Al Baqaarah Ayat 28
[سُورَةُ الْبَقَرَةِ (2) : آيَةٌ ٢٨]
[Surat Al-Baqarah (2): ayat 28]
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢٨)
Bagaimana kalian dapat kafir kepada Allah,
padahal dahulu kalian adalah benda mati, lalu Dia menghidupkan kalian.
Kemudian Dia mematikan kalian.
Lalu Dia menghidupkan kalian kembali.
Kemudian kepada-Nya kalian dikembalikan.
---
كَيْفَ مَبْنِيَّةٌ عَلَى الْفَتْحِ لِخِفَّتِهِ، وَهِيَ فِي مَوْضِعِ نَصْبٍ بِـ «تَكْفُرُونَ»،
Kata “kaifa” dibina di atas fathah karena ringan.
Ia berada pada posisi manshub oleh (kata kerja) “takfurūn(a)”.
وَيُسْأَلُ بِهَا عَنِ الْحَالِ، وَهَذَا الِاسْتِفْهَامُ هُوَ لِلْإِنْكَارِ عَلَيْهِمْ وَالتَّعْجِيبِ مِنْ حَالِهِمْ،
“Kaifa” digunakan untuk menanyakan keadaan.
Istifham (pertanyaan) di sini untuk mengingkari mereka dan mengherankan keadaan mereka.
وَهِيَ مُتَضَمِّنَةٌ لِهَمْزَةِ الِاسْتِفْهَامِ،
Kata ini juga mengandung makna hamzah istifham (huruf tanya).
وَالْوَاوُ فِي «وَكُنْتُمْ» لِلْحَالِ، وَ«قَدْ» مُقَدَّرَةٌ، كَمَا قَالَ الزَّجَّاجُ وَالْفَرَّاءُ،
Huruf wawu pada “wa kuntum” adalah wawu hal (menunjukkan keadaan).
Kata “qad” diperkirakan (maqdūrah) sebelumnya, sebagaimana dikatakan oleh az-Zajjāj dan al-Farrā’.
وَإِنَّمَا صَحَّ جَعْلُ هَذَا الْمَاضِي حَالًا لِأَنَّ الْحَالَ لَيْسَ هُوَ مُجَرَّدَ قَوْلِهِ: «كُنْتُمْ أَمْوَاتًا»، بَلْ هُوَ وَمَا بَعْدَهُ إِلَى قَوْلِهِ: «تُرْجَعُونَ»،
Dibenarkan menjadikan fi‘il māḍi ini sebagai ḥāl (keterangan keadaan),
karena keadaan yang dimaksud bukan hanya sekadar ucapannya: “kuntum amwātan”,
tetapi rangkaian tersebut beserta apa yang sesudahnya sampai firman-Nya: “turja‘ūn(a)”.
كَمَا جَزَمَ بِهِ صَاحِبُ «الْكَشَّافِ»، كَأَنَّهُ قَالَ: كَيْفَ تَكْفُرُونَ؟ وَقِصَّتُكُمْ هَذِهِ:
Demikianlah sebagaimana dipastikan oleh pemilik al-Kasysyāf.
Seakan-akan Allah berfirman: “Bagaimana kalian kafir, padahal kisah kalian seperti ini?”
أَيْ: وَأَنْتُمْ عَالِمُونَ بِهَذِهِ الْقِصَّةِ وَبِأَوَّلِهَا وَآخِرِهَا.
Maksudnya: sedangkan kalian mengetahui kisah ini, awal dan akhirnya.
وَالْأَمْوَاتُ جَمْعُ «مَيِّتٍ»،
“Al-amwāt” adalah bentuk jamak dari “mayyit”.
وَاخْتَلَفَ الْمُفَسِّرُونَ فِي تَرْتِيبِ هَاتَيْنِ الْمَوْتَتَيْنِ وَالْحَيَاتَيْنِ،
Para mufasir berbeda pendapat tentang urutan dua kali mati dan dua kali hidup ini.
فَقِيلَ: إِنَّ الْمُرَادَ: كُنْتُمْ أَمْوَاتًا قَبْلَ أَنْ تُخْلَقُوا، أَيْ: مَعْدُومِينَ،
Ada yang berkata: yang dimaksud adalah: “Kalian dahulu benda mati sebelum diciptakan,”
yaitu: belum ada (ma‘dūm).
لِأَنَّهُ يَجُوزُ إِطْلَاقُ اسْمِ «الْمَوْتِ» عَلَى «الْمَعْدُومِ» لِاجْتِمَاعِهِمَا فِي عَدَمِ الْإِحْسَاسِ،
Sebab boleh menyebut yang belum ada itu dengan “mati”, karena keduanya sama-sama tidak memiliki rasa (tidak merasakan apa pun).
فَأَحْيَاكُمْ أَيْ: خَلَقَكُمْ، ثُمَّ يُمِيتُكُمْ عِنْدَ انْقِضَاءِ آجَالِكُمْ، ثُمَّ يُحْيِيكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Maka Dia menghidupkan kalian” artinya: Dia menciptakan kalian.
“Kemudian Dia mematikan kalian” ketika ajal kalian berakhir.
“Kemudian Dia menghidupkan kalian” pada hari Kiamat.
وَقَدْ ذَهَبَ إِلَى هَذَا جَمَاعَةٌ مِنَ الصَّحَابَةِ فَمَنْ بَعْدَهُمْ.
Pendapat ini dipegang oleh sekelompok sahabat dan orang-orang setelah mereka.
قَالَ ابْنُ عَطِيَّةَ: وَهَذَا الْقَوْلُ هُوَ الْمُرَادُ بِالْآيَةِ، وَهُوَ الَّذِي لَا مَحِيدَ لِلْكَفَّارِ عَنْهُ،
Ibnu ‘Athiyyah berkata: Inilah pendapat yang dimaksud oleh ayat,
dan itulah yang tidak bisa dihindari oleh orang-orang kafir.
وَإِذَا أَذْعَنَتْ نُفُوسُ الْكُفَّارِ بِكَوْنِهِمْ كَانُوا مَعْدُومِينَ ثُمَّ أَحْيَاءَ فِي الدُّنْيَا ثُمَّ أَمْوَاتًا فِيهَا، لَزِمَهُمُ الْإِقْرَارُ بِالْحَيَاةِ الْأُخْرَى.
Apabila jiwa orang-orang kafir telah mengakui bahwa mereka dahulu tidak ada,
kemudian hidup di dunia, lalu mati di dalamnya,
maka mereka terpaksa harus mengakui adanya kehidupan akhirat.
قَالَ غَيْرُهُ: وَالْحَيَاةُ الَّتِي تَكُونُ فِي الْقَبْرِ عَلَى هَذَا التَّأْوِيلِ فِي حُكْمِ حَيَاةِ الدُّنْيَا.
Ulama lain berkata: kehidupan yang terjadi di alam kubur menurut takwil ini dihukumi sebagai bagian dari kehidupan dunia.
وَقِيلَ: إِنَّ الْمُرَادَ: كُنْتُمْ أَمْوَاتًا فِي ظَهْرِ آدَمَ، ثُمَّ أَخْرَجَكُمْ مِنْ ظَهْرِهِ كَالذَّرِّ، ثُمَّ يُمِيتُكُمْ مَوْتَ الدُّنْيَا، ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ.
Ada juga yang mengatakan: yang dimaksud adalah:
“Kalian dahulu mati di tulang sulbi Adam, kemudian Allah mengeluarkan kalian dari tulang sulbinya seperti semut-semut kecil.
Kemudian Dia mematikan kalian dengan kematian di dunia, lalu membangkitkan kalian.”
وَقِيلَ: كُنْتُمْ أَمْوَاتًا، أَيْ: نُطَفًا فِي أَصْلَابِ الرِّجَالِ، ثُمَّ يُحْيِيكُمْ حَيَاةَ الدُّنْيَا،
Ada lagi yang mengatakan: “Kalian dahulu mati”, maksudnya: berupa nutfah (air mani) di tulang sulbi kaum lelaki.
Kemudian Allah menghidupkan kalian dengan kehidupan dunia.
ثُمَّ يُمِيتُكُمْ بَعْدَ هَذِهِ الْحَيَاةِ، ثُمَّ يُحْيِيكُمْ فِي الْقُبُورِ، ثُمَّ يُمِيتُكُمْ فِي الْقَبْرِ، ثُمَّ يُحْيِيكُمُ الْحَيَاةَ الَّتِي لَيْسَ بَعْدَهَا مَوْتٌ.
Kemudian Dia mematikan kalian setelah kehidupan ini.
Lalu Dia menghidupkan kalian di dalam kubur.
Kemudian Dia mematikan kalian (lagi) di dalam kubur.
Lalu Dia menghidupkan kalian dengan kehidupan yang setelahnya tidak ada lagi kematian.
قَالَ الْقُرْطُبِيُّ: فَعَلَى هَذَا التَّأْوِيلِ هِيَ ثَلَاثُ مَوْتَاتٍ وَثَلَاثُ إِحْيَاءَاتٍ،
Al-Qurthubi berkata: Berdasarkan takwil ini, ada tiga kali mati dan tiga kali hidup.
وَكَوْنُهُمْ مَوْتَى فِي ظَهْرِ آدَمَ وَإِخْرَاجُهُمْ مِنْ ظَهْرِهِ وَالشَّهَادَةُ عَلَيْهِمْ غَيْرُ كَوْنِهِمْ نُطَفًا فِي أَصْلَابِ الرِّجَالِ،
Sedangkan keadaan mereka sebagai “mati” di tulang sulbi Adam, kemudian dikeluarkan dari tulang sulbinya dan disaksikan (persaksian rububiyyah),
berbeda lagi dengan keadaan mereka sebagai nutfah di sulbi para lelaki.
فَعَلَى هَذَا يَجِيءُ أَرْبَعُ مَوْتَاتٍ وَأَرْبَعُ إِحْيَاءَاتٍ.
Dengan demikian, akan terhitung empat kali mati dan empat kali hidup.
وَقَدْ قِيلَ: إِنَّ اللَّهَ أَوْجَدَهُمْ قَبْلَ خَلْقِ آدَمَ كَالْبَهَائِمِ وَأَمَاتَهُمْ، فَيَكُونُ عَلَى هَذَا خَمْسُ مَوْتَاتٍ وَخَمْسُ إِحْيَاءَاتٍ،
Ada juga yang mengatakan: sesungguhnya Allah telah mewujudkan mereka sebelum penciptaan Adam seperti hewan-hewan, lalu mematikan mereka.
Maka berdasarkan ini, ada lima kali mati dan lima kali hidup.
وَمَوْتَةٌ سَادِسَةٌ لِلْعُصَاةِ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم، كَمَا وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ:
Dan ada kematian keenam bagi orang-orang yang durhaka dari umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis:
«وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ، فَأَمَاتَهُمُ اللَّهُ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أَذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ … إِلَى أَنْ قَالَ: فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ».
“Akan tetapi, ada suatu kaum yang tersentuh api (neraka) karena dosa-dosa mereka.
Maka Allah mematikan mereka dengan satu kematian, hingga ketika mereka menjadi arang,
Allah mengizinkan adanya syafaat, lalu mereka dibawa ... hingga beliau bersabda:
‘Mereka tumbuh kembali seperti tumbuhnya biji-bijian di tanah yang dibawa arus banjir.’”
وَهُوَ فِي «الصَّحِيحِ» مِنْ حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ.
Hadis ini terdapat dalam Shahih (al-Bukhari dan Muslim) dari Abu Sa‘id.
وَقَوْلُهُ: ﴿ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ﴾ أَيْ: إِلَى اللَّهِ سُبْحَانَهُ، فَيُجَازِيكُمْ بِأَعْمَالِكُمْ.
Firman-Nya: “Kemudian kepada-Nya kalian dikembalikan” artinya: kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.
Lalu Dia akan membalas kalian sesuai amal perbuatan kalian.
وَقَدْ قَرَأَ يَحْيَى بْنُ يَعْمُرَ وَابْنُ أَبِي إِسْحَاقَ وَمُجَاهِدٌ وَسَلَّامُ بْنُ يَعْقُوبَ بِفَتْحِ حَرْفِ الْمُضَارَعَةِ،
Yahya bin Ya‘mur, Ibnu Abi Ishaq, Mujahid, dan Sallām bin Ya‘qub membaca kata kerja mudhāri‘ (turja‘ūn) dengan fathah huruf mudhāra‘ah (ta).
وَقَرَأَ الْجَمَاعَةُ بِضَمِّهِ.
Sedangkan jama‘ah (para qari’ lainnya) membacanya dengan dhammah.
قَالَ فِي «الْكَشَّافِ»: عَطَفَ الْأَوَّلَ بِالْفَاءِ، وَمَا بَعْدَهُ بِـ «ثُمَّ»، لِأَنَّ الْإِحْيَاءَ الْأَوَّلَ قَدْ تَعَقَّبَ الْمَوْتَ بِغَيْرِ تَرَاخٍ،
Dalam al-Kasysyāf disebutkan: Allah meng-‘athaf yang pertama (فَأَحْيَاكُمْ) dengan huruf “fa”,
dan yang sesudahnya dengan “tsumma”.
Sebab penghidupan yang pertama langsung mengikuti kematian tanpa jeda yang panjang.
وَأَمَّا الْمَوْتُ فَقَدْ تَرَاخَى عَنِ الْإِحْيَاءِ، وَالْإِحْيَاءُ الثَّانِي كَذَلِكَ مُتَرَاخٍ عَنِ الْمَوْتِ:
Adapun kematian (ثُمَّ يُمِيتُكُمْ), maka ia berjarak (terlambat waktunya) dari penghidupan.
Dan penghidupan yang kedua (ثُمَّ يُحْيِيكُمْ) juga demikian, berjarak dari kematian.
إِنْ أُرِيدَ بِهِ النُّشُورُ تَرَاخِيًا ظَاهِرًا، وَإِنْ أُرِيدَ بِهِ إِحْيَاءُ الْقَبْرِ فَمِنْهُ يُكْتَسَبُ الْعِلْمُ بِتَرَاخِيهِ،
Jika yang dimaksud adalah kebangkitan di hari Kiamat, maka jaraknya jelas panjang.
Jika yang dimaksud adalah penghidupan di alam kubur, maka dari (dalil-dalil) itulah diperoleh pengetahuan bahwa ada jarak (penundaan) juga.
وَالرُّجُوعُ إِلَى الْجَزَاءِ أَيْضًا مُتَرَاخٍ عَنِ النُّشُورِ. انْتَهَى.
Dan kembalinya manusia untuk menerima balasan (ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ) juga berjarak dari kebangkitan.
Selesai (ucapan al-Kasysyāf).
وَلَا يَخْفَى عَلَيْكَ أَنَّهُ إِنْ أَرَادَ بِقَوْلِهِ: «إِنَّ الْإِحْيَاءَ الْأَوَّلَ قَدْ تَعَقَّبَ الْمَوْتَ» أَنَّهُ وَقَعَ عَلَى مَا هُوَ مُتَّصِفٌ بِالْمَوْتِ، فَالْمَوْتُ الْآخَرُ وَقَعَ عَلَى مَا هُوَ مُتَّصِفٌ بِالْحَيَاةِ،
Tidak samar bagimu bahwa jika maksud ucapannya: “Sesungguhnya penghidupan pertama mengikuti kematian”
adalah bahwa penghidupan itu terjadi atas sesuatu yang berpredikat “mati”,
maka kematian yang kedua terjadi atas sesuatu yang berpredikat “hidup”.
وَإِنْ أَرَادَ أَنَّهُ وَقَعَ الْإِحْيَاءُ الْأَوَّلُ عِنْدَ أَوَّلِ اتِّصَافِهِ بِالْمَوْتِ بِخِلَافِ الثَّانِي، فَغَيْرُ مُسَلَّمٍ،
Namun jika yang ia maksud adalah bahwa penghidupan pertama terjadi pada awal keadaan matinya, berbeda dengan yang kedua, maka ini tidak bisa diterima.
فَإِنَّهُ وَقَعَ عِنْدَ آخِرِ أَوْقَاتِ مَوْتِهِ، كَمَا وَقَعَ الثَّانِي عِنْدَ آخِرِ أَوْقَاتِ حَيَاتِهِ، فَتَأَمَّلْ هَذَا.
Karena penghidupan itu terjadi pada akhir masa “mati”-nya,
sebagaimana penghidupan yang kedua terjadi pada akhir masa hidupnya.
Maka renungkanlah hal ini.
فَتْحُ الْقَدِيرِ لِلشَّوْكَانِيِّ - ج ١ (ص: ٧١)
Fathul Qadîr karya asy-Syaukani – Jilid 1 (hlm. 71).
وَقَدْ أَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَنَاسٍ مِنَ الصَّحَابَةِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: ﴿وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا﴾ الْآيَةَ، قَالَ:
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Mas‘ud dan sejumlah sahabat, tentang firman-Nya Ta‘ala: “Dan dahulu kalian mati ...”,
ia berkata:
لَمْ تَكُونُوا شَيْئًا، فَخَلَقَكُمْ، ثُمَّ يُمِيتُكُمْ، ثُمَّ يُحْيِيكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Kalian dahulu bukanlah apa-apa, kemudian Dia menciptakan kalian.
Lalu Dia mematikan kalian.
Kemudian Dia menghidupkan kalian pada hari Kiamat.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ وَابْنُ الْمُنْذِرِ وَابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ نَحْوَهُ.
Ibnu Jarir, Ibnu al-Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas dengan riwayat yang serupa.
وَأَخْرَجَ عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَابْنُ جَرِيرٍ عَنْ قَتَادَةَ نَحْوَهُ أَيْضًا.
‘Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah dengan riwayat yang semisal.
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ قَالَ: «يُمِيتُكُمْ، ثُمَّ يُحْيِيكُمْ فِي الْقَبْرِ، ثُمَّ يُمِيتُكُمْ».
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Shalih, ia berkata:
“(Maknanya:) Dia mematikan kalian. Lalu menghidupkan kalian di alam kubur. Kemudian mematikan kalian (lagi).”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنِ أَبِي الْعَالِيَةِ فِي قَوْلِهِ: ﴿وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا﴾ قَالَ: «حِينَ لَمْ يَكُونُوا شَيْئًا، ثُمَّ أَمَاتَهُمْ، ثُمَّ أَحْيَاهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ يَرْجِعُونَ إِلَيْهِ بَعْدَ الْحَيَاةِ».
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu al-‘Āliyah, tentang firman-Nya: “Dan dahulu kalian mati,” ia berkata:
“Ketika mereka belum menjadi apa-apa.
Kemudian Dia mematikan mereka.
Lalu menghidupkan mereka pada hari Kiamat.
Lalu mereka kembali kepada-Nya setelah kehidupan itu.”
وَأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ قَالَ: «خَلَقَهُمْ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ فَأَخَذَ عَلَيْهِمُ الْمِيثَاقَ، ثُمَّ أَمَاتَهُمْ، ثُمَّ خَلَقَهُمْ فِي الْأَرْحَامِ، ثُمَّ أَمَاتَهُمْ، ثُمَّ أَحْيَاهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».
Ibnu Jarir meriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, ia berkata:
“Allah menciptakan mereka dari tulang sulbi Adam, lalu mengambil perjanjian dari mereka.
Kemudian Dia mematikan mereka.
Lalu Dia menciptakan mereka di dalam rahim-rahim.
Kemudian Dia mematikan mereka.
Lalu Dia menghidupkan mereka pada hari Kiamat.”
وَالصَّحِيحُ الْأَوَّلُ.
Dan pendapat yang benar adalah yang pertama (pendapat sahabat bahwa maksud “kuntum amwātan” adalah: kalian dahulu belum ada, lalu Allah menciptakan, mematikan, dan membangkitkan kalian kembali pada hari Kiamat).
---
1 ٱلْحَرُورِيَّةُ: فِرْقَةٌ مِنَ ٱلْخَوَارِجِ نُسِبَتْ إِلَى حَرُورَاءَ، وَهِيَ قَرْيَةٌ بِضَوَاحِي ٱلْكُوفَةِ. Al-Ḥarūriyyah adalah suatu kelompok dari golongan Khawarij yang dinisbatkan kepada Harurā’, sebuah desa di pinggiran Kufah.