: “Apakah Jibrīl mendatangimu dengan (membawa) ini dari sisi Allah?” ---قَالَ: «نَعَمْ».
Beliau menjawab: “Ya.” ---قَالُوا: لَقَدْ بَعَثَ اللَّهُ قَبْلَكَ الْأَنْبِيَاءَ، مَا نَعْلَمُهُ بَيَّنَ لِنَبِيٍّ مِنْهُمْ مَا مُدَّةُ مُلْكِهِ، وَمَا أَجَلُ أُمَّتِهِ غَيْرَكَ.
Mereka berkata: “Sungguh Allah telah mengutus nabi-nabi sebelum engkau; kami tidak mengetahui bahwa Dia pernah menjelaskan kepada seorang nabi pun di antara mereka berapa lama masa kekuasaannya dan batas ajal umatnya, kecuali engkau.” ---فَقَالَ حُيَيُّ بْنُ أَخْطَبَ، وَأَقْبَلَ عَلَى مَنْ كَانَ مَعَهُ: الْأَلِفُ وَاحِدٌ، وَاللَّامُ ثَلَاثُونَ، وَالْمِيمُ أَرْبَعُونَ، فَهَذِهِ إِحْدَى وَسَبْعُونَ سَنَةً،
Maka Ḥuyayy bin Akhṭab berkata, sambil menghadap orang-orang yang bersamanya: “Alif = 1, Lām = 30, Mīm = 40. Maka jumlahnya adalah 71 tahun. ---أَفَتَدْخُلُونَ فِي دِينِ نَبِيٍّ إِنَّمَا مُدَّةُ مُلْكِهِ، وَأَجَلُ أُمَّتِهِ إِحْدَى وَسَبْعُونَ سَنَةً؟»
Akankah kalian masuk ke dalam agama seorang nabi yang masa kekuasaannya dan batas ajal umatnya hanya 71 tahun?” ---ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ مَعَ هَذَا غَيْرُهُ؟
Kemudian ia menghadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan berkata: “Wahai Muhammad, adakah selain ini (huruf) yang turun bersamamu?” ---قَالَ: «نَعَمْ».
Beliau menjawab: “Ya.” ---قَالَ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: «الٓمٓصٓ».
Ia bertanya: “Apakah itu?” Beliau menjawab: “Alif Lām Mīm Ṣād.” ---قَالَ: هَذِهِ أَثْقَلُ وَأَطْوَلُ، الْأَلِفُ وَاحِدَةٌ، وَاللَّامُ ثَلَاثُونَ، وَالْمِيمُ أَرْبَعُونَ، وَالصَّادُ تِسْعُونَ،
Ḥuyayy berkata: “Yang ini lebih berat lagi dan lebih panjang: alif = 1, lām = 30, mīm = 40, ṣād = 90, ---فَهَذِهِ إِحْدَى وَسِتُّونَ وَمِائَةُ سَنَةٍ.
maka jumlahnya 161 tahun.” ---هَلْ مَعَ هَذَا، يَا مُحَمَّدُ، غَيْرُهُ؟
“Apakah bersama ini, wahai Muhammad, ada yang lainnya lagi?” ---قَالَ: «نَعَمْ».
Beliau menjawab: “Ya.” ---قَالَ: وَمَا ذَاكَ؟ قَالَ: «الٓر».
Ia bertanya: “Apakah itu?” Beliau menjawab: “Alif Lām Rā’.” ---قَالَ: هَذِهِ أَثْقَلُ وَأَطْوَلُ، الْأَلِفُ وَاحِدَةٌ، وَاللَّامُ ثَلَاثُونَ، وَالرَّاءُ مِائَتَانِ،
Ḥuyayy berkata: “Yang ini lebih berat dan lebih panjang lagi: alif = 1, lām = 30, rā’ = 200, ---هَذِهِ إِحْدَى وَثَلَاثُونَ وَمِائَتَانِ سَنَةً.
maka jumlahnya 231 tahun.” ---فَهَلْ مَعَ هَذَا غَيْرُهُ؟
“Apakah bersama ini ada (huruf) lain lagi?” ---قَالَ: «نَعَمْ، الٓمٓر».
Beliau menjawab: “Ya, Alif Lām Mīm Rā’.” ---قَالَ: فَهَذِهِ أَثْقَلُ وَأَطْوَلُ، الْأَلِفُ وَاحِدَةٌ، وَاللَّامُ ثَلَاثُونَ، وَالْمِيمُ أَرْبَعُونَ، وَالرَّاءُ مِائَتَانِ،
Ia berkata: “Yang ini lebih berat dan lebih panjang lagi: alif = 1, lām = 30, mīm = 40, rā’ = 200, ---فَهَذِهِ إِحْدَى وَسَبْعُونَ وَمِائَتَانِ سَنَةً.
maka jumlahnya 271 tahun.” ---ثُمَّ قَالَ: فَقَدْ لُبِّسَ عَلَيْنَا أَمْرُكَ يَا مُحَمَّدُ، حَتَّى مَا نَدْرِي قَلِيلًا أُعْطِيتَ أَمْ كَثِيرًا.
Kemudian ia berkata: “Sungguh perkara tentangmu telah disamarkan atas kami, wahai Muhammad, hingga kami tidak tahu, apakah engkau diberi (masa) sedikit atau banyak.” ---ثُمَّ قَامُوا، فَقَالَ أَبُو يَاسِرٍ لِأَخِيهِ حُيَيٍّ وَمَنْ مَعَهُ مِنَ الْأَحْبَارِ:
Lalu mereka berdiri (pergi). Maka Abū Yāsir berkata kepada saudaranya, Ḥuyayy, dan para pendeta yang bersamanya: ---مَا يُدْرِيكُمْ، لَعَلَّهُ قَدْ جُمِعَ هَذَا لِمُحَمَّدٍ كُلُّهُ: إِحْدَى وَسَبْعُونَ، وَإِحْدَى وَسِتُّونَ وَمِائَةٌ، وَإِحْدَى وَثَلَاثُونَ وَمِائَتَانِ، وَإِحْدَى وَسَبْعُونَ وَمِائَتَانِ،
“Apa yang membuat kalian tahu (pasti)? Boleh jadi seluruh (bilangan) ini dikumpulkan untuk Muhammad: 71, 161, 231, dan 271 tahun.” ---فَذَلِكَ سَبْعُمِائَةٍ وَأَرْبَعٌ وَثَلَاثُونَ سَنَةً.
“Maka jumlah keseluruhannya adalah 734 tahun.” ---فَقَالُوا: لَقَدْ تَشَابَهَ عَلَيْنَا أَمْرُهُ.
Mereka berkata: “Sungguh perkara (tentang) Muhammad telah menjadi samar bagi kami.” ---فَيَزْعُمُونَ أَنَّ هَذِهِ الْآيَاتِ نَزَلَتْ فِيهِمْ: هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ، مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ، وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ «1».
Dan mereka (para perawi) menyangka bahwa ayat-ayat ini turun berkenaan dengan mereka: “Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu; di antaranya ada ayat-ayat muḥkamāt, itulah induk kitab; dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.” (1) ---فَانْظُرْ مَا بَلَغَتْ إِلَيْهِ أَفْهَامُهُمْ مِنْ هَذَا الْأَمْرِ الْمُخْتَصِّ بِهِمْ مِنْ عَدَدِ الْحُرُوفِ، مَعَ كَوْنِهِ لَيْسَ مِنْ لُغَةِ الْعَرَبِ فِي شَيْءٍ،
Maka perhatikanlah sejauh mana pemahaman mereka terhadap perkara khusus bagi mereka ini berupa bilangan huruf, padahal hal itu sama sekali bukan bagian dari bahasa Arab. ---وَتَأَمَّلْ أَيَّ مَوْضِعٍ أَحَقُّ بِالْبَيَانِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمَوْضِعِ،
Dan renungkanlah, tempat (kejadian) manakah yang lebih berhak untuk mendapatkan penjelasan dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم daripada tempat ini, ---فَإِنَّ هَؤُلَاءِ الْمَلَاعِينَ قَدْ جَعَلُوا مَا فَهِمُوهُ عِنْدَ سَمَاعِ الٓمٓ، ذَلِكَ الْكِتَابُ، مِنْ ذَلِكَ الْعَدَدِ، مُوجِبًا لِلتَّثْبِيطِ عَنِ الْإِجَابَةِ لَهُ، وَالدُّخُولِ فِي شَرِيعَتِهِ،
karena orang-orang terlaknat ini telah menjadikan apa yang mereka pahami ketika mendengar (huruf) Alif Lām Mīm. Ẓālika al-kitāb berupa hitungan tersebut sebagai alasan untuk mematahkan semangat agar tidak memenuhi seruan beliau dan tidak masuk ke dalam syariatnya. ---فَلَوْ كَانَ لِذَلِكَ مَعْنًى يُعْقَلُ، وَمَدْلُولٌ يُفْهَمُ، لَدَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا ظَنُّوهُ بَادِئَ بَدْءٍ،
Maka seandainya huruf-huruf itu memiliki makna yang bisa dipahami dan petunjuk yang bisa ditangkap, niscaya Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah menolak sangkaan mereka tersebut sejak awal, ---حَتَّى لَا يَتَأَثَّرَ عَنْهُ مَا جَاءُوا بِهِ مِنَ التَّشْكِيكِ عَلَى مَنْ مَعَهُمْ.
agar tidak muncul dari sangkaan itu pengaruh berupa keraguan yang mereka timbulkan terhadap orang-orang yang bersama mereka. ---فَإِنْ قُلْتَ: هَلْ ثَبَتَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذِهِ الْفَوَاتِحِ شَيْءٌ يُصْلِحُ لِلتَّمَسُّكِ بِهِ؟
Jika engkau berkata: “Apakah ada sesuatu yang sahih dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentang pembukaan-pembukaan (surat) ini yang layak dijadikan pegangan?” ---قُلْتُ: لَا أَعْلَمُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكَلَّمَ فِي شَيْءٍ مِنْ مَعَانِيهَا،
Maka aku katakan: Aku tidak mengetahui bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah berbicara tentang suatu makna pun darinya. ---بَلْ غَايَةُ مَا ثَبَتَ عَنْهُ هُوَ مُجَرَّدُ عَدَدِ حُرُوفِهَا،
Hanya saja, sejauh yang sahih dari beliau hanyalah berkaitan dengan jumlah huruf-hurufnya semata. ---فَأَخْرَجَ الْبُخَارِيُّ فِي تَارِيخِهِ، وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ، وَالْحَاكِمُ وَصَحَّحَهُ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ:
Al-Bukhārī meriwayatkan dalam kitab Tārīkh-nya, At-Tirmiżī (dan ia mensahihkannya), dan Al-Ḥākim (serta ia mensahihkannya), dari Ibnu Mas‘ūd, ia berkata: ---قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ، فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ: الٓمٓ حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ».
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh yang semisalnya. Aku tidak mengatakan ‘Alif Lām Mīm’ itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf.” ---وَلَهُ طُرُقٌ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ.
Hadis ini memiliki beberapa jalur riwayat dari Ibnu Mas‘ūd. ---وَأَخْرَجَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَالْبَزَّارُ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ نَحْوَهُ مَرْفُوعًا.
Ibnu Abī Syaibah dan Al-Bazzār meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari ‘Auf bin Mālik al-Asyja‘ī, hadis yang semakna secara marfū‘. ---فَإِنْ قُلْتَ: هَلْ رُوِيَ عَنِ الصَّحَابَةِ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ بِإِسْنَادٍ مُتَّصِلٍ بِقَائِلِهِ، أَمْ لَيْسَ إِلَّا مَا تَقَدَّمَ مِنْ حِكَايَةِ الْقُرْطُبِيِّ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَعَلِيٍّ؟
Jika engkau berkata: “Apakah ada yang diriwayatkan dari para sahabat tentang (tafsir huruf muqaṭṭa‘ah) ini dengan sanad yang bersambung sampai kepada pengucapnya, atau tidak ada selain apa yang telah lalu berupa riwayat Al-Qurṭubī dari Ibnu ‘Abbās dan ‘Alī?” ---قُلْتُ: قَدْ رَوَى ابْنُ جَرِيرٍ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي كِتَابِ «الْأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ»، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّهُ قَالَ: الٓمٓ أَحْرُفٌ اشْتُقَّتْ مِنْ حُرُوفِ اسْمِ اللَّهِ.
Aku katakan: Ibnu Jarīr dan Al-Baihaqī dalam kitab Al-Asmā’ wa aṣ-Ṣifāt meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd bahwa ia berkata: “Alif Lām Mīm adalah huruf-huruf yang diambil (disarikan) dari huruf-huruf nama Allah.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَابْنُ مَرْدُوَيْهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، فِي قَوْلِهِ: الٓمٓ، وَحـمٓ، وَنٓ،
Ibnu Jarīr, Ibnu Abī Ḥātim, dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās tentang firman-Nya: Alif Lām Mīm, dan Ḥā Mīm, dan Nūn, ---قَالَ: اسْمٌ مُقَطَّعٌ.
ia berkata: “(Itu) adalah nama yang terpotong-potong.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ الْمُنْذِرِ، وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ، وَابْنُ مَرْدُوَيْهِ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي كِتَابِ «الْأَسْمَاءِ»، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا فِي قَوْلِهِ:
Ibnu Jarīr, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abī Ḥātim, Ibnu Mardawaih, dan Al-Baihaqī dalam kitab Al-Asmā’ juga meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās tentang firman-Nya: ---الٓمٓ، وَالٓمٓصٓ، وَالٓر، وَالٓمٓر، وَكٓهيعٓصٓ، وَطٰهٰ، وَطسمٓ، وَطسٓ، وَيسٓ، وَصٓ، وَحـمٓ، وَقٓ، وَنٓ،
Alif Lām Mīm, Alif Lām Mīm Ṣād, Alif Lām Rā’, Alif Lām Mīm Rā’, Kāf Hā Yā ‘Ain Ṣād, Ṭā Hā, Ṭā Sīn Mīm, Ṭā Sīn, Yā Sīn, Ṣād, Ḥā Mīm, Qāf, dan Nūn, ---قَالَ: هُوَ قَسَمٌ أَقْسَمَهُ اللَّهُ، وَهُوَ مِنْ أَسْمَاءِ اللَّهِ.
ia berkata: “Itu adalah sumpah yang Allah bersumpah dengannya, dan ia termasuk nama-nama Allah.” ---وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ فِي قَوْلِهِ: الٓمٓ، قَالَ: هِيَ اسْمُ اللَّهِ الْأَعْظَمُ.
Ibnu Jarīr meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ūd tentang firman-Nya: Alif Lām Mīm; ia berkata: “Itu adalah nama Allah yang paling agung.” ---وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنِ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ، فِي قَوْلِهِ: الٓمٓ، قَالَ: أَلِفٌ مِفْتَاحُ اسْمِهِ: اللَّهُ، وَلَامٌ مِفْتَاحُ اسْمِهِ: لَطِيفٌ، وَمِيمٌ مِفْتَاحُ اسْمِهِ: مَجِيدٌ.
‘Abd bin Ḥumayd meriwayatkan dari Ar-Rabī‘ bin Anas tentang firman-Nya: Alif Lām Mīm; ia berkata: “Alif adalah kunci nama-Nya: ‘Allah’; Lām adalah kunci nama-Nya: ‘Laṭīf’; dan Mīm adalah kunci nama-Nya: ‘Majīd’.” ---وَقَدْ رُوِيَ نَحْوُ هَذِهِ التَّفَاسِيرِ عَنْ جَمَاعَةٍ مِنَ التَّابِعِينَ، فِيهِمْ عِكْرِمَةُ، وَالشَّعْبِيُّ، وَالسُّدِّيُّ، وَقَتَادَةُ، وَمُجَاهِدٌ، وَالْحَسَنُ.
Dan telah diriwayatkan tafsir-tafsir semisal ini dari sekelompok tābi‘īn, di antara mereka: ‘Ikrimah, Asy-Sya‘bī, As-Suddī, Qatādah, Mujāhid, dan Al-Ḥasan. ---فَإِنْ قُلْتَ: هَلْ يَجُوزُ الِاقْتِدَاءُ بِأَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ قَالَ فِي تَفْسِيرِ شَيْءٍ مِنْ هَذِهِ الْفَوَاتِحِ قَوْلًا صَحَّ إِسْنَادُهُ إِلَيْهِ؟
Jika engkau berkata: “Apakah boleh mengikuti salah seorang sahabat yang mengucapkan suatu pendapat dalam menafsirkan salah satu dari pembukaan surat ini, jika sanadnya sahih sampai kepadanya?” ---قُلْتُ: لَا، لِمَا قَدَّمْنَا، إِلَّا أَنْ يُعْلَمَ أَنَّهُ قَالَ ذَلِكَ عَنْ عِلْمٍ أَخَذَهُ عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Aku katakan: Tidak, karena alasan-alasan yang telah kami kemukakan; kecuali jika diketahui bahwa sahabat tersebut mengucapkannya berdasarkan ilmu yang ia ambil dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم. ---فَإِنْ قُلْتَ: هَذَا مِمَّا لَا مَجَالَ لِلِاجْتِهَادِ فِيهِ، وَلَا مَدْخَلَ لِلُغَةِ الْعَرَبِ، فَلِمَ لَا يَكُونُ لَهُ حُكْمُ الرَّفْعِ؟
Jika engkau berkata: “Ini termasuk perkara yang tidak ada ruang bagi ijtihad di dalamnya dan tidak pula bagi bahasa Arab, maka mengapa tidak diberi hukum marfū‘ (yakni dihukumi berasal dari Nabi)?” ---قُلْتُ: تَنْزِيلُ هَذَا مَنْزِلَةَ الْمَرْفُوعِ، وَإِنْ قَالَ بِهِ طَائِفَةٌ مِنْ أَهْلِ الْأُصُولِ وَغَيْرِهِمْ، فَلَيْسَ مِمَّا يَنْشَرِحُ لَهُ صُدُورُ الْمُنْصِفِينَ،
Aku katakan: Menjadikan ucapan sahabat seperti ini berkedudukan marfū‘, meskipun dikatakan oleh sekelompok ahli usul dan selain mereka, bukanlah sesuatu yang lapang diterima oleh dada orang-orang yang adil, ---وَلَا سِيَّمَا إِذَا كَانَ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَقَامِ، وَهُوَ التَّفْسِيرُ لِكَلَامِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ،
terlebih lagi bila terjadi pada posisi seperti ini, yaitu dalam masalah tafsir kalam Allah سبحانه وتعالى. ---فَإِنَّهُ دُخُولٌ فِي أَعْظَمِ الْخَطَرِ بِمَا لَا بُرْهَانَ عَلَيْهِ صَحِيحٌ، إِلَّا مُجَرَّدَ قَوْلِهِمْ: إِنَّهُ يَبْعُدُ مِنَ الصَّحَابِيِّ كُلَّ الْبُعْدِ أَنْ يَقُولَ بِمَحْضِ رَأْيِهِ فِيمَا لَا مَجَالَ فِيهِ لِلِاجْتِهَادِ،
Karena hal itu merupakan terjerumus ke dalam bahaya terbesar tanpa ada satu pun hujjah yang sah kecuali sekadar ucapan mereka: “Sangat jauh dari kemungkinan seorang sahabat berkata dengan murni pendapatnya dalam perkara yang tidak ada ruang ijtihad di dalamnya.” ---وَلَيْسَ مُجَرَّدُ هَذَا الِاسْتِبْعَادِ مُسَوِّغًا لِلْوُقُوعِ فِي خَطَرِ الْوَعِيدِ الشَّدِيدِ.
Padahal sekadar pengingkaran (istib‘ād) seperti ini tidaklah cukup untuk membolehkan terjerumus ke dalam bahaya ancaman yang keras. ---عَلَى أَنَّهُ يُمْكِنُ أَنْ يَذْهَبَ بَعْضُ الصَّحَابَةِ إِلَى تَفْسِيرِ بَعْضِ الْمُتَشَابِهِ، كَمَا تَجِدُهُ كَثِيرًا فِي تَفَاسِيرِهِمُ الْمَنْقُولَةِ عَنْهُمْ،
Di samping itu, memungkinkan saja sebagian sahabat menyampaikan tafsir terhadap sebagian ayat mutasyabih, sebagaimana engkau dapati banyak dalam tafsir-tafsir yang dinukil dari mereka, ---وَيَجْعَلَ هَذِهِ الْفَوَاتِحَ مِنْ جُمْلَةِ الْمُتَشَابِهِ.
dan ia memasukkan huruf-huruf pembukaan ini ke dalam bagian ayat-ayat mutasyabih. ---ثُمَّ هَاهُنَا مَانِعٌ آخَرُ، وَهُوَ أَنَّ الْمَرْوِيَّ عَنِ الصَّحَابَةِ فِي هَذَا مُخْتَلِفٌ مُتَنَاقِضٌ،
Kemudian, di sini ada penghalang lain, yaitu bahwa riwayat-riwayat dari para sahabat dalam masalah ini saling berbeda dan bertentangan. ---فَإِنْ عَمِلْنَا بِمَا قَالَهُ أَحَدُهُمْ دُونَ الْآخَرِ، كَانَ تَحَكُّمًا لَا وَجْهَ لَهُ،
Jika kita beramal dengan ucapan salah seorang di antara mereka dan meninggalkan yang lain, itu merupakan sikap sewenang-wenang tanpa alasan. ---وَإِنْ عَمِلْنَا بِالْجَمِيعِ، كَانَ عَمَلًا بِمَا هُوَ مُخْتَلِفٌ مُتَنَاقِضٌ، وَلَا يَجُوزُ.
Dan jika kita beramal dengan seluruhnya, berarti kita beramal dengan sesuatu yang berbeda-beda dan saling bertentangan, dan itu tidak boleh. ---ثُمَّ هَاهُنَا مَانِعٌ غَيْرُ هَذَا الْمَانِعِ، وَهُوَ: أَنَّهُ لَوْ كَانَ شَيْءٌ مِمَّا قَالُوهُ مَأْخُوذًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَاتَّفَقُوا عَلَيْهِ، وَلَمْ يَخْتَلِفُوا، كَسَائِرِ مَا هُوَ مَأْخُوذٌ عَنْهُ.
Kemudian, di sini ada penghalang lain selain itu, yaitu: andaikata terdapat sesuatu dari ucapan-ucapan mereka yang diambil dari Nabi صلى الله عليه وسلم, niscaya mereka akan sepakat atasnya dan tidak berselisih, sebagaimana perkara-perkara lain yang memang diambil dari beliau. ---فَلَمَّا اخْتَلَفُوا فِي هَذَا، عَلِمْنَا أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ مَأْخُوذًا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
Maka tatkala mereka berselisih dalam masalah ini, kita mengetahui bahwa ia tidaklah diambil dari Nabi صلى الله عليه وسلم. ---ثُمَّ لَوْ كَانَ عِنْدَهُمْ شَيْءٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا، لَمَا تَرَكُوا حِكَايَتَهُ عَنْهُ وَرَفْعَهُ إِلَيْهِ،
Kemudian, andaikata mereka memiliki sesuatu dari Nabi صلى الله عليه وسلم terkait masalah ini, niscaya mereka tidak akan meninggalkan untuk menceritakannya dari beliau dan menisbatkannya kepada beliau, ---لَا سِيَّمَا عِنْدَ اخْتِلَافِهِمْ وَاضْطِرَابِ أَقْوَالِهِمْ، فِي مِثْلِ هَذَا الْكَلَامِ الَّذِي لَا مَجَالَ لِلُغَةِ الْعَرَبِ فِيهِ، وَلَا مَدْخَلَ لَهَا.
terlebih lagi ketika mereka berselisih dan pendapat mereka saling bertentangan dalam masalah seperti ini, yang di dalamnya tidak ada ruang bagi bahasa Arab dan tidak ada pintu masuk baginya. ---وَالَّذِي أَرَاهُ لِنَفْسِي، وَلِكُلِّ مَنْ أَحَبَّ السَّلَامَةَ، وَاقْتَدَى بِسَلَفِ الْأُمَّةِ، أَنْ لَا يَتَكَلَّمَ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ،
Adapun yang aku pandang benar bagi diriku sendiri dan bagi setiap orang yang mencintai keselamatan serta meneladani para salaf umat ini adalah tidak berbicara sama sekali tentang makna huruf-huruf tersebut, ---مَعَ الِاعْتِرَافِ بِأَنَّ فِي إِنْزَالِهَا حِكْمَةً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا تَبْلُغُهَا عُقُولُنَا، وَلَا تَهْتَدِي إِلَيْهَا أَفْهَامُنَا.
disertai pengakuan bahwa dalam penurunan huruf-huruf itu terdapat suatu hikmah dari Allah ‘Azza wa Jalla yang akal kita tidak akan sampai kepadanya dan pemahaman kita tidak akan bisa meraihnya. ---وَإِذَا انْتَهَيْتَ إِلَى السَّلَامَةِ فِي مَدًىكَ، فَلَا تُجَاوِزْهُ.
Dan apabila engkau telah sampai kepada batas keselamatan dalam urusanmu, maka janganlah engkau melampauinya. ---وَسَيَأْتِي لَنَا عِنْدَ تَفْسِيرِ قَوْلِهِ تَعَالَى: مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ، وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ «1» كَلَامٌ طَوِيلُ الذُّيُولِ،
Dan akan datang pembahasan panjang lebar ketika kami menafsirkan firman-Nya Ta‘ālā: “Di antaranya ada ayat-ayat muḥkamāt, itulah induk kitab; dan lainnya (ayat-ayat) mutasyabihat” (1), ---وَتَحْقِيقُ تَقَبُّلِهِ صَحِيحَاتُ الْأَفْهَامِ، وَسَلِيمَاتُ الْعُقُولِ.
serta penjelasan yang dapat diterima oleh pemahaman yang lurus dan akal yang sehat. ---(1) آلُ عِمْرَانَ: 7.
(1) QS. Āli ‘Imrān: 7.